Social Icons

Pages

(J.R.R. TOLKIEN) THE LORD OF THE RING 3: KEMBALINYA SANG RAJA BUKU 5 BAB 8/10 RUMAH PENYEMBUHAN

<<< SEBELUMNYA
Mata Merry dipenuhi kabut air mata dan kelelahan ketika mereka mendekati reruntuhan Gerbang Minas Tirith. Ia hampir tidak memperhatikan puing-puing dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Api, asap, dan bau busuk menggantung di udara; sebab banyak alat-alat perang yang dibakar atau dibuang ke dalam api, juga banyak mayat dari mereka yang tewas, sementara di sana-sini menggeletak bangkai-bangkai hewan besar Southron yang mengerikan, setengah terbakar, atau mati kena lemparan batu, atau ditembak matanya oleh pemanah-pemanah berani dari Morthond. Hujan deras sudah reda untuk sementara, dan matahari bersinar di atas; tapi kota bagian bawah masih terselubung asap berbau busuk.

Orang-orang sudah mulai bekerja membuat jalan untuk melewati reruntuhan bekas pertempuran; kini beberapa dari mereka keluar dari Gerbang sambil membawa tandu. Dengan hati-hati mereka meletakkan Eowyn di atas bantal-bantal lembut; tubuh Raja mereka selimuti dengan kain emas besar, dan mereka membawa obor-obor di sekitarnya; nyala api pucat di bawah sinar matahari berkelip ditiup angin.
Begitulah Theoden dan Eowyn datang ke Kota Gondor; semua yang melihat mereka menundukkan kepala dan membungkuk; mereka melewati abu dan asap lingkaran kota yang terbakar, terus mendaki jalan batu. Merry merasa pendakian itu bagai berlangsung berabad-abad lamanya, perjalanan sia-sia dalam mimpi yang tidak menyenangkan, berlangsung terus sampai suatu akhir suram yang tak bisa dicapai oleh ingatan.
Perlahan-lahan cahaya obor-obor di depannya berkelip dan padam, dan Ia berjalan dalam kegelapan; ia berpikir: "Ini terowongan yang menuju kuburan; di sana kita akan tinggal untuk selamanya." Tapi tiba-tiba dalam mimpinya terdengar suara orang hidup. la menengadah, dan kabut di depan matanya agak tersingkap. Itu Pippin! Mereka berhadapan muka di sebuah lorong sempit, dan hanya ada mereka berdua di lorong itu. Ia menyeka matanya.
"Di mana Raja?" katanya.
"Dan Eowyn?" Lalu Ia tersandung dan duduk di ambang sebuah pintu, lalu mulai menangis lagi.
"Mereka sudah naik ke Benteng," kata Pippin.
"Kupikir kau tertidur sambil berjalan, dan mengambil tikungan yang salah. Ketika kami menyadari kau tidak bersama mereka, Gandalf mengirimku untuk mencarimu. Merry yang malang! Aku bahagia sekali melihatmu lagi! Tapi kau tentu kelelahan, dan aku tidak akan mengganggumu dengan omonganku. Tapi katakan padaku, apakah kau terluka, atau cedera?"
"Tidak," kata Merry.
"Well, kukira tidak. Tapi aku tak bisa memakai tangan kananku, Pippin, sejak aku menusuknya. Dan pedangku hangus musnah seperti sepotong kayu." Wajah Pippin kelihatan cemas.
"Nah, sebaiknya kau ikut aku secepat mungkin," katanya.
"Seandainya aku bisa menggotongmu. Kau sudah tidak kuat berjalan. Semestinya mereka tidak membiarkanmu berjalan sama sekali; tapi kau harus memaafkan mereka. Begitu banyak kejadian mengerikan yang terjadi di Kota, Merry, sehingga satu hobbit malang yang datang dari pertempuran gampang sekali terabaikan."
"Tidak selalu merugikan kalau tidak diperhatikan," kata Merry.
"Tadi aku tidak diperhatikan oleh … tidak, tidak, aku tak bisa membicarakannya. Tolong aku, Pippin! Semuanya jadi gelap lagi, dan tanganku dingin sekali."
"Bersandarlah padaku, Merry kawanku!" kata Pippin.
"Ayo! Langkah demi langkah. Tidak jauh lagi."
"Apakah kau akan menguburku?" kata Merry.
"Oh, bukan, tentu tidak!" kata Pippin, berusaha kedengaran gembira, meski hatinya dipelintir rasa takut dan kasihan.
"Tidak, kita akan pergi ke Rumah Penyembuhan."
Mereka keluar dari lorong yang menjulur di antara rumah-rumah tinggi dan dinding luar lingkar keempat, dan mereka sampai kembali ke jalan utama yang mendaki ke Benteng. Langkah demi langkab mereka berjalan, sambil Merry terhuyung-huyung dan menggumam seperti orang mengigau dalam tidurnya.
"Aku tak sanggup membawanya ke sana," pikir Pippin.
"Tak adakah yang bisa membantuku? Aku tak bisa meninggalkanya di sisni." Tepat pada saat itu Ia terkejut melihat seorang anak lelaki datang berlari dari belakangnya, dan saat Ia menyusul, Ia mengenali Bergil, putra Beregond.
"Halo, Bergil!" teriaknya.
"Ke mana kau pergi? Senang melihatmu lagi, masih hidup!"
"Aku sedang bertugas untuk para Penyembuh," kata Bergil.
"Aku tidak bisa diam di sini."
"Jangan!" kata Pippin.
"Tapi beritahu mereka di atas sana bahwa ada hobbit sakit di sini bersamaku, seorang periang, camkan itu, yang baru datang dari medan tempur. Kupikir dia tak mampu berjalan sejauh itu. Kalau Mithrandir ada di sana, Ia akan senang menerima pesan itu." Bergil terus berlari.
"Sebaiknya aku menunggu di sini saja," pikir Pippin. Jadi, ia membiarkan Merry rebah perlahan ke atas ubin batu di tengah seberkas sinar matahari, lalu Ia duduk di sampingnya, dan meletakkan kepala Merry di pangkuannya. Ia meraba-raba tubuh dan tungkai Merry dengan lembut, dan memegang tangan kawannya. Tangan kanan Merry terasa dingin seperti es.
Tak lama kemudian Gandalf sendiri datang mencari mereka. Ia membungkuk di atas Merry dan membelai dahinya; lalu diangkatnya Merry dengan hati-hati.
"Seharusnya dia dibawa masuk dengan penuh penghormatan ke kota ini," katanya.
"Dia sudah membalas kepercayaanku dengan baik; kalau Elrond tidak menyerah pada saranku, kalian berdua takkan ikut dalam petualangan ini; lalu bencana yang terjadi hari ini akan jauh lebih pedih." Ia mengeluh.
"Tapi sekarang ada beban lain lagi di tanganku, sementara pertempuran dalam keadaan tak menentu."
Maka akhirnya Faramir, Eowyn, dan Meriadoc dibaringkan di tempat tidur di Rumah Penyembuhan; di sana mereka dirawat dengan baik.
Sebab meski semua pengetahuan di masa kini sudah sangat merosot, tidak sesempurna di masa lampau, tapi ilmu penyembuhan Gondor masih tinggi, dan sangat manjur dalam menyembuhkan luka dan cedera, serta segala macam penyakit yang sering diderita manusia yang berdiam di wilayah timur Lautan. Kecuali usia tua. Untuk itu mereka tak punya obat; dan memang jangka waktu hidup mereka sekarang sudah menyusut sampai hampir sama dengan manusia lainnya, dan di antara mereka semakin sedikit yang usianya bisa mencapai lima hitungan tahun dengan sehat, kecuali dalam beberapa kelompok keturunan darah murni. Tapi kini seni dan pengetahuan mereka dibingungkan oleh banyaknya penderita penyakit yang tak bisa disembuhkan; mereka menyebutnya kena Bayang-Bayarg Gelap, karena berasal dari para Nazgul. Mereka yang tertimpa penyakit itu lambat laun terbenam mimpi yang semakin dalam, lalu masuk ke dalam suatu kesunyian dan kedinginan mematikan, hingga akhirnya tak tertolong lagi. Mereka yang merawat orang-orang sakit, melihat bahwa penyakit itu menyerang Halfling dan Lady dari Rohan dengan hebat. Namun ketika hari semakin siang, kadang-kadang mereka berbicara, menggumam sambil bermimpi; sang penjaga mendengarkan semua yang mereka katakan, berharap bisa mengetahui sesuatu untuk membantu memahami penyakit mereka. Tapi tak lama kemudian mereka jatuh ke dalam kegelapan, dan ketika matahari beranjak ke barat, bayangan kelabu mulai menutupi wajah mereka. Sementara Faramir masih terbakar oleh demam yang tak mau surut.
Gandalf mengunjungi mereka bergantian dengan penuh perhatian, dan kepadanya para penjaga menceritakan semua yang mereka dengar.
Demikianlah hari itu berlalu, sementara pertempuran di luar masih berlangsung dalam harapan silih berganti dan kabar-kabar aneh; Gandalf masih menunggu dan menunggu dan tak juga pergi; sampai akhirnya cahaya matahari merah memenuhi seluruh langit, binar binarnya masuk melalui jendela, jatuh ke atas wajah kelabu orang-orang sakit. Mereka yang berdiri di dekat si sakit melihat wajah keduanya seolah mulai memerah perlahan, seakan-akan sudah kembali sehat, tapi mereka tertipu harapan palsu.
Lalu seorang wanita tua, Ioreth, wanita paling tua yang bertugas di Rumah Penyembuhan itu, menangis saat memandang wajah elok Faramir, karena semua orang mencintainya. Dan Ia berkata, "Sayang sekali kalau dia mati! Seandainya ada raja-raja di Gondor, seperti di zaman lampau, begitulah kata orang-orang! Sebab menurut ilmu kuno: Tangan seorang raja adalah tangan penyembuh. Dengan begitu, raja yang berhak bisa dikenali." Dan Gandalf yang berdiri di dekatnya, berkata, "Kata-katamu itu akan selalu diingat orang, Ioreth! Karena di dalamnya ada harapan.
Mungkin seorang raja memang sudah kembali ke Gondor; atau kau belum mendengar kabar-kabar aneh yang datang ke Kota?"
"Aku sudah terlalu sibuk dengan ini-itu untuk memperhatikan semua teriakan dan seruan," jawabnya.
"Yang kuharapkan hanya agar setansetan pembantai itu tidak masuk ke Rumah ini dan mengganggu mereka yang sakit." Lalu Gandalf keluar bergegas, api di langit mulai padam, dan bukit-bukit membara mulai suram, sementara senja kelabu seperti abu merangkak di padang-padang.
Ketika matahari sedang terbenam, Aragorn, Eomer, dan Imrahil mendekati Kota dengan kapten-kapten dan ksatria-ksatria mereka; saat mereka sampai di depan Gerbang, Aragorn berkata, "Lihatlah Matahari terbenam dikelilingi api berkobar! Itu pertanda akhir dan kejatuhan dari banyak perkara, dan perubahan keadaan dunia.
Tapi Kota dan wilayah sudah lama berada di bawah tanggung jawab para Pejabat, dan aku khawatir bila aku masuk tanpa dipanggil, keraguan dan perdebatan mungkin timbul; ini tak boleh terjadi sementara perang masih berkecamuk. Aku takkan masuk, atau menuntut hak, sampai sudah jelas apakah kita atau Mordor yang menang. Orang-orang akan memasang kemah-kemahku di atas padang, dan di sinilah aku akan menunggu penyambutan oleh Penguasa Kota." Tapi Eomer berkata, "Kau sudah mengibarkan panji para Raja dan lambang-lambang Istana Elendil. Apakah kau tidak keberatan kalau panji dan lambang itu ditentang?"
"Tidak," kata Aragorn.
"Tapi menurutku saatnya belum tepat; dan aku tak ingin bertikai, kecuali dengan Musuh dan budak-budaknya." Dan Pangeran Imrahil berkata, "Kata-katamu, Lord, sangatlah bijak, kalau aku sebagai saudara Lord Denethor boleh memberi saran dalam hal ini. Dia punya kemauan keras dan angkuh, tapi dia sudah tua; dan suasana hatinya aneh sekali sejak putranya cedera. Tapi aku tak ingin kau tetap di luar seperti pengemis di depan pintu."
"Bukan pengemis," kata Aragorn.
"Anggap saja aku ini kapten kaum Penjaga Hutan, yang tidak terbiasa dengan kehidupan di kota dan rumah-rumah batu." Ia memerintahkan panjinya digulung, lalu ia melepaskan Bintang Kerajaan Utara dan memberikannya pada putra-putra Elrond untuk disimpan.
Lalu Pangeran Imrahil dan Eomer dari Rohan meninggalkannya dan masuk ke Kota melewati kerumunan orang yang hiruk-pikuk, naik ke
Benteng; mereka memasuki Balairung di Menara, mencari sang pejabat. Tapi mereka menemukan kursinya kosong, dan di depan panggung berbaring Theoden, Raja dari Mark, di tempat tidur kehormatan; dua belas obor mengelilinginya, serta dua belas pengawal, ksatria-ksatria dari Rohan dan Gondor. Hiasan hijau dan putih menggantung dari tempat tidur, tapi tubuh Raja tertutup kain emas sampai ke dada, dan di atas kain itu terletak pedangnya yang terhunus, serta perisai di dekat kakinya. Cahaya obor-obor berkilauan di rambut putihnya, seperti cahaya matahari dalam semburan halus air mancur; wajahnya elok dan tampak muda, memancarkan kedamaian yang tak mungkin diraihnya semasa muda; dan Ia kelihatan seperti sedang tidur.
Setelah beberapa saat berdiri diam di samping Raja, Imrahil berkata, "Di mana Pejabat itu? Dan di mana Mithrandir?" Salah satu pengawal menjawab, "Pejabat Gondor ada di Rumah Penyembuhan." Tapi Eomer berkata, "Di mana Lady Eowyn, adikku; bukankah seharusnya dia berbaring di samping Raja, dengan penghormatan yang setidaknya sama? Di mana mereka membaringkannya?" Imrahil berkata, "Tapi Lady Eowyn masih hidup ketika mereka membawanya kemari. Tidakkah kau tahu?" Hati Eomer melonjak gembira oleh harapan, yang seketika diikuti kekhawatiran serta ketakutan; Ia tidak berkata apa-apa lagi, melainkan membalikkan badan dan dengan cepat keluar dari balairung; Pangeran Imrahil mengikutinya. Di luar malam sudah merebak, banyak bintang gemerlap di langit. Gandalf datang berjalan kaki, bersama seseorang berjubah kelabu; mereka bertemu di depan pintu Rumah Penyembuhan.
Mereka menyalami Gandalf dan berkata, "Kami mencari sang Pejabat, dan katanya beliau ada di sini. Cederakah dia? Dan Lady Eowyn, di mana dia?" Gandalf menjawab, "Dia berbaring di dalam dan belum mati, tapi dia sudah hampir mati. Lord Faramir luka oleh panah beracun, seperti telah kaudengar. Sekarang dialah sang Pejabat, sebab Denethor sudah mati, dan kuburannya sudah hangus menjadi abu." Mereka pun sedih dan heran mendengar cerita itu.
Tapi Imrahil berkata, "Jadi, kemenangan ini sudah kehilangan kegembiraannya, dan sudah dibeli dengan mahal, kalau Gondor maupun Rohan di hari yang sama kehilangan penguasa mereka. Eomer memimpin kaum Rohirrim. Siapa yang akan memimpin Kota sementara ini? Tidakkah sebaiknya kita sekarang memanggil Lord Aragorn?" Orang berjubah itu berbicara dan katanya, "Dia sudah datang." Dan ketika ia maju ke bawah cahaya lentera dekat pintu, mereka melihat bahwa dialah Aragorn, berpakaian jubah kelabu Lorien di atas baju besinya, dan hanya memakai lambang batu hijau dari Galadriel.
"Aku datang karena Gandalf memintaku," katanya.
"Tapi untuk sementara aku hanya Kapten kaum Dunedain dari Arnor; penguasa Dol Amroth akan memerintah Kota sampai Faramir bangun. Tapi kusarankan sebaiknya Gandalf yang memimpin kita semua di hari-hari mendatang dan dalam pertikaian kita dengan Musuh." Mereka semua setuju.
Lalu Gandalf berkata, "Janganlah kita tetap di depan pintu ini, karena waktu sangat mendesak. Mari kita masuk! Sebab hanya kedatangan Aragorn yang bisa membawa harapan bagi mereka yang sakit di dalam Rumah Penyembuhan. Begitulah kata loreth, wanita bijak dari Gondor: Tangan seorang raja adalah tangan penyembuh, dan dengan demikian raja yang asli bisa dikenali.
"
Aragorn masuk lebih dulu, yang lain mengikuti. Di pintu ada dua pengawal berpakaian seragam Benteng: satu jangkung, tapi satunya lagi hampir tidak lebih tinggi daripada anak lelaki kecil; ketika melihat mereka, Ia berteriak keras karena kaget dan gembira.
"Strider! Hebat! Aku sudah menduga kaulah yang berada di kapal-kapal hitam itu. Tapi mereka semua berteriak corsair dan tak mau mendengarkan aku. Bagaimana kau melakukannya?" Aragorn tertawa dan memegang tangan hobbit itu.
"Selamat bertemu kembali!" katanya.
"Tapi belum ada waktu untuk kisah-kisah perjalanan." Lalu Imrahil berkata pada Eomer, "Begitukah caranya kita berbicara dengan raja-raja? Tapi mungkin dia akan memakai mahkotanya dengan menggunakan nama lain!" Aragorn yang mendengar perkataannya, berputar dan berkata, "Benar, sebab dalam bahasa klasik kuno aku adalah Elessar, Permata Peri, dan Envinyatar, sang Pembaru"; ia mengangkat batu hijau di dadanya.
"Tapi Strider akan menjadi nama keluargaku, kalau suatu saat nanti terbentuk. Dalam bahasa klasik nama itu tidak terdengar jelek, dan terlontar akan menjadi julukanku serta semua pewaris keturunanku." Lalu mereka masuk ke Rumah Penyembuhan; sambil melangkah ke ruang tempat kaum sakit dirawat, Gandalf menceritakan tindakan Eowyn dan Meriadoc.
"Sebab aku mendampingi mereka lama sekali," katanya, "mula-mula mereka banyak berbicara sambil mimpi, sebelum tenggelam ke dalam kegelapan kelam. Aku juga bisa melihat kejadian-kejadian yang jauh." Mula-mula Aragorn mendekati Faramir, kemudian Lady Eowyn, dan terakhir Merry. Setelah melihat wajah-wajah mereka dan mengamati cedera masing-masing, Ia mengembuskan napas panjang.
"Aku harus mengerahkan seluruh kekuatan dan kemahiran yang sudah diberikan padaku," katanya.
"Aku ingin sekali Elrond ada di sini, karena dia yang tertua dari seluruh ras kami, dan mempunyai kekuatan terbesar." Eomer, yang melihat Aragorn sangat sedih dan letih, berkata, "Kau harus istirahat dulu, dan setidaknya makan dulu sedikit?" Tapi Aragorn menjawab, "Tidak, untuk mereka bertiga, dan paling cepat untuk Faramir, waktu sudah mulai habis. Perlu bertindak cepat." Lalu ia memanggil loreth dan berkata, "Kau punya simpanan tanaman obat di sini?"
"Ya, Tuan," jawabnya, "tapi kukira tidak cukup untuk semua yang membutuhkannya. Aku tidak tahu di mana kita bisa menemukan lebih banyak; semuanya kacau di masa sulit ini, akibat kebakaran-kebakaran. Hanya sedikit anak-anak yang bisa disuruh ke sana kemari, dan semua jalan ditutup. Sudah berhari-hari sejak kurir terakhir dari Lossarnach datang ke pasar! Tapi kami berusaha memanfaatkan sebaik mungkin apa yang ada di Rumah ini, dan aku yakin Tuanku tahu itu."
"Aku akan menilai hal itu kalau aku sudah melihatnya," kata Aragorn.
"Satu hal lagi, tak banyak waktu untuk berbicara. Kau punya athelas?"
"Aku tidak tahu, Tuanku," jawabnya, "setidaknya tidak dengan nama itu. Aku akan pergi menanyakannya pada ahli obat-obatan; dia tahu semua nama lama."
"Tanaman itu juga disebut kingsfoil," kata Aragorn; "mungkin kau mengenalnya dengan nama itu, karena begitulah penduduk desa menyebutnya belakangan ini."
"Oh, itu!" kata Ioreth.
"Kalau Tuanku mengatakannya sejak awal, aku bisa memberitahu. Tidak, kami tidak punya itu, aku yakin. Wah, aku belum pernah dengar bahwa tanaman itu punya khasiat bagus; bahkan aku sering berkata pada saudara-saudaraku ketika kami menemukannya di hutan. 'Kingsfoil,' kataku, 'itu nama aneh, dan aku heran mengapa disebut begitu; kalau aku jadi raja, aku ingin tanaman yang lebih cerah di kebunku.' Tapi memang baunya wangi kalau diremas, bukankah begitu? Kalau wangi adalah istilah yang tepat: . mungkin kata sehat lebih tepat."
"Memang menyehatkan," kata Aragorn.
"Dan sekarang, Nyonya, kalau kau menyayangi Lord Faramir, larilah secepat lidahmu berbicara dan ambilkan kingsfoil untukku, kalau masih ada daun itu di Kota."
"Dan kalau tidak ada," kata Gandalf, "aku akan berkuda ke Lossamach dengan loreth di belakangku. Dia akan membawaku ke hutan, tapi tidak ke saudara-saudaranya. Shadowfax akan menunjukkan kecepatannya berlari."
Setelah loreth pergi, Aragorn meminta wanita-wanita lainnya memanaskan air. Lalu ia memegang tangan Faramir, dan dengan tangan satunya ia menyentuh dahi si sakit. Dahi Faramir basah oleh keringat, tapi Faramir sama sekali tidak bergerak atau memberi isyarat, dan kelihatannya hampir tidak bernapas.
"Keadaannya sudah gawat sekali," kata Aragorn pada Gandalf.
"Tapi ini bukan karena lukanya. Lihat! Lukanya sudah mulai sembuh. Seandainya dia kena panah Nazgul, seperti kauduga, dia pasti sudah mati malam itu. Luka ini disebabkan panah Southron, kurasa. Siapa yang mencabutnya? Apakah panahnya disimpan?"
"Aku yang mencabutnya," kata Imrahil, "dan membebat lukanya. Tapi aku tidak menyimpan panah itu, sebab banyak yang harus kami lakukan ketika itu. Panahnya seingatku seperti yang dipakai kaum Southron. Tapi aku menduga datangnya dari Bayang-Bayang di atas, sebab bila tidak, tak mungkin dia demam dan sakit seperti ini, sebab lukanya tidak dalam atau mematikan. Menurutmu apa penyebab sebenamya?"
"Keletihan, kesedihan karena sikap ayahnya, luka, dan terutama … Napas Hitam," kata Aragorn.
"Dia berhati teguh, sebab dia sudah pernah mendekati Bayang-Bayang itu sebelum pergi bertempur di tembok perbatasan. Pasti lambat laun kegelapan menyergapnya, saat dia bertempur dan berjuang untuk mempertahankan pos luarnya. Ah, seandainya aku datang lebih awal!"
Lalu ahli obat-obatan masuk.
"Tuanku menanyakan kingsfoil, seperti orang-orang dusun menamainya," katanya; "atau athelas dalam bahasa tinggi, atau bagi mereka yang tahu sedikit tentang Valinorean …"
"Aku tahu," kata Aragorn, "dan aku tak peduli apakah kau mengatakan asea aranion atau kingsfoil, asal kau punya beberapa."
"Maaf, Tuanku!" kata pria itu.
"Ternyata kau juga seorang ilmuwan, bukan hanya kapten perang. Tapi sayang sekali, Sir! Kami tidak menyimpan benda ini di Rumah Penyembuhan, di mana hanya mereka yang terluka parah atau sakit gawat yang dirawat. Sebab setahu kami kingsfoil tidak mempunyai khasiat, kecuali mungkin untuk menyegarkan udara pengap, atau mengusir rasa berat menekan.
Kecuali kalau kau mempercayai sajak-sajak zaman lampau yang diucapkan wanita-wanita kami seperti loreth, tanpa mengerti maknanya.
Ketika napas hitam mengentak dan bayang-bayang kematian merebak dan semua cahaya padam tanpa bekas, datanglah athelas! datanglah athelas! Kehidupan bagi yang sekarat Di tangan raja ia terdapat!
Kupikir itu hanya sajak tak bermutu, yang sudah terbalik-balik dalam ingatan para wanita tua. Maknanya terserah penilaianmu, kalau memang ada artinya. Tapi orang-orang tua masih menggunakan ramuannya untuk meringankan sakit kepala."
"Kalau begitu, atas nama Raja, pergi dan cari orang tua yang pengetahuan ilmunya kurang, tapi kebijakannya lebih besar, yang masih menyimpan tanaman ini di rumahnya!" seru Gandalf.
Sekarang Aragorn berlutut di samping Faramir, dan meletakkan tangan di dahinya. Mereka yang memperhatikan, merasa sebuah perjuangan besar sedang berlangsung. Wajah Aragorn menjadi kelabu karena keletihan; sesekali Ia memanggil nama Faramir, tapi makin lama suaranya makin redup, seolah-olah Aragorn sendiri menjauh dari mereka, dan berjalan jauh di suatu lembah gelap, memanggil-manggil seseorang yang hilang.
Akhirnya Bergil datang berlari, membawa enam helai daun dibungkus kain.
"Ini kingsfoil, Sir," katanya, "tapi tidak segar. Paling tidak sudah dua minggu yang lalu dipetik. Kuharap masih bisa dimanfaatkan, Sir?" Ketika melihat Faramir, air matanya menetes deras tak terbendung.
Tapi Aragorn tersenyum.
"Masih bisa dimanfaatkan," katanya.
"Keadaan yang paling gawat sudah lewat. Tetaplah di sini dan rasakan kenyamanan!" Aragorn mengambil dua lembar daun, meletakkannya di tangannya, dan mengembuskan napas di atasnya, lalu meremasnya.
Seketika suatu kesegaran yang hidup memenuhi ruangan, seakan-akan udara bangun bergetar, penuh percik kegembiraan. Aragorn memasukkan daun-daun itu ke dalam mangkuk berisi air panas, dan semua langsung merasa gembira. Keharuman yang menyebar dari daun itu. Berbagai kenangan pada pagi berembun di bawah sinar matahari yang tidak terselubung, di suatu negeri yang melebihi keindahan dunia di Musim Semi. Aragorn tampak segar kembali, matanya tersenyum ketika ia memegang mangkuk itu di depan wajah Faramir yang masih bermimpi.
"Wah! Siapa sangka?" kata Ioreth pada wanita yang berdiri di sampingnya.
"Tanaman itu lebih hebat daripada yang kusangka.
Mengingatkan aku pada mawar-mawar Imloth Melui ketika aku masih gadis remaja. Tak ada yang lebih bagus yang bisa diminta seorang raja." Tiba-tiba Faramir bergerak dan membuka mata. Ia memandang Aragorn yang membungkuk di atasnya; sorot mengenali dan kasih sayang terpancar dari dalam matanya, dan ia berbicara perlahan.
"Tuanku, kau memanggilku. Aku datang. Apa yang kauperintahkan, Raja?"
"Jangan lagi berjalan dalam kegelapan, tapi bangunlah!" kata Aragorn.
"Kau letih. Istirahatlah dulu, dan makanlah. Bila aku kembali, kau harus sudah siap."
"Akan kulakukan, Tuanku," kata Faramir.
"Siapa yang mau berbaring dan menganggur bila Raja sudah kembali?"
"Selamat berpisah untuk sementara!" kata Aragorn.
"Aku harus pergi ke yang lain, yang membutuhkan aku." Ia meninggalkan ruangan itu bersama Gandalf dan Imrahil; tapi Beregond dan putranya tetap di sana, dengan kegembiraan meluap-luap. Saat mengikuti Gandalf dan menutup pintu, Pippin mendengar loreth berseru, "Raja! Kaudengar itu? Apa kataku? Tangan seorang penyembuh, kataku." Segera tersiar keluar dari Rumah Penyembuhan, bahwa Raja sudah datang di antara mereka, membawa penyembuhan setelah perang; dan kabar itu pun menyebar ke seluruh Kota.
Lalu Aragorn mendatangi Eowyn, dan berkata, "Dia mengalami cedera menyedihkan dan pukulan berat. Lengan yang patah sudah dirawat dan akan sembuh pada waktunya, kalau dia bisa bertahan hidup. Lengan perisailah yang sudah dilumpuhkan; tapi bencana terberat menimpa lengan pedang. Sekarang lengan itu sama sekali tidak kelihatan hidup, meski tidak patah."
"Sayang sekali! Dia menentang musuh yang melebihi kekuatan Pikiran atau tubuhnya. Dan mereka yang mengangkat senjata terhadap musuh semacam itu harus lebih kokoh daripada baja, kalau tidak benturan itu akan menghancurkan mereka. Malapetaka besar telah menempatkannya di jalan musuh. Karena dia gadis cantik, tercantik dari keturunan ratu-ratu. Entah apa harus kukatakan tentang dia. Ketika aku pertama kali melihatnya dan menyadari kesedihannya, rasanya dia seperti sekuntum bunga putih yang berdiri tegak dan angkuh, indah seperti bunga lili, tapi keras seperti ditempa dari baja oleh pandai besi Peri. Atau terkena embun beku yang berubab menjadi es, dan demikianlah dia berdiri, pahit-manis, masih indah dipandang, tapi sudah terpukul, dan segera akan jatuh dan mati? Penyakitnya sebenarnya berawal jauh sebelum ini, bukankah begitu, Eomer?"
"Aku heran kau menanyakan itu padaku, Tuan," jawab Eomer.
"Sebab dalam hal ini aku tidak menyalahkanmu, seperti juga dalam semua hal lain; tapi aku tidak tahu apakah adikku Eowyn, sudah tersentuh embun beku, sampai pertama kali dia memandangmu. Dia mengalami kesedihan dan kengerian yang dibaginya bersamaku di masa Wormtongue masih menancapkan pengaruhnya pada Raja; dan dia merawat Raja dengan rasa takut yang semakin besar. Tapi bukan itu yang membawanya pada keadaan ini!"
"Sahabatku," kata Gandalf, "kau mempunyai kuda-kuda, kau bisa bertarung mengangkat senjata, dan keluar ke padang-padang bebas; tapi dia, yang lahir dalam tubuh seorang wanita, mempunyai semangat dan keberanian setidaknya sama besar denganmu. Namun dia ditakdirkan menunggui seorang pria tua yang disayanginya seperti seorang ayah, dan dia melihat pria itu jatuh ke dalam usia lanjut dalam keadaan menyedihkan; dia merasa perannya sangat hina, lebih hina daripada tongkat yang dipakai Raja untuk penopang."
"Apa kaukira Wormtongue hanya menyebarkan racun untuk telinga Theoden? Tua bangka! Istana Eorl tak lebih dari sebuah gubuk beratap jerami di mana para perampok minum di tengah bau busuk, dan anak-anak mereka berguling-guling di lantai, di tengah-tengah anjing-anjing.
Apa kau tak pernah mendengar kata-kata itu? Saruman yang mengucapkannya, guru Wormtongue. Meski aku tak ragu bahwa di rumahmu Wormtongue. membungkus makna itu dalam kata-kata yang lebih cerdik. Tuanku, seandainya cinta kasih adikmu terhadapmu, dan kepatuhannya terhadap tugas, tidak menahan bibirnya, mungkin kau juga akan mendengar ucapan semacam itu keluar dari mulutnya. Tapi siapa yang tahu apa yang dikatakannya pada kegelapan, saat dia sedang sendirian, dalam penantian getir di malam hari, ketika seluruh hidupnya terasa menyusut dan dinding-dinding kamar mengepungnya seperti kandang untuk mengungkung binatang liar?" Eomer terdiam dan menatap adiknya, seakan merenungi kembali seluruh masa lampau hidup mereka bersama. Tapi Aragorn berkata, "Aku juga melihat apa yang kaulihat, Eomer. Di antara begini banyak kesedihan serta keburukan-keburukan dunia ini, tak ada yang lebih pahit dan memalukan bagi hati seorang pria, daripada menyaksikan cinta seorang wanita yang begitu cantik dan berani, yang tak bisa dibalasnya.
Kesedihan dan rasa iba meliputiku sejak aku rneninggalkannya dalam keputusasaan di Dunharrow, saat aku pergi ke Jalan Orang-Orang Mati; Kami takut membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Tapi, Eomer, rasa sayangnya padamu lebih murni daripada cintanya padaku; sebab dia mengenalmu sepenuhnya; sementara cintanya padaku hanya berupa bayang-bayang dan angan-angan: harapan akan kegemilangan dan perbuatan-perbuatan hebat, serta negeri-negeri yang jauh dari padang-padang Rohan."
"Mungkin aku punya kekuatan untuk menyembuhkan tubuhnya, dan memanggilnya keluar dari lembah gelap. Tapi apa yang akan ditemukannya setelah dia terjaga: harapan, atau kealpaan, atau keputusasaan, aku tidak tahu. Dan kalau keputusasaan yang ditemukannya; maka dia akan mati, kecuali ada penyembuhan lain yang tak bisa kuberikan. Oooh! Tindakannya telah menempatkan dirinya setara dengan para ratu termasyhur." Lalu Aragorn membungkuk dan menatap wajah Eowyn, dan memang wajahnya putih pucat seperti bunga lili; dingin seperti embun beku, dan keras seperti patung batu. Aragorn membungkuk dan mengecup keningnya, memanggilnya dengan lembut, "Eowyn putri Eomund, bangunlah! Sebab musuhmu sudah mati!" Eowyn tak bergerak, tapi kini mulai bernapas lagi, sehingga dadanya naik-turun di bawah seprai putih. Sekali lagi Aragorn meremas dua lembar daun athelas dan melemparkannya ke dalam air mendidih; Ia mengusap kening Eowyn dengan air itu, juga lengan kanannya yang terbaring dingin dan beku di atas selimut.
Lalu, entah karena Aragorn memang mempunyai kekuatan Westernesse yang sudah terlupakan, atau karena kata-katanya tentang Lady Eowyn merasuki diri mereka, ketika pengaruh dedaunan itu menyebar di dalam ruangan tersebut, mereka yang berdiri di sana merasa seolaholah ada angin tajam bertiup melalui jendela, tidak mengantar bau wangi, tapi merupakan udara segar, bersih, dan mumi, seakan-akan belum pernah dihirup makhluk hidup dan baru saja datang dari pegunungan bersalju tinggi di bawah kubah berbintang, atau dari pantai-pantai perak nun jauh di sana, yang disapu oleh lautan berbuih.
"Bangun, Eowyn, Lady dari Rohan!" kata Aragorn lagi; Ia mengambil tangan kanan gadis itu dan merasakan kehangatan kembali mengalir di dalamnya.
"Bangun! Bayang-Bayang itu sudah pergi, dan seluruh kegelapan sudah dibasuh bersih!" Lalu ia meletakkan tangan Eowyn di tangan Eomer dan, melangkah mundur.
"Panggillah dia!" katanya, dan Ia keluar diam-diam dari kamar itu.
"Eowyn, Eowyn!" seru Eomer sambil menangis. Eowyn membuka matanya dan berkata, "Eomer! Aku sangat bahagia! Mereka bilang kau sudah tewas. Oh … bukan, itu hanya suara-suara gelap dalam mimpiku. Sudah berapa lama aku bermimpi?"
"Tidak lama, adikku," kata Eomer.
"Tapi jangan kaupikirkan lagi!"
"Aku merasa lelah sekali," kata Eowyn.
"Aku perlu istirahat dulu. Tapi bagaimana dengan Penguasa Mark? Aduh! Jangan katakan itu hanya mimpi; sebab aku tahu itu bukan mimpi. Dia sudah mati, seperti telah diramalkannya sendiri."
"Dia sudah mati," kata Eomer, "tapi dia berpesan padaku untuk mengirim salam pamit kepada Eowyn, yang disayanginya melebihi anak sendiri. Sekarang dia dibaringkan dengan penghormatan penuh di Benteng Gondor."
"Menyedihkan sekali," kata Eowyn.
"Tapi itu lebih baik daripada yang berani kuharapkan di masa gelap, ketika rasanya kehormatan Istana Eorl sudah jatuh begitu rendah, lebih rendah daripada tempat tidur seorang gembala. Dan bagaimana dengan pendamping Raja, si Halfling? Eomer, kau harus mengukuhkannya sebagai ksatria dari Riddermark, karena dia begitu gagah berani!"
"Dia berbaring tak jauh dari sini, di Rumah Penyembuhan ini juga, dan aku akan pergi menemuinya," kata Gandalf "Eomer akan tetap di sini untuk beberapa saat. Tapi janganlah membicarakan perang atau kesedihan, sampai kau sembuh benar. Sangat membahagiakan melihatmu bangun lagi menyongsong kesehatan dan harapan, wanita yang begitu gagah berani!"
"Kesehatan?" kata Eowyn.
""Mudah-mudahan begitu. Setidaknya selama masih ada pelana kosong milik seorang penunggang yang bisa kuisi, dan banyak tugas yang bisa kulakukan. Tapi harapan? Aku belum tahu."
Gandalf dan Pippin masuk ke kamar Merry. Di sana mereka menemukan Aragorn berdiri di samping tempat tidur.
"Merry yang malang!" teriak Pippin, dan Ia berlari ke samping tempat tidur, karena Ia melihat temannya itu tampak lebih gawat dan wajahnya kelabu, seolah-olah beban duka bertahun-tahun menekannya; tiba-tiba Pippin ketakutan bahwa Merry akan mati.
"Jangan cemas," kata Aragorn.
"Aku datang tepat pada waktunya, dan aku sudah memanggilnya kembali. Dia letih sekali sekarang, dan sedih, dan dia menderita cedera seperti Lady Eowyn, karena dia sudah berani melukai makhluk berbahaya itu. Tapi cedera seperti ini bisa disembuhkan, dia punya semangat kuat dan hati yang ceria. Dia tidak akan melupakan kesedihannya; tapi itu tidak akan membuat hatinya dirundung kegelapan, justru akan mengajarinya kebijaksanaan."
Lalu Aragorn meletakkan tangannya ke atas kepala Merry, dan sambil mengusap rambut keritingnya dengan lembut, ia menyentuh kelopak mata Merry dan memanggil namanya. Saat keharuman athelas menyebar di ruangan itu, seperti keharuman kebun buah-buahan dan semak heather di bawah sinar matahari penuh kumbang, mendadak Merry bangun dan berkata, "Aku lapar. Jam berapa sekarang?"
"Sudah lewat waktu makan malam sekarang," kata Pippin, "tapi aku yakin bisa membawakanmu makanan, kalau mereka mengizinkan."
"Mereka akan mengizinkanmu," kata Gandalf.
"Dan apa pun yang dikehendaki Penunggang dari Rohan ini, yang bisa ditemukan di Minas Tirith, di mana namanya sangat dihormati."
"Bagus!" kata Merry.
"Kalau begitu aku ingin makan malam dulu, setelah itu aku mau mengisap pipa." Tapi wajahnya merengut.
"Tidak, jangan pipa. Rasanya aku tidak akan pernah mengisap pipa lagi."
"Mengapa tidak?" kata Pippin.
"Well," jawab Merry perlahan.
"Dia sudah mati. Pipa itu membuatku teringat semuanya. Dia bilang dia menyesal belum sempat membicarakan ilmu tanaman denganku. Itulah di antaranya kata-kata terakhir yang dia ucapkan. Aku takkan pernah bisa merokok lagi tanpa memikirkan dia, dan hari itu, Pippin, ketika datang ke Isengard, dia bersikap begitu sopan."
"Merokok sajalah dan ingatlah dia!" kata Aragorn.
"Sebab dia berhati lembut dan raja yang hebat; dia memenuhi sumpahnya, dan dia naik dari dalam bayangan gelap ke suatu pagi indah terakhir. Meski layananmu kepadanya singkat saja, tapi akan menjadi kenangan bahagia dan terhormat sampai akhir hayatmu." Merry tersenyum.
"Nah," katanya, "kalau Strider menyediakan apa yang dibutuhkan, aku akan merokok dan berpikir. Aku bawa sedikit tembakau terbaik milik Saruman di ranselku, tapi apa yang terjadi dengannya di tengah pertempuran, aku tidak tahu."
"Master Meriadoc," kata Aragorn, "kalau kaupikir aku melintasi pegunungan dan wilayah Gondor dengan api dan pedang hanya untuk membawakan tanaman bagi seorang serdadu yang lalai, yang membuang perlengkapannya, maka kau keliru. Kalau ranselmu tidak ditemukan, kau harus memanggil ahli obat Rumah ini. Dan dia akan menceritakan kepadamu bahwa dia tidak tahu tanaman yang kau cari mempunyai khasiat, tapi bahwa tanaman itu disebut westmansweed oleh orang-orang kasar, dan galenas oleh kaum bangsawan, dan namanama lain dalam bahasa-bahasa yang lebih terpelajar, dan setelah menambahkan beberapa sajak yang separuh terlupakan, yang tidak dia mengerti, dengan menyesal dia akan memberitahumu bahwa tanaman itu sama sekali tidak ada di Rumah ini, dan dia akan membiarkanmu merenungi sejarah bahasa-bahasa. Itulah yang harus kulakukan sekarang. Sebab aku belum tidur di tempat tidur seperti ini. Sejak aku pergi dari Dunharrow, juga belum makan sejak menjelang fajar." Merry meraih tangan Aragorn dan mengecupnya.
"Aku sangat menyesal," katanya.
"Pergilah segera! Sejak malam di Bree itu kami sudah menjadi beban bagimu. Tapi memang sudah watak bangsaku untuk berbicara dengan enteng seperti itu, padahal bukan maksud kami menyinggung perasaan. Kami takut bicara terlalu banyak. Karena kami jadi kehilangan kata-kata yang tepat bila suatu kelakar tidak pada tempatnya."
"Aku tahu betul hal itu, kalau tidak aku tidak akan bicara denganmu dengan cara yang sama," kata Aragorn.
"Semoga Shire hidup selamanya dan tak pernah layu!" Sambil mencium Merry Ia pergi keluar, dan Gandalf pergi bersamanya.
Pippin masih tinggal di sana.
"Pernah adakah orang seperti dia?" katanya.
"Kecuali Gandalf, tentu. Bodohku yang kusayangi, ranselmu ada di samping tempat tidurmu, dan kau menyandangnya di punggungmu ketika aku bertemu denganmu. Pasti Strider sudah melihatnya selama berbicara denganmu. Selain itu, aku punya sedikit tembakau. Ayolah! Jenisnya Longbottom Leaf. Nikmatilah sambil aku mencari makanan.
Lalu mari kita santai sejenak. Wah, wah! Kita kaum Took dan Brandybuck, kita tak bisa hidup lama di antara para petinggi."
"Tidak," kata Merry.
"Aku tak bisa. Setidaknya belum. Tapi setidaknya, Pippin, kita sekarang bisa melihat dan menghormati mereka.
Sebaiknya memang mencintai apa yang pantas kita cintai: kita harus mulai di suatu tempat dan mempunyai akar, dan tanah Shire cukup dalam. Bagaimanapun, ada hal-hal yang lebih dalam dan tinggi; dan tak ada orang tua yang bisa merawat kebunnya dengan tenang dan damai kalau bukan karena mereka, meski dia tahu atau tidak tentang mereka. Aku senang tahu sedikit tentang mereka. Tapi aku tidak tahu mengapa aku berbicara seperti ini. Di mana daunnya? Dan keluarkan pipaku dari ranselku, kalau belum patah."
Aragorn dan Gandalf sekarang pergi ke Pengawas Rumah Penyembuhan, memberitahukan bahwa Faramir dan Eowyn harus tetap di sana dan masih harus dirawat dengan penuh perhatian untuk beberapa hari.
"Lady Eowyn," kata Aragorn, "pasti ingin segera bangun dan pergi; tapi jangan izinkan dulu, kalau kau bisa menahannya dengan cara apa pun, sampai sekurang-kurangnya sepuluh hari."
"Kalau Faramir," kata Gandalf, "dia harus segera tahu bahwa ayahnya sudah mati. Tapi cerita selengkapnya tentang kegilaan Denethor jangan disampaikan dulu, sampai dia sudah sembuh dan harus bertugas. Jagalah agar Beregond dan perian yang berada bersamanya tidak membahas dulu hal-hal itu dengannya!"
"Dan perian satunya, Meriadoc, yang ada dalam perawatanku, bagaimana dengan dia?" kata Pengawas.
"Mungkin besok pagi dia sudah cukup sehat untuk bangun sejenak," kata Aragorn.
"Biarkan dia bangun, kalau dia menghendakinya. Dia boleh berjalan-jalan sedikit, sambil diawasi teman-temannya."
"Mereka bangsa yang hebat," kata Pengawas, sambil menganggukkan kepala.
"Sangat kuat otot-ototnya."
Di dekat pintu Rumah Penyembuhan sudah banyak orang berkerumun untuk melihat Aragorn, dan mereka mengikutinya ketika akhirnya ia makan malam, orang-orang berdatangan dan memohonnya untuk menyembuhkan saudara-saudara atau teman-teman mereka yang hidupnya terancam bahaya, karena terluka atau cedera, atau yang berada di bawah pengaruh Bayang-Bayang Hitam. Aragorn bangkit dan keluar, memanggil putra-putra Elrond, dan bersama-sama mereka bekerja keras sampai larut malam. Dan kabar yang menyebar di Kota, "Raja memang sudah datang." Mereka menamakannya Elfstone, Permata Peri, karena batu hijau yang dipakainya; dengan demikian, nama yang pada saat kelahirannya sudah diramalkan akan disandangnya, dipilih oleh rakyatnya sendiri.
Ketika sudah tak kuat lagi bekerja, Aragorn menutupi diri dengan jubahnya, dan menyelinap keluar dari kota, pergi ke kemahnya persis sebelum fajar, dan tidur sejenak. Pagi harinya panji Dol Amroth, kapal putih seperti bangsa di atas air biru, berkibar dari atas Menara. Orang-orang melihat ke atas dan bertanya-tanya apakah kedatangan Raja bukan hanya mimpi.
BERSAMBUNG KE BAB 9/10 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates