Social Icons

Pages

(J.R.R. TOLKIEN) THE LORD OF THE RING 2: DUA MENARA BUKU 3 BAB 9/11 BANJIR BESAR

<<< SEBELUMNYA
Gandalf dan rombongan Raja pergi, membelok ke timer untuk mengitari lingkaran tembok-tembok Isengard yang sudah runtuh. Tapi Aragorn, Gimli, dan Legolas tetap di sana. Arod dan Hasufel dibiarkan merumput, sementara mereka sendiri duduk di samping kedua hobbit.
"Well, well! Perburuan sudah berakhir, dan kita bertemu lagi akhirnya, di tempat yang sungguh tak disangka-sangka," kata Aragorn.

"Dan sekarang, setelah para petinggi pergi untuk membicarakan masalah-masalah pelik," kata Legolas, "para pemburu mungkin bisa tahu jawaban atas teka-teki kecil mereka sendiri. Kami mengikuti jejak kalian sampai di hutan, tapi masih banyak hal yang ingin kuketahui kebenarannya."
"Dan banyak juga yang ingin kami ketahui tentang kalian," kata Merry. "Kami belajar beberapa hal dari Treebeard, Ent tua itu, tapi itu tidak mencukupi."
"Satu per satu," kata Legolas. "Kami para pemburu, dan kalianlah yang harus lebih dulu memberi laporan tentang diri kalian."
"Atau nanti saja," kata Gimli. "Mungkin lebih baik setelah makan. Aku sakit kepala, dan sudah lewat tengah hari. Kalian bisa menebus kesalahan dengan mencarikan sedikit rampasan yang kalian ceritakan. Makanan dan minuman bisa membayar sedikit kejengkelanku pada kalian."
"Baiklah, kalau begitu," kata Pippin. "Kau mau makan di sini, atau di dalam sisa-sisa gardu jaga Saruman yang lebih nyaman di bawah lengkungan gerbang di sana? Kami terpaksa piknik di luar sini, supaya bisa mengawasi jalan."
"Mengawasi apa!" kata Gimli. "Tapi aku tidak akan masuk ke dalam rumah Orc mana pun; juga tidak mau menyentuh daging Orc atau apa pun yang mereka aniaya."
"Kami tidak akan menyuruhmu melakukan itu," kata Merry. "Kami sendiri sudah kenyang dengan Orc. Tapi banyak bangsa lain di Isengard.
Saruman masih cukup bijak untuk tidak mempercayai Orc-Orc-nya. Dia memakai Manusia untuk menjaga gerbangnya: beberapa pelayannya yang paling setia, kukira. Mereka disayang dan mendapat makanan bagus."
"Dan tembakau?" tanya Gimli.
"Tidak, kukira tidak," tawa Merry. "Tapi itu cerita lain, yang bisa menunggu sampai setelah makan siang."
"Ayo kita pergi makan siang!" kata si Kurcaci.
Para hobbit memimpin jalan; mereka lewat di bawah gerbang, dan sampai di sebuah pintu lebar di sebelah kiri, di puncak tangga. Pintu itu membuka langsung ke dalam sebuah ruangan besar, dengan pintu-pintu lain yang lebih kecil di sisi terjauh, serta sebuah perapian dan cerobong asap di satu sisi. Ruangan itu dipahat dalam bebatuan; dulu pasti gelap, karena jendelanya membuka ke dalam terowongan. Tapi kini cahaya masuk melalui atap yang rusak. Di perapian, kayu sedang dibakar.
"Aku menyalakan api," kata Pippin. "Untuk menghibur kami di dalam kabut. Hanya ada sedikit kayu bakar, dan kebanyakan kayu yang bisa kami temukan sudah basah. Tapi ada angin besar dalam cerobong: tampaknya cerobong itu naik keluar menembus batu karang, dan untungnya tidak tersumbat. Api selalu bermanfaat. Aku akan membuatkan sedikit roti panggang. Aku khawatir rotinya sudah berumur tiga atau empat hari." Aragorn dan kawan-kawannya duduk di salah satu sisi meja panjang, dan kedua hobbit menghilang melalui salah satu pintu di dalam.
"Gudang persediaan ada di dalam sini, dan syukur berada di atas garis banjir," kata Pippin, ketika mereka kembali dengan membawa piringpiring, mangkuk, cangkir, pisau, dan bermacam-macam makanan.
"Dan kau tak perlu mencibir atas penyedia makanan ini, Master Gimli," kata Merry. "Ini bukan makanan Orc, tapi makanan manusia, begini Treebeard menyebutnya. Kau mau anggur atau bir? Ada di dalam tong di sana-sangat lumayan. Dan ini babi asin mutu paling bagus. Atau aku bisa memotong beberapa iris daging asap dan menggorengnya, kalau kau suka. Maaf, tidak ada sayuran hijau: pengiriman agak terganggu dalam beberapa hari terakhir ini! Aku tak bisa menawarkan yang lain setelah itu, kecuali mentega dan mede untuk rotimu. Apa kau sudah puas?"
"Ya, cukup," kata Gimli. "Aku sudah tidak terlalu jengkel lagi sekarang." Ketiganya kemudian sibuk dengan makanan mereka; dan kedua hobbit, tanpa malu-malu, makan lagi untuk kedua kalinya. "Kami harus menemani tamu-tamu kami makan," kata mereka.
"Kalian benar-benar sopan pagi ini," tawa Legolas. "Tapi kalau kami tidak datang, mungkin kalian sudah saling menemani makan lagi."
"Mungkin, dan mengapa tidak?" kata Pippin. "Makanan kami buruk sekali bersama para Orc, dan sebelumnya kami hampir-hampir tidak makan. Rasanya sudah sangat lama sejak kami bisa makan sepuas-puasnya."
"Tapi tampaknya kalian baik-baik saja," kata Aragorn. "Bahkan kesehatan kalian seperti sedang bagus-bagusnya."
"Ya, memang," kata Gimli, mengamati mereka dari atas sampai ke bawah. "Malah rambut kalian dua kali lebih tebal dan keriting daripada ketika kita berpisah; dan aku berani sumpah kalian lebih tinggi sedikit, kalau itu mungkin bagi hobbit seumur kalian. Treebeard setidaknya
tidak membiarkan kalian kelaparan."
"Memang tidak," kata Merry. "Tapi Ent hanya minum, dan minuman, tidak cukup untuk mengenyangkan. Mungkin minuman Treebeard sangat bergizi, tapi kami masih ingin sesuatu yang lebih padat. Bahkan lembas pun masih lebih lumayan sebagai selingan."
"Kau minum air Ent, bukan?" kata Legolas. "Ah, kalau begitu sangat mungkin mata Gimli tidak salah lihat. Lagu-lagu aneh sudah dinyanyikan tentang minuman Fangorn."
"Banyak kisah aneh tentang negeri itu," kata Aragorn. "Aku belum pernah memasukinya. Ayo, ceritakan lebih banyak tentang itu, dan tentang para Ent!"
"Ent," kata Pippin, "Ent adalah … well, Ent itu berbeda. Tapi mata mereka, mata mereka sangat aneh." Ia mencoba menjelaskan dengan terbata-bata, tapi lalu berakhir dengan keheningan. "Oh ya," lanjutnya, "kalian sudah melihat beberapa dari kejauhan yang jelas, mereka melihat kalian, dan memberitahukan bahwa kalian sedang dalam perjalanan dan kalian akan melihat banyak yang lain, kukira, sebelum kalian pergi dari sini. Kalian harus membentuk gagasan sendiri."
"Nah, nah!" kata Gimli. "Kita memulai cerita ini langsung di tengah-tengah. Aku ingin mendengar cerita dalam susunan seharusnya, dimulai dari hari aneh ketika rombongan kita terpisah."
"Kau akan mendengamya, kalau ada waktu," kata Merry. "Tapi pertama-tama kalau kau sudah selesai makan kau mesti mengisi pipamu dan menyalakannya. Lalu kita bisa pura-pura berada di Bree kembali, atau di Rivendell." Ia mengeluarkan tas kecil dari kulit, penuh berisi tembakau. "Kami punya banyak sekali," katanya, "bisa kaubawa sebanyak yang kau mau, bila kita pergi. Kami mengumpulkan macam-macam pagi ini, pippin dan aku. Banyak sekali barang-barang mengambang di sini. pippin yang menemukan dua tong kecil, mengambang keluar dari sebuah gudang bawah tanah atau gudang persediaan, kukira. Ketika kami buka, isinya ternyata ini: tembakau yang bagus sekali, dan tidak rusak." Gimli mengambil sedikit dan menggosoknya dengan telapak tangan, lalu menciumnya. "Rasanya bagus, dan baunya juga enak," katanya.
"Memang bagus!" kata Merry. "Gimli-ku yang baik, ini Longbottom Leaf! Ada cap Hornblower pada tong-tong itu, jelas sekali. Bagaimana bisa sampai ke sini, aku tidak mengerti. Mungkin untuk digunakan secara pribadi oleh Saruman. Tak kusangka barang ini bisa sampai kemari. Tapi sekarang sangat bermanfaat."
"Bermanfaat sekali," kata Gimli, "kalau aku punya pipa untuk mengisapnya. Sayang sekali, aku kehilangan pipaku di Moria, atau sebelumnya. Tidak adakah pipa dalam pampasan perangmu?"
"Tidak, rasanya tidak," kata Merry. "Kami belum menemukan satu pipa pun, termasuk di ruang penjaga. Tampaknya Saruman menyimpan kemewahan ini untuk dirinya sendiri. Dan tak ada gunanya mengetuk pintu Orthanc untuk meminta pipa darinya! Kita harus berbagi pipa, seperti kawan baik bila keadaan memaksa."
"Tunggu sebentar!" kata Pippin. Ia memasukkan tangan ke dalam jaketnya, dan mengeluarkan sebuah dompet kecil lunak yang diikat pada tali. "Aku menyimpan satu-dua harta, sama berharganya seperti Cincin bagiku. Ini satu: pipa kayuku yang lama. Dan ini satu lagi: yang belum dipakai. Aku sudah membawanya jauh sekali, entah kenapa. Aku sebenarnya tidak berharap menemukan tembakau dalam perjalanan, ketika tembakauku sendiri habis. Tapi akhirnya pipa ini bermanfaat juga." ia mengangkat sebuah pipa kecil dengan mangkuk lebar datar, dan memberikannya pada Gimli. "Apakah dengan begini skor kita jadi seri?"
"Seri!" teriak Gimli. "Hobbit yang mulia, sekarang justru aku yang sangat berutang budi padamu."
"Well, aku akan kembali ke udara terbuka, untuk melihat keadaan angin dan langit!" kata Legolas.
"Kami ikut bersamamu," kata Aragorn.
Mereka keluar, dan duduk di atas timbunan batu di depan jalan masuk. Sekarang mereka bisa memandang jauh ke dalam lembah; kabut sudah mulai tersingkap, dan melayang pergi di atas angin.
"Mari kita santai sejenak di sini!" kata Aragorn. "Kita akan duduk di pinggir puing-puing dan bercakap-cakap, seperti kata Gandalf, sementara dia sibuk di tempat lain. Aku merasakan keletihan yang jarang kurasakan sebelumnya." ia merapatkan jubah kelabunya hingga menutupi kemeja logamnya, dan menjulurkan kakinya yang panjang. Lalu ia berbaring, dari bibirnya keluar aliran tipis asap.
"Lihat!" kata Pippin. "Strider si Penjaga Hutan sudah kembali!"
"Dia tak pernah pergi," kata Aragorn. "Aku Strider dan juga Dunadan; aku milik Gondor maupun Utara."
Mereka merokok dalam diam selama beberapa saat; matahari menyinari mereka, berkasnya jatuh ke dalam lembah dari antara awan awan putih tinggi di barat. Legolas berbaring diam, menatap matahari dan langit dengan mata tak berkedip, sambil bernyanyi perlahan. Akhirnya ia bangkit duduk. "Ayo!" katanya. "Sudah semakin larut, dan kabut sudah mengalir pergi, atau akan mengalir pergi kalau kalian, orang-orang aneh, tidak mengalungi diri sendiri dengan rangkaian asap. Bagaimana dengan ceritanya?"
"Well, kisahku diawali dengan bangun dalam gelap, dan menyadari diriku terikat di dalam perkemahan Orc," kata Pippin. "Coba lihat, tanggal berapa sekarang?"
"Tanggal lima Maret, menurut Hitungan Shire," kata Aragorn. Pippin menghitung dengan jarinya. "Baru sembilan hari yang lalu!"' katanya.
(Setiap bulan dalam penanggalan Shire mempunyai tiga puluh hari.) "Rasanya sudah setahun sejak kami tertangkap. Well, meski separuhnya seperti mimpi buruk, kuhitung tiga hari yang mengerikan menyusul. Merry akan menambahkan, kalau aku lupa bagian yang penting: aku tidak akan menceritakan detail-detail: cambuk, kotoran, bau busuk, dan sebagainya; tidak tahan mengingatnya." Lalu ia terjun ke dalam cerita tentang pertarungan terakhir Boromir dan perjalanan bersama para Orc dari Emyn Mull ke Hutan. Yang lain mengangguk-angguk ketika beberapa bagian cocok dengan dugaan mereka.
"Ada beberapa harta yang kaujatuhkan," kata Aragorn. "Kau akan senang menerimanya kembali." ia melonggarkan ikat pinggangnya dari bawah jubah, dan mengambil dua bilah pisau bersarung.
"Well," kata Merry. "Aku tak mengira akan melihat itu lagi! Aku melukai beberapa Orc dengan pisau itu, tapi Ugluk mengambilnya dari kami. Dia memandang kami dengan marah! Mulanya kukira dia akan menusukku, tapi dia membuang benda-benda itu, seakan-akan terbakar olehnya."
"Dan ini brosmu, Pippin," kata Aragorn. "Aku menyimpannya, karena barang ini sangat berharga."
"Aku tahu," kata Pippin. "Memang memilukan untuk merelakannya, tapi apa lagi yang bisa kulakukan?"
"Tidak ada," kata Aragorn. "Siapa yang tak mampu membuang harta dalam keadaan darurat, akan terbelenggu. Kau sudah bertindak benar."
"Tindakan memotong tali di pergelangan tanganmu itu cerdik sekali!" kata Gimli. "Keberuntungan sedang bersamamu saat itu, tapi boleh dikatakan kau mengambil kesempatan dengan kedua tanganmu."
"Dan meninggalkan teka-teki berat bagi kami," kata Legolas. "Kupikir kau tiba-tiba punya sayap!"
"Sayang sekali tidak," kata Pippin. "Tapi kau tidak tahu tentang Grishnakh." ia menggigil dan tidak mengatakan apa-apa lagi, membiarkan Merry menceritakan semua saat-saat terakhir yang mengerikan; tangan-tangan yang meraba-raba, napas panas, dan kekuatan mengerikan dalam tangan Grishnakh yang berbulu lebat.
"Segala sesuatu tentang Orc dari Barad-dur ini Lugburz sebutan mereka membuatku cemas," kata Aragorn. "Penguasa Kegelapan sudah tahu terlalu banyak, anak buahnya juga; tampaknya Grishnakh mengirim pesan ke seberang Sungai setelah percekcokan. Mata Merah akan mengamati Isengard. Tapi setidaknya Saruman sudah terjepit belahan tongkat yang dibuatnya sendiri."
"Ya, pihak mana pun yang menang, masa depannya jelek," kata Merry. "Semuanya mulai kacau sejak pasukan Orc-nya menginjakkan kaki di Rohan."
"Kami melihat sekilas bajingan tua itu, atau begitulah menurut Gandalf," kata Gimli. "Di pinggir Hutan."
"Kapankah itu?" tanya Pippin.
"Lima malam yang lalu," kata Aragorn.
"Coba lihat," kata Merry, "lima malam yang lalu sekarang kita sampai ke bagian cerita yang sama sekali tidak kauketahui. Kami bertemu Treebeard pada pagi setelah pertempuran itu, dan malam itu kami berada di Wellinghall, salah satu rumah Ent miliknya. Pagi berikutnya kami ke Entmoot, pertemuan para Ent, hal paling aneh yang pernah kulihat sepanjang hidupku. Pertemuan itu berlangsung sepanjang hari dan hari berikutnya; kami melewatkan malam bersama seorang Ent bernama Quickbeam. Lalu siang hari ketiga pertemuan mereka, mendadak para Ent marah. Mengherankan sekali. Hutan sudah terasa tegang, seakan-akan ada badai petir sedang dimasak di dalamnya: lalu tiba-tiba dia meledak. Seandainya kau bisa mendengar lagu yang mereka nyanyikan sambil berbaris."
"Kalau Saruman mendengarnya, dia pasti kabur dari sini, mesti harus lari dengan kakinya sendiri," kata Pippin.
"Walau Isengard kuat dan keras, beku bagai batu dan gersang bagai tulang, Kita pergi, kita pergi, kita pergi perang, membelah-belah batu dan mendobrak gerbang!
Masih banyak lagi. Banyak lagu mereka sama sekali tanpa syair, kedengarannya seperti bunyi terompet dan genderang. Sangat menggairahkan. Mulanya kukira musik itu hanya musik berbaris, hanya sebuah lagu sampai aku datang kemari. Aku sudah lebih tahu sekarang."
"Kami menuruni punggung bukit terakhir, masuk ke Nan Curunir, setelah malam tiba," lanjut Merry. "Saat itulah aku merasa hutan itu sendiri bergerak di belakang kami. Kukira aku sedang mimpi Ent, tapi Pippin juga melihatnya. Kami berdua ketakutan; tapi kami tidak mengerti banyak tentang itu, sampai kemudian,"
"Itulah Huorn, atau begitulah para Ent menyebut mereka dalam 'bahasa singkat'. Treebeard tidak mau bicara banyak tentang mereka, tapi kurasa mereka adalah Ent yang sudah hampir seperti pohon, setidaknya dari penampilan mereka. Mereka berdiri di sana-sini di hutan, atau di bawah pinggiran atap hutan, selamanya mengawasi pepohonan; jauh di lembah-lembah paling gelap ada ratusan dari mereka, kurasa."
"Dalam diri mereka ada kekuatan dahsyat, dan tampaknya mereka mampu menyelubungi diri dalam bayangan: sulit sekali melihat mereka bergerak. Tapi mereka bisa bergerak. Mereka bisa bergerak sangat cepat, kalau marah. Kau berdiri diam memperhatikan cuaca, misalnya, atau mendengarkan desiran angin, lalu mendadak kau menyadari kau berada di tengah hutan, dengan pohon-pohon besar menggapai-gapai di sekelilingmu. Mereka masih mempunyai suara, dan bisa berbicara dengan para Ent karena itu mereka disebut Huorn, kata Treebeard tapi mereka sudah menjadi aneh dan liar. Berbahaya. Aku akan sangat ketakutan bertemu mereka, kalau tidak ada Ent asli di sekitarku untuk
mengawasi mereka."
"Well, di malam yang belum larut, kami merangkak menyusuri jurang panjang sampai ke ujung Lembah Penyihir, para Ent dengan semua Huorn mereka yang berdesir di belakang. Kami tentu saja tak bisa melihat mereka, tapi seluruh udara dipenuhi bunyi keriutan. Malam itu sangat kelam dan berawan. Mereka bergerak dengan kecepatan tinggi, segera setelah meninggalkan bukit-bukit, dan mengeluarkan bunyi seperti angin yang berembus keras. Bulan tidak muncul dari antara awan-awan, dan tak lama setelah tengah malam, sudah ada sebuah hutan sepanjang sisi utara Isengard. Tak ada tanda-tanda musuh atau tantangan apa pun. Ada cahaya bersinar dari sebuah jendela tinggi di menara, itu saja.
"Treebeard dan beberapa Ent terus merangkak, sampai berada dalam jarak pandang gerbang besar. Pippin dan aku bersamanya. Kami duduk di bahu Treebeard, dan bisa kurasakan getaran ketegangan di dalam dirinya. Tapi, meski amarah mereka sedang bangkit, Ent bisa sangat hati-hati dan sabar. Mereka berdiri diam seperti batu dipahat, bernapas dan mendengarkan."
"Lalu mendadak ada gerakan hebat. Terompet berdengung, dan tembok-tembok Isengard bergema. Kami mengira kami sudah ketahuan dan pertempuran akan dimulai, tapi ternyata tidak. Semua anak buah Saruman berbaris pergi keluar. Aku tidak tahu banyak tentang perang ini, atau tentang para Penunggang dari Rohan, tapi kelihatannya Saruman berniat menewaskan Raja dan semua anak buahnya dengan satu pukulan akhir. Dia mengosongkan Isengard. Aku melihat musuh pergi: barisan-barisan tak berujung para Orc yang berjalan, dan pasukanpasukan mereka yang mengendarai serigala-serigala besar. Ada juga batalyon-batalyon Manusia. Banyak di antara mereka membawa obor, dan dalam nyala apinya aku bisa melihat wajah mereka. Kebanyakan di antara mereka hanyalah manusia biasa, agak tinggi dan berambut gelap, muram tapi tidak bertampang jahat. Ada beberapa yang tampak mengerikan: seperti manusia, tapi dengan wajah goblin, pucat, melirik, bermata juling. Mengingatkanku pada orang Selatan di Bree itu; hanya saja dia tidak terlalu seperti Orc, tidak seperti kebanyakan nyakan di antara mereka ini."
"Aku juga ingat dia," kata Aragorn. "Kami banyak menghadapi Half-Orc ketika di Helm's Deep. Tampaknya jelas sekarang bahwa orang Selatan itu mata-mata Saruman; tapi apakah dia bekerja sama dengan para Penunggang Hitam, atau hanya untuk Saruman, aku tidak tahu.
Sulit sekali mengetahui apakah bangsa jahat ini sedang bersekutu atau sedang saling menipu."
"Well, dari semua jenis dikumpulkan, setidaknya ada sepuluh ribu," kata Merry. "Makan waktu satu jam bagi mereka untuk keluar dari gerbang. Beberapa pergi melalui jalan raya ke arah Ford-ford, beberapa membelok dan pergi ke timur. Sebuah jembatan dibangun di sana, sekitar satu mil dari sini, di mana sungai mengalir dalam palung yang sangat dalam. Kau bisa melihatnya sekarang, kalau berdiri. Mereka semua bernyanyi dengan suara parau, dan tertawa, membuat hiruk-pikuk menjijikkan. Kupikir keadaan Rohan akan buruk sekali. Tapi Treebeard tidak bergerak. Dia berkata, 'Urusanku malam ini adalah dengan Isengard, dengan batu karang dan bebatuan.'"
"Tapi, meski tak bisa melihat apa yang terjadi dalam kegelapan, aku menduga para Huorn bergerak ke selatan, begitu gerbang tertutup lagi.
Urusan mereka rupanya dengan para Orc. Mereka sudah jauh sekali di lembah saat pagi tiba; atau setidaknya di sana ada bayang-bayang yang tak tertembus oleh mata."
"Begitu Saruman mengirimkan seluruh bala tentaranya, giliran kami tiba. Treebeard menurunkan kami dan pergi ke gerbang, lalu mulai memukul pintunya sambil memanggil Saruman. Tak ada jawaban, kecuali panah dan batu-batu dari atas tembok. Tapi panah tidak mempan terhadap Ent. Memang menyakiti mereka, dan membuat mereka marah: seperti nyamuk yang menggigit. Tapi Ent bisa dipenuhi panah Orc sampai seperti bantalan jarum, tanpa mengalami luka serius. Mereka tak bisa diracuni. Kulit mereka tampaknya sangat tebal, lebih alot daripada kulit pohon. Perlu sapuan kapak berat untuk benar-benar melukai mereka. Mereka tak senang kapak. Tapi perlu banyak sekali tukang kapak melawan satu Ent: orang yang satu kali menghantam Ent tidak bakal mendapat kesempatan untuk hantaman kedua. Pukulan Ent bisa menghancurkan besi seperti kaleng tipis.
"Saat beberapa panah sudah menancap dalam tubuh Treebeard, dia mulai memanas, benar-benar jadi 'terburu-buru', begitu istilahnya. Dia mendengungkan bunyi huum-hom nyaring, dan selusin Ent berdatangan. Ent yang sedang marah menakutkan sekali. Mereka melekatkan jari tangan dan kaki pada batu, dan merenggutkannya seperti kulit roti. Rasanya seperti melihat akar-akar pepohonan besar selama ratusan tahun yang beraksi dalam beberapa detik."
"Mereka mendorong, merenggut, merobek, mengguncang, dan menghantam; plang-bang, gedubrak-krak, dalam lima menit gerbang ini sudah hancur berserakan; beberapa Ent mulai menggerogoti tembok-tembok, seperti kelinci dalam perangkap pasir. Aku tidak tahu pikiran Saruman tentang apa yang terjadi; tapi kurasa dia tidak tahu bagaimana menanganinya. Memang keahlian sihirnya agak menurun belakangan ini, tapi bagaimanapun kurasa dia tak mampu banyak menggertak, dan tidak cukup punya keberanian, sendirian di tempat terjepit tanpa banyak budak, mesin, dan peralatan, kalau kau mengerti maksudku. Sangat berbeda dengan Gandalf yang baik. Aku jadi bertanya-tanya, jangan-jangan kemasyhuran Saruman hanya disebabkan oleh kecerdikannya menetap di Isengard."
"Tidak," kata Aragorn. "Dulu dia pernah hebat. Pengetahuannya dalam, pikirannya halus, dan tangannya luar biasa terampil; dan dia punya kekuatan menguasai pikiran orang lain. Yang bijak bisa dibujuknya, dan orang-orang biasa bisa ditakutinya. Kekuatan itu masih dimilikinya.
Menurutku, tidak banyak orang di Dunia Tengah yang aman kalau ditinggal sendirian bercakap-cakap dengannya, bahkan sekarang, setelah dia mengalami kekalahan. Gandalf, Elrond, dan Galadriel mungkin tidak terpengaruh olehnya, setelah kekejiannya terbuka kini, tapi hanya
sedikit sekali orang-orang lain yang aman dari pengaruhnya."
"Para Ent aman," kata Pippin. "Rupanya dulu dia pernah mengamati mereka, tapi tidak lagi. Bagaimanapun, dia tidak memahami mereka; dan dia membuat kesalahan besar dengan tidak memperhitungkan mereka. Dia tidak punya rencana untuk menghadapi mereka, dan sudah tak ada waktu lagi untuk membuat rencana, begitu mereka mulai bekerja. Setelah serangan dimulai, tikus-tikus yang masih tertinggal di Isengard mulai berlarian melalui semua lubang yang dibuat Ent. Para Ent membiarkan Manusia-Manusia pergi, setelah menanyai masing-masing, hanya dua atau tiga lusin di sebelah sini. Kurasa tidak banyak bangsa Orc dari ukuran apa pun yang lolos. Tidak dari para Huorn: ada satu hutan penuh mengepung Isengard saat itu, juga mereka yang datang melalui lembah."
"Ketika para Ent sudah menghancurkan sebagian besar tembok selatan menjadi puing, dan sisa-sisa anak buahnya sudah lari meninggalkannya, Saruman lari dengan panik. Rupanya dia berada di dekat gerbang ketika kami tiba: kurasa dia datang untuk melihat bala tentaranya yang hebat berbaris keluar. Ketika para Ent mendobrak masuk, dia pergi terburu-buru. Mula-mula mereka tidak melihatnya, tapi malam mulai terang, dan banyak cahaya bintang, cukup bagi para Ent untuk melihat. Tiba-tiba Quickbeam berteriak, 'Pembunuh pohon, pembunuh pohon!' Quickbeam makhluk yang lembut, tapi dia justru sangat membenci Saruman: rakyatnya banyak menderita di bawah kapak-kapak Orc. Dia melompat lari ke jalan dari gerbang dalam, dan dia bisa bergerak seperti angin kalau sudah marah. Sebuah sosok pucat berlari pergi keluar-masuk bayangan tiang-tiang, dan sudah hampir mencapai tangga ke pintu menara. Nyaris sekali. Quickbeam begitu Panas mengejarnya, sampai Saruman tinggal selangkah-dua langkah akan tertangkap dan dicekiknya, tapi Saruman berhasil menyelinap masuk ke pintu.
"Ketika sudah aman kembali di dalam Orthanc, Saruman mulai menjalankan beberapa mesinnya yang berharga. Saat itu sudah banyak Ent di dalam Isengard: beberapa mengikuti Quickbeam, yang lain datang menyerbu dan utara dan timur; mereka berkeliaran ke sana kemari, melakukan pengrusakan besar-besaran. Mendadak muncul api dan asap busuk: lubang-lubang angin dan cerobong-cerobong di seluruh pelataran mulai menyemprot dan menyembur. Beberapa Ent hangus melepuh. Salah satu di antara mereka, kalau tak salah namanya Beechbone, yang sangat tinggi dan tampan, terjebak semprotan api cair dan terbakar seperti obor: pemandangan mengerikan.
"Itu membuat mereka marah besar. Kukira mereka sudah benar-benar marah sebelumnya; ternyata aku salah. Akhirnya aku melihat kemarahan yang sebenarnya. Mencengangkan. Mereka menggeram, menderum, dan mengaum, sampai bebatuan mulai retak dan jatuh hanya karena bunyi berisik mereka. Merry dan aku berbaring di lantai, menyumpal telinga dengan jubah kami. Para Ent berjalan mengitari dan terus mengitari menara Orthanc, melangkah dan mengamuk bagai angin melolong, mematahkan tiang-tiang, melemparkan longsoran batu ke dalam cerobong-cerobong, dan keping-keping besar batu ke udara, seperti daun. Menara itu berada di tengah angin puyuh yang berputarputar. Aku melihat tonggak-tonggak besi dan keping-keping bata tembok terbang meroket beberapa ratus kaki, dan hancur mengenai jendela jendela Orthanc. Tapi Treebeard tetap berkepala dingin. Syukurlah dia tidak menderita luka bakar sama sekali. Dia tak ingin rakyatnya melukai diri mereka sendiri dalam kemarahan, dan dia tak ingin Saruman lolos di tengah kekacauan. Banyak Ent menabrakkan diri ke menara Orthanc, tapi menara itu mengalahkan mereka. Menara itu mulus dan keras sekali. Ada daya sihir di dalamnya, mungkin lebih tua daripada sihir Saruman. Pokoknya mereka tak bisa menyerangnya, atau memecahkannya; dan mereka mencederai serta melukai diri sendiri padanya."
"Maka Treebeard keluar ke pelataran dan berteriak. Suaranya yang luar biasa terdengar nyaring di atas semua hiruk-pikuk. Suasana
mendadak jadi sangat sepi. Dalam keheningan itu, kami mendengar tawa melengking dan sebuah jendela tinggi di menara. Itu berakibat aneh pada para Ent. Amarah mereka sudah meluap, kini mereka menjadi dingin, muram seperti es, dan diam. Treebeard berbicara pada mereka dalam bahasa mereka sendiri untuk beberapa saat; kurasa dia menceritakan sebuah rencana yang sudah lama ada di kepalanya. Lalu diamdiam mereka menghilang dalam cahaya kelabu. Fajar hampir tiba saat itu."
"Mereka rupanya mengawasi menara, tapi para pengawas ini tersembunyi begitu baik dalam kegelapan dan begitu diam, sampai-sampai aku tak bisa melihat mereka. Yang lain pergi ke utara. Sepanjang hari itu mereka sibuk, tidak kelihatan. Kebanyakan kami ditinggal sendirian.
Hari itu muram sekali; kami berkeliaran sedikit, meski sedapat mungkin kami tetap di luar sudut pandang jendela jendela Orthanc: mereka menatap kami dengan begitu mengancam. Kebanyakan kami menghabiskan waktu mencari sesuatu untuk dimakan. Kami juga duduk dan bercakap-cakap, sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di selatan, di Rohan, dan apa yang terjadi dengan sisa Rombongan. Sesekali kami bisa mendengar bunyi kertakan dan jatuhnya bebatuan di kejauhan, serta bunyi dentuman yang bergema di perbukitan."
"Di siang hari kami berjalan mengelilingi lingkaran, dan pergi melihat apa yang sedang terjadi. Ada hutan besar remang-remang terdiri atas para Huorn di puncak lembah, dan satu lagi mengelilingi tembok utara. Kami tidak berani masuk. Tapi di dalam terdengar bunyi kesibukan merobek dan mengoyak. Ent dan Huorn sedang menggali sumur dan parit-parit raksasa, membuat kolam dan bendungan besar, mengumpulkan seluruh air Isen dan semua sungai serta mata air yang bisa mereka temukan. Kami membiarkan mereka.
"Senja hari Treebeard datang kembali ke gerbang. Dia bersenandung dan menderum sendiri, dan kelihatan puas. Dia berdiri merentangkan tangan dan kakinya yang besar, lalu menarik napas panjang. Aku bertanya apakah dia lelah.
"'Lelah?" katanya, "lelah? Well, tidak, tidak lelah, tapi kaku. Aku butuh minuman Entwash yang bagus. Kami sudah bekerja keras; hari ini kami sudah banyak sekali memecahkan batu dan menggerogoti tanah, melebihi yang pernah kami lakukan bertahun-tahun silam. Tapi kami
sudah hampir selesai. Kalau malam tiba, jangan berada dekat gerbang ini atau terowongan lama! Air mungkin akan mengalir masuk dan untuk sementara akan berupa air busuk, sampai seluruh sampah Saruman tercuci bersih. Baru Isen bisa mengalir jernih lagi." ia mulai menghancurkan sedikit dinding-dinding lagi dengan santai, seolah hanya menghibur diri sendiri.
"Kami baru mulai bertanya-tanya, di mana tempat yang aman untuk berbaring dan mencoba tidur sejenak, ketika hal paling mengagumkan terjadi. Seorang penunggang berkuda cepat melewati jalan. Merry dan aku berbaring diam, dan Treebeard bersembunyi dalam bayangbayang di bawah lengkungan. Mendadak seekor kuda besar melangkah seperti kilatan perak. Malam gelap, tapi bisa kulihat wajah Penunggang itu dengan jelas: tampaknya bersinar, dan seluruh pakaiannya putih. Aku duduk tegak, melongo. Aku mencoba berteriak, tapi tak bisa."
"Ternyata aku tak perlu berteriak. Penunggang itu berhenti di dekat kami dan menatap kami. 'Gandalf!' kataku akhirnya, tapi suaraku hanya berupa bisikan. Apakah dia mengatakan, 'Halo, Pippin! Ini kejutan menyenangkan!'? Oh, tidak! Dia berkata, 'Bangun kau, Took tolol! Di mana Treebeard berada di tengah puing-puing ini? Aku perlu dia, cepat!'"
"Treebeard mendengar suaranya, dan segera keluar dari balik bayang-bayang; pertemuan mereka aneh. Aku heran, karena masing-masing sama sekali tidak kelihatan kaget. Gandalf jelas sudah menduga akan menemukan Treebeard di sini, dan Treebeard seolah memang sengaja berkeliaran dekat gerbang untuk menemuinya. Meski begitu, kami sudah menceritakan pada Ent tua itu segala sesuatu tentang Moria. Tapi kemudian aku ingat tatapan aneh di matanya saat itu. Kuduga dia sudah bertemu Gandalf, atau sudah mendengar kabar tentang dial, tapi tak mau mengatakan apa pun dengan terburu-buru. 'Jangan terburu-buru' adalah motonya; tapi memang tidak ada makhluk apa pun, termasuk Peri, yang mau bicara banyak tentang gerak-gerik Gandalf kalau dia tak ada di sana."
"'Huum! Gandalf!" kata Treebeard. "Aku senang kau sudah datang. Kayu dan air, ternak dan batu, bisa kuatasi; tapi di sini ada Penyihir yang harus ditangani."
"'Treebeard," kata Gandalf. "Aku butuh bantuanmu. Kau sudah berbuat banyak, tapi aku perlu lebih banyak lagi. Aku harus menangani sekitar sepuluh ribu Orc." Lalu mereka berdua pergi dan mengadakan rapat di suatu pojok. Pasti rasanya sangat tergesa-gesa bagi Treebeard, karena Gandalf amat sangat terburu-buru, dan berbicara sangat cepat sebelum mereka keluar dari jangkauan pendengaran. Mereka hanya pergi beberapa menit, mungkin seperempat jam. Lalu Gandalf kembali ke tempat kami, dan dia kelihatan lega, hampir-hampir gembira. Katanya dia gembira melihat kami saat itu.
"'Tapi Gandalf," aku berteriak, "ke mana saja kau selama ini? Dan apakah kau sudah bertemu yang lain?"
"'Ke mana pun aku pergi, aku sudah kembali," jawabnya dengan gaya khas Gandalf. "Ya, aku sudah bertemu beberapa dari yang lain. Tapi berita harus menunggu. Ini malam yang berbahaya, dan aku harus berjalan cepat. Tapi fajar mungkin akan lebih cerah; dan nanti kita akan bertemu lagi. Jaga dirimu sendiri, dan jauhilah Orthanc! Selamat tinggal!" Treebeard merenung setelah Gandalf pergi. Rupanya dalam waktu singkat dia sudah mendengar banyak, dan sedang mencernakannya. Dia memandang kami dan berkata, "Hm, well, ternyata kalian bukan orang-orang yang sangat terburu-buru seperti semula kuduga. Apa yang kalian ucapkan jauh lebih sedikit daripada apa yang bisa kalian ucapkan, dan tidak lebih dari yang seharusnya. Hm, ini berita besar dan tidak salah lagi! Well, sekarang Treebeard harus sibuk lagi."
"Sebelum dia pergi, hanya sedikit berita yang bisa kami minta darinya; dan berita itu sama sekali tidak membuat kami gembira. Tapi saat itu kami lebih memikirkan kalian bertiga daripada Frodo dan Sam, atau Boromir yang malang. Karena kami menyimpulkan ada pertempuran hebat sedang berlangsung, atau bakal berlangsung, dan bahwa kalian terlibat di dalamnya, dan mungkin tidak akan lolos.
"'Para Huorn akan membantu," kata Treebeard. Lalu dia pergi, dan kami tidak melihatnya lagi sampai pagi ini.
"Sudah larut malam. Kami berbaring di atas tumpukan batu, dan tak bisa melihat apa pun di luarnya. Kabut atau bayang-bayang memburamkan penglihatan, seperti bentangan selimut besar di sekitar kami. Udara terasa panas dan berat, dipenuhi bunyi desiran, keriutan, dan gumaman seperti suara-suara yang lewat. Kurasa ratusan Huorn lewat untuk membantu pertempuran. Kemudian ada bunyi gemuruh besar seperti petir di selatan, dan kilatan halilintar jauh di atas Rohan. Sesekali kami bisa melihat puncak-puncak gunung, bermil-mil jauhnya dari sini, menjulang mendadak, hitam dan putih, kemudian lenyap. Dan di belakang kami ada bunyi-bunyi seperti guruh di bukit-bukit, tapi berbeda. Saat-saat tertentu, seluruh lembah bergema."
"Sekitar tengah malam, para Ent membelah bendungan dan mengucurkan seluruh air yang dikumpulkan melalui lubang di dinding utara, masuk ke Isengard. Kegelapan Huorn sudah lewat, dan guruh menghilang. Bulan tenggelam di balik pegunungan barat.
"Isengard mulai terisi aliran dan kolam-kolam hitam merayap, berkilauan dalam cahaya terakhir Bulan, ketika mereka menyebar memenuhi pelataran. Sesekali air itu menemukan jalan masuk turun ke cerobong atau lubang semprotan. Uap putih besar mendesis naik. Asap melayang bergelombang-gelombang. Ada ledakan-ledakan dan embusan api. Satu pilinan besar asap naik berputar-putar, mengitari Orthanc, sampai tampak seperti puncak awan tinggi, berapi-api di bawah dan disinari cahaya bulan di atasnya. Air masih terus mengalir masuk, sampai akhirnya Isengard tampak seperti wajan besar datar, beruap dan bergelembung."
"Kami melihat awan asap dan uap dari selatan tadi malam, ketika kami sampai di mulut Nan Curunir," kata Aragorn. "Kami khawatir Saruman menggodok suatu sihir baru untuk menyambut kami."
"Tidak!" kata Pippin. "Dia mungkin sedang tercekik dan sudah tidak tertawa lagi. Di pagi hari, kemarin pagi, air sudah masuk ke semua lubang, dan ada kabut tebal. Kami menyelamatkan diri ke ruang penjagaan di sana; kami agak ketakutan. Kolam mulai meluap dan mengalir keluar dan terowongan lama, dan air dengan cepat naik sampai ke tangga. Kami mengira akan terjebak seperti Orc di dalam lubang, tapi kami menemukan tangga putar di bagian belakang sebuah gudang yang membawa kami ke puncak lengkungan. Kami hampir terjepit ketika hendak keluar, sebab jalan keluar sudah retak dan setengah terhalang oleh timbunan batu yang jatuh dekat puncaknya. Di sana kami duduk tinggi di atas banjir, memperhatikan terbenamnya Isengard. Para Ent terus mengalirkan lebih banyak air, sampai semua api padam dan semua gua terisi. Kabut perlahan-lahan berkumpul, naik menjadi payung awan yang sangat besar: kira-kira satu mil tingginya. Di senja hari ada pelangi besar di perbukitan timur; kemudian matahari terbenam terhapus oleh hujan gerimis tebal di lereng pegunungan. Suasana menjadi sangat sepi. Beberapa serigala melolong, jauh sekali. Para Ent menghentikan pengaliran air malam itu, dan mengalirkan Isen kembali ke alurnya yang lama. Itulah akhir kisahnya."
"Sejak itu air sudah surut lagi. Pasti ada lubang keluar di suatu tempat di bawah gua-gua. Kalau Saruman mengintip keluar dan salah satu jendelanya, semua pasti kelihatan kacau berantakan serta muram. Kami merasa sangat kesepian. Tak ada Ent untuk diajak mengobrol dalam puing-puing ini; dan tak ada berita. Kami melewatkan malam di atas sana, di puncak lengkungan, hawanya dingin dan lembap, dan kami tidak tidur. Kami merasa setiap saat bisa terjadi sesuatu. Saruman masih di dalam menaranya. Ada bunyi berisik seperti angin berembus mendaki lembah. Aku menyangka semua Ent dan Huorn yang pergi sudah kembali; tapi ke mana mereka semua pergi, aku tidak tahu. Pagi itu berkabut dan basah ketika kami turun dan melihat sekeliling; tak ada orang sama sekali. Dan itulah semua yang bisa diceritakan. Sekarang suasana hampir-hampir kelihatan damai, setelah huru-hara itu. Dan lebih aman juga, sejak Gandalf kembali. Aku bisa tidur!"
Semua terdiam sesaat. Gimli mengisi kembali pipanya. "Ada satu hal yang kuherankan," katanya sambil menyalakan pipanya dengan korek dan kotak geretan. "Wormtongue. Kaubilang pada Theoden bahwa dia bersama Saruman. Bagaimana dia bisa sampai di sana?"
"Oh, ya, aku lupa tentang dia," kata Pippin. "Dia baru datang tadi pagi. Kami baru saja menyalakan api dan sarapan ketika Treebeard muncul lagi. Kami mendengar dia mendengung dan memanggil nama kami di luar."
"'Aku datang untuk melihat keadaan kalian, anak-anakku," katanya, "dan untuk memberi sedikit kabar. Para Huorn sudah kembali. Semuanya beres; ya beres sekali!" Dia tertawa dan menepuk pahanya. "Tak ada lagi Orc di Isengard, tak ada lagi kapak! Dan orang-orang akan berdatangan dari selatan sebelum hari siang; kalian akan senang melihat mereka."
"Baru saja dia bilang begitu, kami mendengar derap kaki kuda di jalan. Kami berlari ke depan gerbang, aku berdiri dan melotot, setengah berharap Strider dan Gandalf datang membawa pasukan. Tapi dari kabut keluar seorang laki-laki menunggang kuda tua yang letih; dia sendiri tampak seperti sejenis makhluk aneh. Tak ada orang lain. Ketika dia keluar dari kabut, dan melihat semua puing dan kehancuran di depannya, dia melongo, wajahnya hampir hijau. Dia begitu tercengang, sampai mulamula tidak melihat kami. Ketika melihat kami, dia berteriak dan mencoba memutar kudanya untuk pergi. Tapi Treebeard maju tiga langkah dan menjulurkan tangannya yang panjang, mengangkat orang itu dan pelananya. Kudanya Iari ketakutan, dan dia menyembah-nyembah di tanah. Dia mengatakan dia Grima, sahabat dan penasihat Raja yang dikirim membawa pesan-pesan penting dari Theoden untuk Saruman."
"Tak ada yang berani melewati daratan terbuka, penuh dengan Orc jahat." katanya, "jadi aku yang dikirim. Perjalananku penuh bahaya, aku lapar dan letih. Aku berjalan menyimpang ke utara, karena dikejar serigala." Aku menangkap lirikan-lirikannya ke arah Treebeard. "Pembohong," Pikirku. Treebeard memandangnya dengan caranya yang lama dan lamban, sampai laki-laki memelas itu menggeliat di lantai. Akhirnya Treebeard berkata, "Ha, hm, aku sudah menunggu kedatanganmu, Master Wormtongue." Laki-laki itu kaget mendengar nama itu. "Gandalf sudah lebih dulu datang kemari. Jadi aku sudah tahu yang perlu kuketahui tentang dirimu, dan aku tahu apa yang harus kulakukan padamu. Masukkan semua tikus dalam satu perangkap," kata Gandalf; "dan itu akan kulakukan. Aku sekarang penguasa Isengard, tapi Saruman terkurung di dalam menaranya; kau bisa masuk ke sana dan memberikan semua pesan yang bisa kaukarang."
"Biarkan aku pergi!" kata Wormtongue. "Aku tahu jalannya."
"Dulu kau tahu jalannya, aku tidak meragukan itu," kata Treebeard. "Tapi keadaan sudah berubah sedikit sekarang. Pergi dan lihatlah!" Dia membiarkan Wormtongue pergi. Orang itu berjalan terpincang-pincang melewati lengkungan, dengan kami di belakangnya, sampai dia tiba di dalam lingkaran dan bisa melihat air banjir yang memisahkan dirinya dengan Orthanc. Lalu dia berbicara pada kami.
"Biarkan aku pergi!" ratapnya. "Biarkan aku pergi! Pesan-pesanku sudah tak berguna lagi sekarang."
"Memang," kata Treebeard. "Tapi kau hanya punya dua pilihan: tetap bersamaku sampai Gandalf dan majikanmu datang, atau menyeberangi air. Mana yang kaupilih?" Laki-laki itu gemetar mendengar majikannya disebut. Dia memasukkan satu kaki ke dalam air, tapi menariknya kembali. "Aku tidak bisa
berenang," katanya.
"Airnya tidak dalam," kata Treebeard. "Memang kotor, tapi tidak akan mencederaimu, Master Wormtongue. Masuk sekarang!" Orang malang itu menggelepar-gelepar masuk ke air bah. Airnya hampir setinggi lehernya sebelum dia terlalu jauh untuk kulihat. Terakhir aku melihatnya berpegangan pada sebuah tong lapuk atau sebatang kayu. Tapi Treebeard berjalan di belakangnya, memperhatikan kemajuan perjalanannya.
"Well, dia sudah masuk," kata Treebeard ketika kembali. "Aku melihatnya merangkak menaiki tangga, seperti tikus kehujanan. Masih ada orang di dalam menara: sebuah tangan keluar dan menariknya masuk. Jadi dia ada di sana, dan kuharap dia menyukai penyambutannya.
Sekarang aku harus pergi dan mencuci bersih lumpur pada tubuhku. Aku akan berada di sebelah utara, kalau ada yang ingin bertemu denganku. Di sini tidak ada air bersih yang patut diminum Ent, atau untuk mandi. Jadi, kuminta kalian berdua menjaga dekat gerbang, menunggu orang-orang yang akan datang. Penguasa Padang-Padang Rohan akan datang, perhatikan! Kalian harus menyambutnya sebaik mungkin: anak buahnya sudah bertempur hebat dengan para Orc. Mungkin kalian lebih tahu daripada Ent, kata-kata penyambutan macam apa yang pantas untuk seorang penguasa seperti itu. Sudah banyak sekali penguasa di padang-padang hijau di zamanku, dan aku belum pernah belajar bahasa atau nama-nama mereka. Mereka pasti menginginkan makanan manusia, dan kalian tahu semua tentang itu, kukira.
"Jadi, carilah apa yang menurut kalian pantas dimakan seorang raja, kalau bisa. Dan itulah akhir kisah ini. Meski aku ingin tahu siapa sebenarnya Wormtongue ini. Benarkah dia penasihat Raja?"
"Dulunya," kata Aragorn, "dan juga mata-mata serta anak buah Saruman di Rohan. Sudah sepantasnya dia mendapat nasib demikian. Melihat bahwa semua yang dikiranya kuat dan hebat ternyata hancur, pasti merupakan kejutan berat baginya. Tapi kurasa nasib yang lebih buruk akan menimpanya."
"Ya, kurasa Treebeard mengirimnya ke Orthanc bukan karena berbaik hati," kata Merry. "Treebeard kelihatan senang, dan tertawa sendiri ketika pergi untuk minum dan mandi. Kami sibuk sekali sesudahnya, memeriksa barang-barang yang terapung, menggeledah sana-sini. Kami menemukan dua atau tiga gudang di beberapa tempat berbeda dekat sini, di permukaan air banjir. Tapi Treebeard menyuruh beberapa Ent turun, dan mereka membawa banyak sekali barang."
"Kami perlu makanan manusia untuk dua puluh lima orang," kata para Ent, jadi kau bisa tahu ada yang menghitung rombonganmu dengan cermat sebelum kau datang. Kalian bertiga rupanya dianggap bergabung dengan para petinggi. Tapi nasib kalian tidak akan lebih bagus.
Kami menyimpan makanan, selain mengirimkannya. Lebih baik malah, karena kami tidak mengirimkan minuman.
"Bagaimana dengan minuman?" kataku kepada para Ent.
"Ada air dari Isen," kata mereka, "dan itu cukup baik bagi Ent maupun Manusia." Kalau saja para Ent punya cukup waktu untuk membuat minuman mereka sendiri dari mata air pegunungan, akan kita lihat jenggot Gandalf keriting kalau dia kembali. Setelah para Ent pergi, kami merasa letih dan lapar. Tapi kami tidak menggerutu kerja keras kami mendapat imbalan cukup baik. Ketika sedang mencari-cari makananlah Pippin menemukan harta paling bagus dari benda-benda terapung itu-tong-tong Homblower itu. "Tembakau lebih enak dinikmati setelah makan," kata Pippin; begitulah terjadinya.
"Kami sudah mengerti sepenuhnya sekarang," kata Gimli.
"Semua, kecuali satu hal," kata Aragorn. "Tembakau dari Wilayah Selatan ada di Isengard. Semakin kupikirkan, semakin aneh rasanya. Aku belum pernah ke Isengard, tapi aku sudah mengembara di daratan ini, dan aku tahu betul daratan-daratan kosong di antara Rohan dan Shire.
Tak ada barang maupun orang yang lewat di sana selama bertahun-tahun, tidak secara terbuka. Saruman pasti punya urusan rahasia dengan seseorang di Shire. Mungkin bisa ditemukan Wormtongue lain di rumah-rumah lain selain rumah Raja Theoden. Apakah ada tanggal pada tong-tong itu?"
"Ya," kata Pippin. "Itu panen tahun 1417, berarti tahun lalu; bukan, tahun sebelumnya, tentu tahun yang bagus."
"Ah … sudahlah, kejahatan apa pun yang dulu ada, sudah habis sekarang, kuharap; atau mungkin sekarang berada di luar jangkauan kita," kata Aragorn. "Tapi aku akan memberitahukan ini pada Gandalf, meski ini hanya masalah kecil saja di tengah urusan-urusannya yang besar."
"Heran, apa yang dilakukannya sekarang," kata Merry. "Siang sudah semakin larut. Nanti kita pergi melihat-lihat! Setidaknya kau bisa masuk Isengard sekarang, Strider, kalau kau mau. Tapi pemandangannya tidak menggembirakan."
BERSAMBUNG KE BAB 10/11 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates