Social Icons

Pages

(S4suk3) Jendela Kenangan - Bab 1/9 GADIS BAYANGAN


Masih di RS Melia
Tubuhku masih gemetar ketakutan, masih berharap ini adalah mimpi. Walau sosoknya adalah seorang wanita cantik, tapi tetap saja roh yang keluar dari jasad yang ada di hadapanku adalah sesuatu yang menakutkan bagiku. Mataku terbelalak lebar, tak mampu menutup untuk mengurangi rasa takut. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi wajahku.


“ Hei, kamu tak perlu takut denganku, karna aku tak dapat menyentuhmu “ ucap gadis itu kembali, kucoba atur ritme jantungku, dan juga tarikan nafasku agar normal kembali. Kutarik nafas dalam-dalam, lalu kuhembuskan perlahan, mataku masih menatap gadis itu.

“ Sebenarnya kau ini kenapa ? “ tanyaku sedikit gugup dengan nafas yang masih tersengal.

“ Aku juga tidak tahu kenapa, saat aku kecelakaan 2 tahun yang lalu, tiba-tiba saja aku sudah berada di samping tubuhku “ jawab gadis itu.

“ Tak ada satu orang keluarga, teman bahkan tunanganku-pun yang melihat keberadaanku, mereka hanya melihat tubuhku yang sedang terbaring koma. Mereka tak melihat aku yang berada disampingnya “ ucap gadis itu kembali, kepalanya terntunduk, suaranya menjadi lirih.

“ Baiklah, sepertinya aku harus pulang. Maaf telah mengganggumu “ pikiranku menjadi bermacam-macam. Takut, heran, kasihan dan perasaan-perasaan aneh mengelilingi otakku. Secepat mungkin aku berbalik dan kulangkahkan kakiku meninggalkan gadis itu, sesekali kulihat kebelakang dan gadis itu masih mengikutiku. Melihat wajah sedihnya aku berhenti kembali dan aku berbalik menghadapnya.

“ Apa yang kau inginkan dariku ? “ tanyaku sedikit keras pada gadis itu.

“ Aku butuh teman, dan aku butuh pertolongan untuk berkomunikasi dengan kerabatku “ jawabnya

“ Lalu apa yang bisa kuperbuat ? “ tanyaku kembali

“ Untuk sementara, biarkan aku tinggal bersamamu, disini hanya menambah bebanku saja karna melihat jasadku yang terbaring lemas “ jawabnya

“ Tapi apa kata tetanggaku bila mengetahui aku tinggal bersama seorang gadis asing “

“ Hanya kamu yang bisa melihatku, jadi tak perlu khawatir “

Aku berfikir sejenak, masih berada diantara rasa ada dan tiada. Melihat mata gadis yang penuh pengharapan “ Baiklah “ dengan penuh kebimbangan aku menerima permintaannya. Masih ada perasaan takut yang hinggap dipikiranku, walaupun sudah berkurang drastis. Aku dan dia kini berjalan kembali menuju parkiran mobil. Sesekali kuperhatikan wajah gadis yang berjalan disebelahku, hhhmm cantik tapi sayang gentayangan membuat takut saja.

Sesampainya diparkiran, kubuka pintu Fortuner silverku dan kumasuk ke dalam mobilku. Aku terkejut saat gadis itu tiba-tiba duduk di sampingku, padahal aku belum membuka pintu samping mobilku. Ah aku baru ingat bahwa ia bisa menembus. Dengan senyum menyeringai gadis itu menatapku, menggerakkan kepalanya.

“ Kaget ya ? “ tanyanya

“ Oh iya, namamu Sam kan. Aku Shina “ ucapnya memperkenalkan diri, aku masih saja terdiam menatapnya. Aku masih tak percaya mengalami hal aneh seperti ini, kucoba menstarter mobilku, ah ternyata bisa kustarter. Aku kira karna ada arwah bergentayangan di mobilku, jadi tak dapat dinyalakan. Ternyata hal itu hanya ada dalam film saja. Aku mulai merubah posisi persneling dan menjalankan mobilku menuju rumahku yang tak jauh dari rumah sakit, masih di daerah Cibubur.

Rumahku pukul 8.00 malam
Aku berjalan menuju pintu rumahku, setelah menutup rolling dor bagasiku. Kubuka rumah yang tadinya kupikir untuk tinggal aku dan Via seandainya kami menikah. Kurebahkan tubuh lelahku disofa biru, lalu kunyalakan TV dengan remot yang terletak di sofa. Aku stel saluran tv channel box office “ Hachiko “

Akhh tiba-tiba saja aku teringat oleh Via, di sofa ini dan di channel ini, aku dan Via biasa menghabiskan akhir pekan kami. Menonton film-film made in hollywood dari genre action, romantic, Sci Fi dan lain-lain. Kurangkul dia, kubelai indah rambutnya, kusandarkan kepalanya dibahuku.

Ah sudahlah mengingatnya hanya akan membuatku semakin tenggelam dalam kesedihan, aku pergi kedapur untuk membuat segelas jus jeruk dingin. Malam ini terlalu panas, terlebih bulan berada pada bentuk yang sempurna, hingga memantulkan sinar yang terang beserta panasnya. Setelah selesai kumembuat jus aku pergi menuju teras rumah, kududuk di kursi yang ada di teras. Kupandangi sekitar rumahku, ada beberapa anak kecil sedang bermain bersama, sedangkan ibu mereka sedang asik ngerumpi.

Sampai ketika suara binatang malam semakin jelas terdengar, anak-anak kecil telah ditidurkan ibunya, lampu-lampu sudah mulai dipadamkan, kedudukan bulan sudah tepat diatas kepalaku. Sungguh aku masih terpaku menatap bulan yang bersinar terang, seakan coba menerangi kelamnya hatiku tapi tak mampu. Coba bertutur padaku untuk menenangkan jiwaku, coba memberi tahu bahwa alam juga ikut meratapi kepedihanku.

“ Huaaaaaaaaa sedih bangeettt “ terdengar jeritan tangis seorang gadis, ya suara dari arwah gadis yang tadi mengikutiku. Apa dia mampu membaca isi hatiku, ya mungkin saja karna dia kan makhluk halus. Kulirik kanan dan kiri tapi aku tak dapat melihatnya, apa aku sudah tak bisa melihatnya kembali. Jeritan tangis itu makin keras kudengar, sepertinya dari arah dalam rumahku.

Kumasuki kembali rumahku, dan kudapati dia sedang duduk di sofa menatap serius film yang sedang tayang di TV. Matanya penuh linangan air mata ketika adegan si pemilik anjing meninggal dan anjingnya itu masih setia menunggu tuannya di stasiun kereta. Oh ternyata dia menangis karna menonton film.

“ Hei seishin sedang apa kamu ? “ tanyaku. Kupanggil dia seishin yang dalam bahasa Jepang artinya arwah.

“ Namaku Shina, lengkapnya Kushina “ protes Shina.

“ Kushina ? “ kuperhatikan wajahnya lebih detail, sepertinya wajah itu tak asing buatku. Kududuk disampingnya sambil memperhatikan wajahnya.

“ Ah kau Kushina, pianis terkenal yang kecelakaan 2 tahun “ oh beruntungnya aku kedatangan idola di rumahku ini, walaupun berbentuk makhluk astral

“ Ah aku jadi malu, ternyata setelah 2 tahun menghilang dari dunia hiburan, masih ada yang mengenaliku “ ucapnya tersipu, senyum manis tergurat di wajahnya.

“ Boleh foto bareng “ pintaku, yang dijawab dengan anggukan kepala olehnya. Kuambil ponselku yang ada di meja. Kudekatkan tubuhku ke tubuhnya, kuulurkan tanganku untuk meposisikan ponselku agar dapat memfoto kami berdua “ ciiiisss “ kilatan sinar blizt memantul menerangi wajah kami berdua. Buru-buru kulihat hasil fotoku “ Hah “ aku terkejut saat melihat hasil fotonya hanya ada fot diriku saja.

“ Hei aku ini kan arwah jadi aku tidak memiliki bayangan “ sepertinya Shina baru menyadarinya, begitu pula diriku. Hanya aku yang bisa melihatnya, camera ponselku tak akan mampu menangkap bayangannya.

“ Gimana jika aku meminta tanda tangan saja “ pintaku kembali, seketika itu tinjunya melayang menuju wajahku. Tapi tak dapat mengenai wajahku, kepalan tangannya menembus tubuhku.

“ Bagaimana aku bisa memberimu tanda tangan, menyentuh sesuatu saja aku tak bisa “ ucapnya dengan muka kecewa karna tak dapat memenuhi permintaan fansnya.

“ Ah sudahlah. Tapi terima kasih telah menghiburku “ ucapku sedikit lirih, kembali kuteringat kejadian tadi pagi di danau Cibubur. Hatiku kembali tersiram air garam, sangat perih hingga rasa di dalamnya telah mati.

“ Sepertinya kamu sedang sedih “ ucapnya memperhatikan raut wajahku yang carut marut.

“ Sok tahu kamu “ sergahku

“ Terlihat kok dari pandangan nanarmu, baru ditinggal pacar ya ? “ tanyanya

“ Ya begitulah, kekasihku baru pergi meninggalkanku, memilih cinta pertamanya saat SMA “ ucapku mengalun pedih membenarkan prasangkanya. Kutundukkan wajahku untuk menutupi mataku yang mulai basah

“ Kau sangat mencintainya “ ucapku, kepalanya diarahkan kebawah untuk menatap wajahku.

“ Bagiku dia adalah udara yang kuhisap dalam liku nafas hidupku yang turun naik, tak mungkin tak kuhirup walau sedetik “ ucapanku semakin lirih.

“ Lantas apa yang membuatnya meninggalkanmu ? “

Kutarik nafas dalam-dalam, kupandangi langit-langit rumah, kuterdiam sejenak hingga kualihkan pandanganku menatap wajah Shina. Perlahan mulai kuceritakan kejadian yang tadi pagi aku alami, tak sadar kelopak mataku sudah tak mampu membendung kiriman luapan air mata dari kepedihan hatiku yang terdalam.

Kulihat wajah Shina yang memperhatikanku, sepertinya dia dapat merasakan kesedihanku. Terlihat dari raut wajah imutnya yang memancarkan rasa iba terhadap diriku. Dia coba menepuk pundakku tapi tangannya menembus tubuhku, kembali ia kecewa terhadap dirinya karna dia hanya bisa sebatas mendengar dan berbicara denganku.

“ Kekasihmu itu membuat pilihan yang tepat “ ucapannya menohok keras perasaanku, aku kira dia berada dipihakku setelah mendengarkan kisahku, aku kira dia akan memberiku semangat.

“ Kamu adalah pria yang mudah putus asa setelah mengalami kegagalan, tidak ada wanita yang mau dengan pria yang mudah putus asa. Sekarang kau bilang hatimu telah mati, apa ini hati seorang pria. Setahuku pria sejati itu menganggap luka dihati adalah sebuah aib, maka biasanya secara naluri pria selalu dengan mudah mengobati luka hatinya “ keras memang perkataannya, tajam memang apa yang diucapkan, tapi ini membuatku tersadar bahwa tak bisa selamanya aku memelihara luka ini dan membiarkannya membusuk dihatiku.

“ Apa kamu pria sejati ? “ ucapnya kembali, aku hanya mematung memandang wajah penuh semangat dalam menasihatiku. Meresapi tiap kata yang terucap dari bibir tipisnya, coba memaknai apa yang tersirat dari kalimatnya.

“ Sepertinya sudah larut malam, aku harus tidur “ ucapku lemas, lalu mengambil remot TV untuk mematikan TV yang sedari tadi menyala

“ Tunggu, jangan kamu matikan. Aku masih ingin menonton TV “ pintanya mencegahku.

“ Kamu tidak tidur ? kalau kamu mau tidur, disini ada 3 kamar kosong, kamu pilih saja mana yang kamu mau “ ucapku

“ Tidur adalah aktifitas disaat tubuh lelah karna beraktifitas seharian, sedangkan tubuhku masih tertidur sejak 2 tahun yang lalu “ ucapnya menyadarkanku bahwa dia adalah roh dari seseorang yang sedang tertidur dalam koma di rumah sakit.

************************************************

Senin pagi pukul 5.00
Suara alarm jam bekerku berdering memanggil rohku yang sedang asik bermain di alam mimpi, untuk kembali menyatu dengan jasadku untuk memulai segala bentuk kegiatan hari ini. Aku buka setengah kelopak mataku, bayangan langit-langit rumah masih terlihat samar olehku. Mataku masih dihinggapi malaikat subuh yang meniupkan udara dingin keseluruh tubuh. Ingin rasanya menarik selimut kembali dan meneruskan mimpiku yang terpotong, tapi deringan jam bekerku tak berhenti bersuara.

Akupun beranjak dari tempat tidur, lalu pergi menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Aku pandang kaca yang ada di atas wastafel, kulihat wajah lusuhku yang baru bangun tidur. Kunyalakan kran air, lalu kuambil air dengan telapak tanganku dan kubasuh mukaku yang kusam. Setelah sisa-sisa kesadaranku kembali barulah kumulai ritual membersihkan badan.

Setengah jam aku mandi lalu merapikan penampilanku, mengenakan kemeja dan celana panjang untuk pergi ke kantor. Aku keluar dari kamarku ingin menuju meja makan, terdengar suara TV yang belum mati, kulihat dari depan pintu kamarku Shina masih asik menonton TV, tidak ada raut lelah dari wajahnya. Tentu saja diakan roh jadi tak akan pernah merasa lelah.

Aku berjalan melewatinya menuju meja makan yang ada disebelah ruang tamu “ Pagi Sam “ sapanya renyah. “ Pagi juga “ jawabku tanpa menoleh kearahnya. Setelah sampai dimeja makan dan duduk di kursi, mulai aku memasukkan roti kedalam panggangan. Beberapa detik kemudian ruti mencuat keluar pertanda sudah selesai terpanggang.

“ Sepertinya nikmat sekali “ ucap Shina dengan mimik penuh pengharapan yang telah berada disampingku.

“ Kau kan roh jadi tidak bisa makan “ ledekku.

“ Lagi pula aku tak lapar “ bibirnya dimajukan menimpali ucapanku.

“ Hei betewe nama lengkapmu siapa, gk mungkin kan Cuma tiga huruf S.A.M ? “ tanyanya seraya mengeja susunan huruf dalam namaku.

“ Sam Witwicky ya “ ucapnya kembali seenaknya menebak namaku sebelum sempat kujawab.

“ Samwise gamgee “ jawabku asal mengingat salah satu karakter dalam film LOTR.

“ Wow kamu suka film juga ya “ Shina terlihat sedikit takjub padaku, apanya yang perlu dibanggakan hanya karna hobi nonton film

“ Namaku Samudra Arthasena “ ucapku memberitahu namaku yang sebenarnya, sesuai akta kelahiran tentunya.

“ Kenapa bukan Artha gading saja, hhmm berat sekali namamu, untung kamu tidak sawan “ ledeknya.

“ Setelah makan boleh minta tolong gk “ ucapnya kembali dengan mata yang berkaca-kaca penuh pengharapan.

“ Minta tolong apa ? “ tanyaku.

“ Pindahin channel TV nya donk, ke channel sport “ pintanya dengan mata yang masih sama.

“ Oke “ jawabku singkat.

“ Boleh minta tolong lagi gak “ kembali dia ingin mengajukan sebuah permintaan.

“ Apa lagi ? “ tanyaku ketus.

“ hari minggu biasanya keluarga dan juga tunanganku akan menjengukku di rumah sakit. Tolong kamu kesana bersamaku dan berbicara pada mereka. Jadilah juru bicaraku “ pintanya, kedua telapak tangannya disatukan memohon padaku.

“ Baiklah “ ucapku singkat

Setelah aku sarapan dan memindahkan channel permintaan Shina, aku segera bergegas menuju kantorku didaerah cilandak. Sebuah perusahaan distributor segala kebutuhan medis, mulai dari obat-obat sampai alat kesehatan. Aku menjabat sebagai general manager pemasaran, jabatan yang membuat aku harus menjalin koneksi ke banyak perusahaan yang menjalin kerjasama dengan perusahaanku.

Tapi hari-hariku kini dipenuhi dengan kehampaan, aku sangat tidak fokus dengan pekerjaanku, semua masalah aku serahkan kepada bawahanku untuk menyelesaikannya. Aku hanya mendengar laporan dari bawahanku itu. Aku masih belum bisa menerapkan apa yang dikataka Shina, aku masih hanyut dalam derasnya ombak yang menghantam keras relung hatiku.

Sesekali aku melewati kantor dimana Via bekerja, ya hanya lewat tanpa berhenti menunggunya. Karna sudah tidak ada lagi yang aku tunggu di depan kantor itu. Aku hanya menatap perih kantor tempatnya bekerja, sesekali aku melihatnya sedang berbicara akrab dengan teman-teman kerjanya. Tapi dia tak pernah menyadari jika aku sedang melewati dan menatapnya sekilas, lalu berlalu menuju kehampaan yang melambai-lambaikan memanggilku, dan memelukku sangat erat hingga nafas ini melemah serta tulangku melunak.

Oh Via, sulit sekali melupakanmu, sama sulitnya seperti mengingat orang yang tak pernah kukenal. Pikiranku masih dihiasi oleh senyum manisnya, tawa riangnya, bisik manjanya, celoteh ringannya dan banyak hal-hal yang tak mungkin kulupakan selama aku bersamanya.

Aku coba menyibukkan diri untuk melupakannya, dengan menonton bioskop, pergi ke tempat rekreasi, memancing dan segala macam hal yang mungkin bisa menghiburku. Tapi itu semua malah membuatku semakin teringat dengannya, teringat saat pergi ketempat-tempat menyenangkan bersamanya.

Oh malaikat maut, mengapa kau bekerja setengah-setengah, mengapa kau hanya mencabut separuh nyawaku, sedangkan separuhnya lagi kamu biarkan merana di dunia yang telah menjadi keruh ini. Oh dewi cinta, dengan baik hatinya engkau memberi hiasan pada hatiku selama tiga tahun ini, kau buat hatiku menjadi berwarna dengan mengutus cinta untuk duduk disinggasana terindah dalam hatiku, tapi mengapa engkau biarkan sang malaikat maut itu datang. Apa jabatanmu lebih rendah dari dia.

Satu minggu sudah kulalui tanpa Via dihari-hariku, mungkin saat ini dia sedang merasakan cinta yang begitu hebat, setelah 8 tahun berpisah dengan lelaki yang sangat-sangat dia cintai. Oh iya bukannya minggu ini dia akan dilamar, pastilah dia akan sangat bahagia dan tidak sabar menunggu hari minggu. Sedangkan aku, ya aku harus menepati janjiku kepada gadis bayangan yang menyebalkan itu, untuk menemui keluarga serta tunangannya.

Rumah sakit melia hari minggu pukul 8 pagi
Aku dan Shina berjalan menuju ruang ICU, ruang dimana sajadnya terbaring lemas dengan berbagai alat medis. Kulihat sinar penuh harapan terpancar dari wajahnya, dia nampak senang karna sebentar lagi dapat berkomunikasi dengan kerabatnya dan juga tunangannya melalui perantaraku. Setelah sampai aku lihat ada suster serta beberapa orang yang ada di ruangannya, mungkin mereka adalah keluarganya. Dan aku lihat ada seorang lelaki yang berdiri di sampingnya menggenggam erat jemarinya, pasti itu adalah tunangannya.

“ Denyut jantungnya normal kembali, setelah satu minggu denyutnya melemah “ ucap suster itu kepada orang yang ada di ruangan itu.

“ Kok bisa sus “ tanya seorang wanita yang duduk disebelah jasad Shina

“ Entahlah, nanti saya laporkan dulu kepada dokter yang menanganinya “ jawab suster itu.

“ Hei seishin, Sepertinya kamu tidak boleh terlalu jauh dengan jasadmu, semakin jauh maka denyut jantungmu semakin lemah dan akan berhenti “ Ucapku pada Shina

“ Ya sepertinya begitu, udah ayo masuk “ pintanya.

Setelah suster itu pergi meninggalkan ruangan, aku masuk ke dalam ruangan itu, nampak semua orang yang ada disana kebingungan melihatku. Mungkin mereka menduga bahwa aku orang yang salah kamar. Aku tersenyum getir kearah orang-orang yang menatapku penuh keheranan.

“ Permisi, aku Sam “ ucapku memperkenalkan diri membuka pembicaraan kepada mereka. Aku bingung harus dari mana aku mulai mengutarakan maksud kedatanganku. Aku terdiam sejenak untuk berfikir. Aku lihat mereka hanya tersenyum kecut mendengarku

“ Mungkin kalian akan merasa heran dengan apa yang aku alami, tapi ini adalah kejadian nyata. Roh Shina ada di sampingku dan aku dapat melihatnya dengan jelas. Aku kesini untuk menyampaikan pesan darinya untuk kalian “ ucapku perlahan.

“ Jangan mengoceh yang tidak-tidak kamu orang asing “ hardik lelaki yang tengah menggenggam erat jemari Shina.

“ Dia tunanganku, namanya Marshal “ ucap Shina memberitahu pria yang menghardikku.

“ Kamu Marshal kan tunangannya Shina “ ucapku coba meyakinkan mereka. Semua orang diruangan ICU menjadi terkejut dengan ucapanku.

“ Semua orang juga tahu kalau aku tunangannya Shina “ hardik kembali Marshal. Ah shit hampir lupa aku bahwa Shina adalah penyanyi terkenal di negri ini, dan kisah cintanya dengan mudah terexpo media.

“ Marshal itu sangat takut pada kucing karna sewaktu kecil pernah dicakar kucing hingga meriang 7 hari 7 malam. Sedangkan wanita yang mengenakan kaos pink itu namanya Airin, sahabatku, dia sangat tidak suka dengan sayuran, lalu wanita yang pakai kemeja putih dia adalah Mala, managerku dia orangnya takut akan gelap dan terakhir wanita yang berbaju orange itu adalah adikku, dia sangat menyukai hal-hal horor “ ucap Shina menerangkan tentang orang-orang yang ada disini, agar mereka dapat mempercayaiku.

Aku bicarakan kepada mereka, apa yang tadi Shina terangkan. Tapi sayang Marshal masih saja menghardikku, tidak mempercayai segala macam ucapanku. Shina belum pernah menyerah, kembali ia membisikkan segala macam hal yang dia ketahui mengenai orang-orang yang ia kenal itu. Tapi bukannya percaya aku malah semakin di bentak tak karuan.

“ Kau ini pasti fans fanatik kan, segala macam hal tentang Shina dan juga orang-orang disekitarnya kamu tahu. Oke terima kasih telah coba menghibur kamu, tapi leluconmu itu sangat tidak lucu. Shina tidak perlu fans seperti kamu, kamu Cuma sampah yang mengotori kredibilitas Shina “ segala macam tuduhan tak mendasar dialamatkan oleh Marshal kepadaku. Ya aku memang fansnya tapi aku tidak sehina itu dalam mengagumi.

Shina yang melihatku dimaki habis-habisan oleh tunangannya, akhirnya menyerah dan mengajakku pergi dari ruangan itu. Aku lihat sinar harapan yang tadi terang bersinar diwajahnya, kini meredup semakin redup hingga hilang dari wajahnya yang cantik itu.

“ Tenanglah, jangan berkecil hati begitu. Pasti ada cara lain untuk berkomunikasi dengan mereka. Dan aku pernah nonton film-film horor, arwah yang baru keluar dari jasadnya pertama-tama memang tak dapat menyentuh sesuatu dan tak dapat dilihat, tapi semakin lama arwah itu akan memiliki kemampuan untuk menyentuk sesuatu dan dapat menampakkan diri kepada siapa saja yang dia inginkan “ ucapku coba memberi Shina dorongan moril

“ Aku sudah dua tahun keluar dari jasadku, tapi aku belum memiliki kemampuan itu “ ucapnya dengan wajah lesu dan tertunduk

“ Itu karna kamu tak pernah melatih kemampuan itu, selama ini kamu hanya berdiam diri memandang jasadmu saja. Ayolah berusaha pasti kamu bisa “ ucapku kembali

Wajahnya kini ia tegakkan, sinar harapan itu kembali lagi walaupun tak seterang tadi. Tapi setelah dia mendapatkan kemampuan itu past sinar itu akan kembali terang, lebih terang dari yang tadi aku saksikan.

Shina tersenyum kearahku, menatap wajahku dengan penuh pengharapan “ ternyata kamu bisa juga ya memotivasi, aku kira kamu benar-benar pria lemah “ ucapnya.

“ Untuk hal-hal tertentu aku kuat, tapi untuk hal yang lain aku lemah “ ucapku

“ Jadi kamu masih belum bisa menyembuhkan luka dihatimu ? “ tanyanya yang di sambut dengan anggukan kepalaku.

“ Baiklah, mulai sekarang kita saling membantu. Aku membantumu bangkit dari luka hatimu, dan kamu bantu menyemangatiku untuk mendapatkan kemapuan itu. Deal “ ajaknya seraya mengulurkan tangannya membuat persetujuan kerjasama denganku.

“ Deal “ aku sambut uluran tangannya walaupun sudah pasti tanganku tak dapat meraih tangannya yang menembus itu.

Tiba-tiba saja terdengar bisik-bisik orang disekitarku, mereka melirik aneh kearahku. Sial mereka pasti tidak melihat Shina dan pasti menyangka aku sudah gila berbicara sendirian. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku, dan disambut dengan senyuman mengejek dari Shina, menaikkan pundaknya serta menjulurkan lidahnya. Dasar gadis bayangan membuatku jadi terlihat aneh.

Bersambung ke Bab 2/9 NOSTALGIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates