Social Icons

Pages

(S4suk3) Jendela Kenangan - Bab 2/9 NOSTALGIA

Gedung bioskop Cibubur junction
“ Seishin, mengapa kau mengajakku kemari, aku sudah mencobanya kemarin tapi aku malah teringat olehnya “ protesku saat memasuki gedung bioskop.

“ Kemarin kan kamu nonton kan film sedih, malah tambah down lah “ ucapnya nampak bersemangat


“ Sama saja, tempat ini mengingatkanku padanya “ ucapku lemas

“ Ayolah Rhoma , jangan kau terus terjerembab dalam kubangan luka. Biarlah Ani bahagia dengan lelaki lain, bukankah melihat orang yang dicintai bahagia adalah sebuah cinta juga “ ucap Shina berprosa melemparkan tangannya kesana-kemari layaknya seorang penyair sedang membacakan karyanya.

“ Terus kita mau nonton apa “ tanyaku

“ Filmnya Vin diesel yang baru ‘ Willay Riddick ‘ disingkat ‘ Willdick ‘ oke “ Shina tersenyum manis kearahku.

“ Perasaan judulnya Riddick doank deh “

“ Ya sudahlah gak penting, sudah ayo beli tiketnya “

Antrian sangat panjang karna akhir pekan, ini yang membuat aku males nonton setiap libur. Biasanya aku bersama Via nonton sepulang dari kerja, untuk menghindari antrian yang mengular seperti ini. Ah jadi teringat dengan Via lagi, aku harus coba melupakannya. Film action bisa menjadi mengalih perhatian perasaanku.

“ Riddick dua tiket mba “ pintaku setelah sekian lama mengantri.

“ Mau pilih kursi yang mana “ tanya kasir menunjukkan layar monitor

“ Hei Sam, aku tak perlu membeli tiket, mereka tidak akan melihatku “ ucap Shina, menyadarkanku.

“ Maaf mba, satu tiket aja “ ucapku meralat pesananku.

“ Jiaahhh ketahuan jomblonya beli tiket Cuma satu “ ledek Shina. Sialan gadis gentayangan satu ini, aku harus bersabar menahan emosi agar tidak dianggap gila oleh orang-orang disekitarku.

Setelah kubeli tiketnya, tak lama film akan segera diputar, para penonton diharap memasuki ruangan theater. Begitu pula aku dan satu orang penonton gelap, ah tidak maksudku satu penonton gentayangan.suasana sangat ramai dan juga berisik, terdengar beberapa penonton labil malah bergosip ria, membicarakan hal yang melenceng jauh dari film.

“ Wiiiiiiiiiiiihhhhhhhhh keren bangeeeeetttttttttt “ teriak Shina yang berdiri dihadapanku, makhluk astral ini mengganggu penglihatanku saja. Mungkin jika di depan orang lain tak akan masalah karna tak dapat dilihat. Aku ingin menegurnya takut disangka gila, ternyata begini sifat bintang ternama yang aku gemari.

Yah benar film action memang pas untuk menghilangkan jiwa-jiwa yang merana. Aku benar-benar terhibur, walaupun ada sedikit gangguan dari arwah labil seperti Shina. 2 jam lebih aku menonton film yang penuh adegan action dan memekakan telinga itu. Pikiranku sedikit lebih segar dari sebelumnya.

“ Ciat……ciat…..ciat…..ciat…..ciat “ teriak Shina seraya memukul serta menendang tubuhku, mempraktekan adegan-adegan yang baru kami tonton, walaupun serangannya yang frontal itu tak dapat mengenaiku.

“ Hoi seishin, kamu waktu orok gak dibedong ya, pecicilan banget sih “ protesku melihat tingkah Shina.

“ Seru banget Sam filmnya ciat….ciat….ciat “ ucap Shina masih berlagak layaknya seorang jagoan menghajar musuhnya.

“ Aku mau makan dulu yuk “ ajakku.

“ Ya silahkan “

Aku cari restoran yang tak pernah aku kunjungi bersama Via, seperti saran Shina. Setelah dapat, aku memesan makanan. Hampir saja aku lupa jika Shina adalah arwah, coba menanyakan apa yang ingin dia pesan. Tak lama pesananku tiba.

“ Seishin, aku pernah nonton film horor hongkong. Kalau roh itu makannya Cuma menghirup aroma makanan saja. Nih hirup nih “ ucapku menyodorkan piring berisi makanan pesananku.

“ Kamu kebanyakan nonton film horor, seperti adikku saja “ ucap Shina ketus, pandangannya dilempar mengelilingi restoran. Dilihatnya satu per satu tamu yang sedang menyantap hidangannya.

“ Hei Sam, sepertinya ada yang memperhatikanmu tuh “ ucap Shina seraya menunjuk sebelah kananku, seorang gadis catik yang sedang sendiri duduk di menikmati hidangannya. Ya memang dia terlihat sesekali melirik kearahku, saat diketahui aku juga menatapnya, wajahnya nampak memerah.

“ Ayo samperin Sam, ajak berkenalan “ ucap Shina kembali menyemangatiku

“ Waduh apa gak terlalu ekstrim kalau langsung to the point ? “ tanyaku

“ Gak kreatif banget sih. Kamu ceritanya mau ke wastafe nih pasti kan ngelewatin meja gadis itu, terus kan kamu balik lagi nih, nah pas lewat lagi di meja gadis itu kamu tabarakin diri kamu ke mejanya. Terus bla…bla…bla kenalan deh “ ucap Shina

“ Wow rencana yang bagus, sepertinya setelah sadar dari koma, kamu bisa membuka jasa konsulting jomblo “ ledekku. Aku berdiri, dan mulai berjalan coba mempraktekan sesuai arahan dari Shina.

“ Ayo Sam, go Sam go, bumble bee dan para autobot lainnya mendukungmu “ ucap Shina seraya menepuk-nepuk tangannya. Dasar maniak film.

Kuperlahan berjalan menuju arah wastafel, mataku tertuju pada gadis itu, kupandang matanya dengan pandangan yang menusuk dan dibalas pandanganku tak kalah tajam olehnya. Setelah melewatinya, kupercepat langkahku menuju wastafe.

Kubasuh tanganku seraya membayangkan rencana yang disusun oleh Shina. Yah memang aku harus mencari pengganti Via, paling tidak untuk sementara menjadi pelarian saja. Tapi apa ini tidak terlalu egois, mengorbankan hati wanita. Ah sudahlah aku jalanin saja petunjuk Shina.

Kembali kuberjalan menuju meja gadis itu, perlahan selangkah demi selangkah “ Bruaaakkk “ kubenturkan pahaku mengenai meja itu, tapi sepertinya terlalu keras hingga terasa sakit.

“ Kamu tidak apa-apa ? “ tanya gadis itu.

“ Tidak kenapa-kenapa kok. Paling Cuma memar di paha saja “ ucapku meringis kesakitan, beberapa pelayan sigap membantuku berdiri lalu memapahku duduk di sebelah gadis itu.

“ Sudah saya tidak apa-apa “ ucapku kepada pelayan yang menolongku, agar mereka cepat pergi.

“ Jalannya meleng ya ? “ tanya gadis itu

“ Iya meleng, liatin kamu terus “ jawabku coba merayunya. Dan disambut dengan tundukan kepala gadis itu dengan bibir sedikit menahan senyum.

“ Sepertinya dia memang suka padamu Sam. Cie cie si tampan dari goa sui lian dapet gebetan “ ledek Shina yang sudah ada di sebelah gadis itu, saat melihat ekpresi gadis itu. Dasar arwah hiperaktif.

“ Aku Sam “ ucapku seraya mengulurkan tanganku mengajaknya berkenalan. Tak perlu waktu lama untuk menyambut uluran tanganku “ Ica “ oh manja sekali suaranya, jemarinya juga sangat lembut.

“ Kamu kok sendirian, mana teman atau pacarnya ? “ tanyaku untuk memastikan dia jomblo atau tidak

“ Aku sedang ribut dengan suamiku, jadi aku kemari untuk menghibur diri “ jawabnya

“ ZONK, sayang sekali saudara Sam anda belum beruntung, mari kita cari gadis lain “ si arwah bawel itu kembali meledekku. Membuatku semakin kecewa mengetahui statusnya.

“ Ah maaf mengganggu, baiklah sepertinya aku harus kembali kemejaku “ ucapku, lalu berdiri hendak meninggalkannya.

“ Tunggu kak Sam “ ucap Ica menahan diriku dengan menggenggam tanganku erat. Aku menjadi terkejut melihat reaksinya saat ini.

“ Kakak udah lupa sama aku ? “ tanyanya yang membuatku berfikir ulang untuk kembali ke mejaku. Aku tatap wajahnya coba mengingat siapa dirinya, aku duduk kembali dan memperhatikan wajahnya lebih dekat lagi. Sepertinya tidak asing bagiku, tapi aku benar-benar lupa kapan dan dimana aku mengenalnya.

“ Sepertinya aku kenal, tapi….”

“ Ah dasar kakak ini gak pernah berubah, selalu pelupa. Aku Ica kak “ ucapnya sedikit manja.

“ Iya kalau namamu sih aku tahu karna tadi kamu sudah beri tahu tapi…. “

“ Aku adik kelas kakak di SMA XX Cibubur, kita satu club pecinta alam. Masih inget gak kak, kita sering nanjak gunung bersama “ ucap Ica coba memberi tahuku. Aku memang aktif dalam eskul pecinta alam, dan disana banyak kuberkenalan dengan murid-murid lain kelas dan lain angkatan.

“ Oooooohhhhh iya iya aku ingat “ akhirnya aku bisa mengingatnya kembali, aku memang pernah dengan dengan sesama clup pecinta alam. Ya aku dulu dekat dengannya Ica, walaupun tidak pernah ada pernyataan resmi dari kami berdua bahwa kami pacaran, tetapi kedekatan kami bisa dibilang seperti orang berpacaran.

“ Iya aku baru ingat, kita pernah nonton disini juga kan pas mall ini baru dibangun “ ucapku membuka memori lamaku bersama Ica.

“ Iya aku ingat kak, kalau gak salah filmnya itu shrek“ ucapnya

“ Wah ingatanmu kuat sekali ya “ pujiku

“ Iya donk, apalagi ingatan tentang kakak “ ucapnya dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Tangannya masih menggenggamku, lebih erat dari yang tadi.

“ Maaf “ ucapku seraya menarik tanganku agar terlepas dari genggamannya.

“ Oh maaf kak, aku kebawa nostalgia “ wajahnya memerah menahan malu, tapi terlihat pula rona kesedihan di wajahnya. Aku teringat kembali kalau tadi dia bilang sedang ribut dengan suaminya. Aku tatap wajahnya, kupandangi setiap lekuk di wajahnya.

“ Kamu ada masalah ? “ tanyaku. Ica hanya mengangguk pelan.

“ Tadinya kami saling mencintai, sampai sekarangpun aku masih mencintainya. Sudah satu tahun kami menikah, dia adalah lelaki yang baik, bertanggung jawab. Tapi ada satu hal yang tak dapat ia berikan padaku, dan menjadi sumber keributan rumah tangga kami, satu hal yang menjadi pokok kebutuhan dalam berumah tangga “ ucapnya, kemudian terdiam sejenak, tertunduk memandang meja.

“ Jika boleh tahu, hal apa yang membuat kalian ribut ? “ tanyaku.

“ Seks “ ucapnya sangat pelan dan ragu-ragu, sepertinya sangat berat untuk memberitahuku sumber masalah itu. Dan akupun tercengang mendengar jawaban darinya.

“ Dia terlalu cepat ejakulasi, dan spermanya encer sehingga sampai sekarang aku belum hamil. Setiap aku bahas masalah itu, dia selalu marah. Sampai ketika aku sarankan untuk berobat, karna kata temanku masalah suamiku bisa disembuhkan. Dan hasilnya dia marah besar padaku, aku disangka tidak menerima dia apa adanya, membuka aib suami dan lain sebagainya “ kembali Ica berdiam sejenak, mengusap air matanya yang entah sejak kapan mulai membanjiri.

“ Sejak saat itu kami sering bertengkar, masalah kecil bisa menjadi besar hingga dia mulai main tangan terhadapku “ isak tangisnya makin kencang menggetarkan tubuhnya, hingga Ica tak dapat lagi meneruskan kata-katanya.

Aku tidak bisa memberi Ica masukan, karna aku tidak tahu masalah seks karna aku belum pernah melakukannya, walaupun ketika berpacaran dengan Via, dia sering kuajak main kerumahku, tidak ada pergulatan ranjang antara aku dan Via meskipun dirumahku hanya ada kami berdua.

aku hanya bisa mendengarkan keluh kesah Ica, serta berucap ‘ sabar ‘. Aku pandangi sekitar restoran, nampak beberapa orang sesekali melihat kearah kami, entah apa yang mereka pikirkan tapi pandangan mereka sangat menggangguku. Ingin aku pergi segera mungkin dari tempat ini, tapi aku tak tega meninggalkan Ica yang masih menangis.

“ Sam lebih baik kamu jangan terbawa arus, bisa lebih rumit nih “ mahkluk gentayangan itu kembali mengoceh, coba memberiku masukan. Ya benar yang Shina katakan, lebih baik aku pergi saja. Mungkin Ica akan lebih baik jika dibiarkan sendiri.

“ Kak, temenin aku ya, kali ini aja “ pinta Ica sesaat sebelum aku ucapkan kata pamit. Memang disaat seperti ini, dia butu seorang yang menemaninya, tapi bukan aku orang yang tepat. Aku hanya akan menyeretnya dalam masalah yang lebih rumit, dirikupun pasti juga masuk dalam masalah itu. Akh andai si seishin itu dapat menampakkan dirinya kepada Ica, mungkin dia bisa menjadi temannya.

“ Aduh gimana ya Ca “ aku sangat bingung, kupandang Shina untuk mencari masukan, tapi dia hanya mengangkat pundaknya serta menaikkan alisnya sebagai isyarat bahwa semua ini terserah padaku. Ya memang terserah padaku karna tadi Shina sudah memberi masukan apa yang bakal terjadi bila aku mengikuti arus ini. Tapi gak gitu juga sih caranya, awalnya kan si mahkluk astral itu yang mendorongku untuk mendekati Ica.

“ Ayolah kak, aku lagi frustasi berat nih. Suamiku juga lagi dirumah orang tuanya di Surabaya, entah ngapain kesana tanpa mengajakku “ pinta Ica kembali. Semakin lancar aja arus ini mengalir karna sudah masuk ketahap siaga satu, sehingga pintu-pintu bendungan telah terbuka, tak ada lagi yang menghalangi aku terhayut dalam situasi ini.

“ Waduuhhh gaswat level 10 nih Sam “ ucap Shina kembali. Ya memang gawat tapi sangat sulit bertahan di arus sekencang ini.

“ B..b..baiklah “ ucapku terbata menyetujui permintaannya. Akh sial aku memang tak bisa menolak permintaan wanita. Bahkan permintaan wanita gentayanganpun tak dapat kutolak.

************************************************** *****
Danau Cibubur siang menjelang sore
Akh kenapa Ica mengajakku ke tempat ini sih, bisa galau berjamaah kalau begini ceritanya nih. Mana kami duduk dibangku yang sama dengan Via dan lelaki itu bertemu. Tidak untuk sementara aku harus simpat rasa pedihku, lebih tepatnya dibuang secara permanen. Tujuanku adalah menghibur Ica, tak ada waktu untuk ketularan sedih.

Ica menceritakan semua keluh kesahnya dalam menjalani biduk rumah tangga, aku mendengarkannya dihadapan gemerincik danau yang semakin dangkal, riak air yang menjadi saksi janji Via dan juga kepedihanku. Akhhh kenapa jadi kesana lagi arahnya. Aku harus fokus pada Ica, aku coba mengenang masa-masa dulu saat kita SMA.

Kami dulu memang sering ke buperta Cibubur ( sebagian orang menyebutnya jambore ), tapi tak pernah ke danaunya, karna kami selalu melewati pintu belakang, dan danau letaknya tak jauh dari pintu depan. Dahulu kami sering melihat shooting-shooting sinetron kolosal, dan kamipun pernah melakukan outbond disini.

Aku duduk termenung memandangnya, mendengarnya sembari mengenang sisa-sisa memori aku dengannya. Aku tidak terlalu fokus terhadap apa yang ia bicarakan, hanya intinya dia saat ini selalu dan selalu bertengkar dengan suaminya. Wajah cantik yang berhias linangan air mata, tampak menjadi sendu karnanya. Seorang gadis yang dulu kukenal mudah tertawa, kini jadi mudah menangis.

Tanpa terasa matahari telah menguning, ketinggiannya hanya tinggal beberapa derajat saja dari bumi. Ica masih dengan ceritanya tapi kali ini sedikit berbeda, sudah tidak menceritakan masalahnya tapi menceritakan hal-hal yang dulu pernah terjadi antara kita berdua, tapi sebelum matahari benar-benar menghilang dari pandangan aku ajak Ica untuk pulang.

“ Ya sudah yuk “ ucap Ica menyetujui ajakanku.

Setelah aku masuk kedalam mobilnya, aku lihat dia masih berada di depan pintu mobilnya. Aku buka jendela mobilku dan kukeluarkan kepalaku “ Kok masih bengong Ca “ tanyaku.

“ Hhhmmm aku lagi males nih, mau mampir kerumahku dulu gak kak “ ajaknya menatap penuh harapan kearahku.

“ Waduh, lain kali aja ya kalau suamimu sudah pulang “ jawabku.

“ Justru kalau dia pulang mah gak bisa kakak mampir, kalau sekarang baru bisa. Lagian aku bete kak dirumah sendirian “ ajak Ica coba merayuku.

“ Wahhhh makin seru aja nih “ ucap si gadis bayangan melihat perkembangan pertemuan aku dan Ica.

“ Hei seishin dari mana saja kamu ? “ tanyaku, sedari tadi memang aku baru melihatnya nongol.

“ Jalan-jalan lah, bosen liat dua orang yang lagi kangen-kangenan “ jawabnya sedikit ketus.

“ Kak gimana ? “ tanya Ica kembali.

“ Oke deh, tapi sebentar aja ya “ ucapku, lagi-lagi aku tak kuasa menolak permintaan wanita. Mendengar persetujuanku Ica langsung menaiki mobilnya yang terparkir tepat di samping mobilku.

Aku pacu kendaraanku menuju rumah Ica, yang ternyata juga berada di kawasan Cibubur, tepatnya di komplek bukit permai cibubur. Kawasan perumahan elit yang ada disini, seingat aku dulu rumah Ica terletak di daerah Munjul, dan rumahnya itu sangat sederhana, pasti suaminya orang kaya pantas saja egonya besar.

Saat aku masuki kawasan komplek bukit permai, tidak jauh dari gerbang masuk aku telah sampai di depan sebuah rumah yang besar, jauh lebih besar dari rumahku yang seorang GM marketing. Pasti suaminya kalau bukan direktur ya pengusaha, pantas saja ejakulasi dini. Upss aku saja tidak tahu bagaimana bila beraksi diatas ranjang bersama seorang wanita.

Kuparkir mobilku di halaman rumahnya, saat aku masuki rumahnya nampak tidak ada orang sama sekali, hanya aku dan dia. Bahkan pembantu rumah tanggapun aku tak melihat, untuk rumah sebesar ini rasanya tak mungkin jika hanya mereka berdua mengurusinya.

“ Duduk kak, bentar ya “ ucap Ica, seraya pergi entah menuju ruangan mana. Aku hanya menunggunya di ruang tamu seraya melihat-lihat rumahnya. Dan pandanganku tertuju pada sesosok makhluk penasaran yang bernama Shina sedang asik melihat hiasan-hiasan keramik yang terpampang pada sebuah etalase kayu.

“ Pantas saja dia memilih suaminya dibanding kamu Sam “ ledek Shina.

“ Memangnya kamu tahu semua yang terjadi antara aku dan dia dahulu “ ocehku menyangkal ledekan mahkluk penasaran itu.

“ Sepi banget ya rumahnya, aku udah gak sabar menantikan apa yang nanti akan terjadi “ ocehnya kembali.

“ Kamu masih ingin terbawa arus ini Sam ? ini akan rumit, lebih rumit dari pada menyelamatkan bumi dari serangan decepticon Sam “ ucap arwah penggila film itu. Persetan dengan kerumitan, aku sudah terjebak dalam arus ini entah sampai dimana bermuaranya.

Tak lama Ica muncul dengan mengenakan tangtop serta celana pendek, membawa segelas air dan beberapa makanan ringan. Terlihat kulit putih mulusnya serta tonjolan payudara yang menyembul keluar. Tapi ternoda oleh beberapa luka lebam di lengan, paha dan dadanya, pasti ini perbuatan suaminya. Kejam sekali lelaki seperti itu, jika ini bukan negara hukum akan aku hajar lelaki yang menyakiti seorang wanita.

“ silahkan Kak “ ucap Ica menghidangkan teh hangat dan makanan di meja. Makin terlihat jelas tonjolan payudaranya saat menunduk menghidangkan jamuan untukku. Sayang sekali tubuh seindah ini harus disia-siakan oleh suaminya. Jika aku menjadi suami Ica, pastilah aku akan menggunakan segala macam cara untuk memuaskan hasrat biologisnya.

“ Kak liat deh nih “ ucap Ica yang tepat berada di hadapanku, menunjukan luka-luka lebam disekujur tubuhnya. Lalu ia berbalik arah membelakangiku dan menaikkan sebagian tangtopnya, terlihat ada juga bekas luka lebab di tubuh bagian belakangnya. Ia naikkan kembali tangtopnya hingga seluruh punggungnya terlihat olehku, betapa terkejutnya aku saat melihat banyak sekali luka lebam. Selain itu aku tak melihat lilitan tali bra yang seharusnya dipakai untuk membungkus payudaranya. Hah pasti Ica tidak menggunakan bra.

“ Wow kayaknya bakal ada live show nih “ ucap Shina yang juga memperhatikan tubuh Ica.

“ Setiap suamiku marah, dia menelanjangiku dan menyeretku kekamar mandi. Diguyur tubuhku lalu dipecuti tubuhku dengan ikat pinggang kulitnya. Dia tidak pernah memukul wajahku karna bisa diketahui orang “ ucap Ica lirih lalu menutup kembali tubuhnya.

“ Kakak gak liat ada pembantu di rumahku kan ? “ tanya Ica yang kujawab dengan anggukan kepala

“ Suamiku memecat semua pembantu di rumah ini dua minggu yang lalu, dan menyerahkan semua pekerjaan rumah tangga padaku. Bayangkan Kak harus mengurus rumah sebesar ini seorang diri, belum lagi siksaan yang aku terima hampir setiap hari “ ucapnya kembali, mulai air mata kembali mengalir deras, membelah pipinya.

Bajingan memang lelaki itu, andai aku memiliki kekuasaan lebih, sudah aku rubah bentuk suaminya lebih buruk dari sampah. “ Lebih baik kalian bercerai saja “ ucapku coba memberi pandangan.

“ Itu memang yang sedang aku pikirkan, dan diapun sepertinya tidak keberatan bila aku mengajukan perceraian “ ucapnya, kini ia duduk persis disampingku. Kemudian merangkul erat tanganku dan menyandarkan kepalanya dipundakku.

“ Se…sepertinya……” ucapan terbataku tertutup oleh telunjuknya yang menyentuh bibirku, memberi isyarat bahwa aku tak perlu khawatir dengan apa yang sedang ia lakukan. Kupandang Shina yang duduk serius di depan kami seolah meminta pertolongan. Tapi sepertinya Shina hanya memberikan kedipan mata, seolah berbicara “ lanjutkan saja “.

“ Kak “ panggil Ica mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku semakin gugup dalam kondisi seperti ini, ruangan yang dingin tak mampu menahan keringat dinginku untuk keluar. Wajahnya semakin dekat, begitu pula dengan bibir tipisnya yang merah.

“ Cup “ kedua bibir kamipun bersentuhan, lembut sekali bibirnya. mataku melotot tajam menyambut kedatangan bibir wanita yang sedang gundah. Terasa hangat sekali bibirnya, dan juga aura tubuhnya, seolah menyimpan gejolak di dalamnya yang sangat ingin di keluarkan.

Terasa ada benda lembut yang coba mendobrak belahan bibirku, kubuka bibirku membiarkan benda lembut itu memasukinya. Lidahnya bergeliat diantar rongga mulutku, naluriku mengatakan untuk memainkan lidahku beradu dengan lidahnya.

Tanganku mulai merayap menelusuri indah tubuhnya, kudekap erat tubuh wanita yang dulu mengisi hari-hariku di SMA. Perasaan-perasaan yang dulu pergi entah kemana, sekarang berkumpul satu demi satu, berusaha mengukir kembali lembaran lama yang telah usang. Ohh memori ketika dulu aku baru mengenal rasa terhadap wanita, kini berputar kembali di otakku, memainkan nada-nada rindu romanpicisan.

Kumainkan pandangan disela peraduan lembut lidah kami, kutatap indah binar matanya. Kami saling pandang seolah memberi sedikit waktu agar memori masa lalu datang karna telah terbiasa. “ hhhhmm Ca “ lenguhku

Aku tarik bibirku melepaskan untaian bibirnya, kupalingkan wajahku. Tak boleh seperti ini, aku harus menyudahi semua ini. Kurenggangkan dekapan tanganku yang melingkar ditubuhnya. Ica hanya terdiam menatapku, perlahan Ica merebahkan kepalanya di bahuku, membelai lembut tanganku.

“ Kak maafkanku mengganggu hidupmu, temaniku di mimpi cintamu “ ucapnya perlahan, digeser-geser kepalanya dipundakku.

“ Kak, bunga cinta yang dulu aku tanam, apa masih ada disini ? “ tanya Ica seraya menempelkan telunjuknya di dada kiriku, aku hanya diam mematung, terpaku diantara siraman kisah masa lalu.

“ Aku sepertinya harus pulang, besok senin adalah hari yang berat untukku dan aku harus menyiapkan tubuhku untuk itu “ ucapku melepas segala belenggu hasrat Ica yang mencengkram erat jantungku.

“ Ini nomorku “ aku keluarkan kartu nama dari dompetku dan kuberikan kepadanya. Sial kenapa aku memberi tahu nomorku, pasti akan berlanjut percumbuan ini nanti.

Buru-buru aku pergi keluar rumahnya, lalu memacu mobilku meninggalkan rumahnya. Jantungku masih berdegup kencang, aku coba menetralkan arus deras darahku. Walaupun aku berusaha melawan, tapi aku sangat menikmati hal ini. Ya aku akan biarkan diri ini terbawa arus yang saat ini terlihat menyenangkan bagiku.

“ Ehem, hampir saja kau meninggalkanku Sam “ ucap Shina sedikit berat, sejenak aku melupakan kehadirannya, aku tak memikirkan apa dia sudah menaiki mobilku atau belum.

“ Maaf, tapi seharusnya kau bisa terbang kerumahku seishin “ ledekku.

“ Gimana apa mau lanjut permainan kamu dengannya Sam ? “ tanya Shina

“ Entahlah “ jawabku

“ Oh Samwise gamgee, jika aku menjadi dirimu, aku akan memilih mengawal frodo bagins membawa cincin ke gunung mordor untuk di hancurkan “

“ Tapi kegelapan telah menyelimuti bumi tengah, aku butuh cahaya eldar untuk menerangi hatiku. Kau saja yang mengawal mister Frodo membawa cincin itu, Smeagol “

“ Siapa yang kau sebut Smeagol “ omel Shina seraya mengepalkan tangannya.

Bersambung ke Bab 3/9 GAK GUNA, GAK NGARUH, GAK NGEFEK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates