Social Icons

Pages

(Donny Dhirgantoro) 5 cm - BAB 3/10

<<< SEBELUMNYA


Yellow
...Sama..., gue kalo ngeliat dia juga seneng banget...
dia cantiik banget.
Did I tell you how much I miss... your sweet kiss Did I tell you I didn't cry?
Well I lied... I lie lie lied.
Over read over
When I nearly hit the face I loved
So tired of packaging the anger
Always pushing you away
Did I tell you you're wonderful?
I miss you yes I do

WONDERFUL DARI Adam Ant, mantan vokalis Bad English, Zafran putar berulang-ulang di MP3-nya, mungkin udah yang ketujuh kalinya. Zafran sedang di kamarnya yang penuh dengan warna merah dan hitam, menyelesaikan pesanan desain untuk kampanye sebuah partai politik yang sangat terkenal. Idealisme narcism Zafran sedang tergesek-gesek karena partai tersebut merupakan salah satu partai yang nggak mau dipilih Zafran.
Tapi karena dompet Zafran lagi nggak ada sinyal, Zafran terima aja. Oleh karena itu, Zafran mengalihkan perhatiannya ke Arinda.
Andrea Corss-nyajakarta Selatan. Sekali lagi Zafran menggerakkan mouse nya dan mengulang lagu Wonderful. Sambil mengeija-kan desain, Zafran kangen Arinda.
Setelah stres dan memberi kacamata Oakley, makeup Marylin Manson serta rambut ala Jonathan Davisnya Kom, ditambah giginya Fredie Mercury pada desain "Presiden Masa depan bangsa", Zafran pun mengangkat telepon. Ia malas kalau hanya berkirim SMS karena hanya dijawab Dinda dengan datar, sama seperti tingkah Arial kalau membalas SMS (kan mereka kembar).
"Halo selamat sore... kediaman Bapak Arinto dan Ibu Arini, Arial, dan Arinda. Ada yang bisa saya bantu?"
"Hal...," belum habis Zafran ngomong, ia sudah mengenali suara Arial dan pola penjawaban telepon tersebut. Arial yang apa adanya dan diajar oleh keluarganya untuk-selalu menjawab telepon dengan pola tadi—itulah jawaban Arial sejak masih SD hingga sekarang.
Teq... tuuuut....
"Ehmh... hhh Arial lagi yang ngangkat"
Zafran langsung menutup telepon, walaupun dalam hatinya ia kangen juga pada Arial. Zafran membenahi rambutnya yang dia biarkan gondrong depan dan samping aja. Udah satu bulan lebih dia nggak ketemu sama teman-temannya. Zafran terus usaha dan menelepon HP Dinda.
"Halo..* Dinda."
"Iya dengan Arinda di sini, dengan siapa saya bicara?" Dinda menjawab bingung karena nggak kenal nomor telepon rumah Zafran.
"Ini Zafran...."
"Oh Bang Zafran... ada apa, Bang?"
Zafran paling males kalo ada kata-kata 'ada apa', kayaknya buat laki4aki yang lagi PDKT pertanyaan itu mengganggu banget.
"Ah enggak."
"Dinda lagi di mana?"
"Di rumah."
"Gue telpon ke rumah deh... boleh?"
"Telpon aja...."
"Tapi langsung Dinda yang ngangkat ya... ka n gue lagi nggak boleh ngomong sama Arial."
"Iya...:"
Tak berapa lama, telepon di rumah Dinda pun berbunyi.
"Halo selamat sore... kediaman Bapak Arinto dan Ibu Arini, Arial, dan Arinda. Ada yang bisa saya bantu?" Dinda mengangkat telepon.
Zafran mau ketawa tapi ditahan, masih aja polanya sama, bener-bener sama antara Arial dan Arinda.
"Dinda kan udah tau Bang Zafran yang mau telpon. Nggak usah pake kata-kata tadi dong."
"Disuruhnya begitu dari dulu," kata Dinda datar.
"Lagi ngapain?" Ups...! Zafran sadar dia salah banget nanya spesies Homo Datarius Jakarta Selatanensis Tapi Cantik dengan pertanyaan ini.
"Lagi telpon," jawab Dinda (tuh kan!) Suara Dinda biarpun datar, terdengar sangat menggairahkan bagi Zafran sehingga mendatangkan malaikat jahat yang dengan semangatnya langsung memprovokasi Zafran untuk melempar pertanyaan selanjutnya: " are you wearing any underwear?"
Zafran berpikir keras supaya nggak nanya gitu.
"Arial lagi ngapain Dinda?"
"Lagi barbelan...."
"Oh lagi ngangkat barbel." *
"Mau ngomong sama Bang Arial?"
"Enggak! Jangan. Kita kan lagi nggak ngomong."
"Emangnya kenapa? Berantem yah? Kok pada jarang ke sini lagi?"
"Begini ceritanya...."
Akhirnya Zafran punya bahan obrolan untuk bisa berlama-lama ngobrol dengan Dinda. Sepuluh menit pun berlalu di kabel optik, cerewetnya Zafran ditimpali dengan dua-tiga huruf dari Dinda....
Oh....
Iya....
Tul...
Ner....
Gak....
Yup....
Cie....
Zafran stres. Otaknya terus berputar supaya bisa ngobrol lebih lama lagi. "Kalo Arinda di kampus gimana?"
"Biasa aja."
"Mmh... salah lagi gue..." Zafran garuk-garuk kepala.
"Kampusnya gimana?"
"Rame!"
"Kalo di kampus nongkrongnya di mana?"
"Nggak nongkrong."
"Oh pasti Dinda jarang nongkrong ya, banyak tugas dari dosen atau bikin makalah kelompok."
"Kalo di kampus Dinda duduk kok, nggak nongkrong."
Zafran hanya bisa menganga sampai gagang telepon kebanjiran iler... malaikat jahat pun kecipratan iler Zafran.
"Ampun deh...."
"Bang Zafran kenapa minta ampun? Lagi dipukulin yah?"
'Udah dulu ya Dinda, Bang Zafran mau bikin puisi dulu."
"Oh lagi ada keijaan ya?"
Grafik kedataran Dinda sedikit naik.
"Nggak kok, mau bikin puisi...."
"Iya lagi ada tender bikin puisi, kata Mas Ial, Bang Zafran seniman yang banyak tendernya," grafik kedataran Dinda naik lagi dikit.
"Ya ampun Dinda... mana ada orang bikin puisi pakai tender? Pakai pesanan? Puisi itu adalah keindahan kehidupan, keindahan kata-kata, pokoknya banyak deh definisinya."
"Bang Zafran mau bikin puisi apa?"
"Puisi buat Dinda," Zafran menjawab setengah kesel.
Sekalian aja! batin Zafran.
"Kan Dinda nggak mesen...," jawab Dinda.
Zafran kacau lalu mengacak-ngacak rambutnya, dunia penyairnya berubah menjadi papan-papan datar, bidang datar, dataran tinggi, dataran rendah, datar tak dijemput pulang tak didatar, donat datar, bola datar, datar bulan, selamat datar para tamu... (aduh ngomong apa sih ini?).
"Mmmhh," embusan napas Zafran terdengar oleh Dinda di telepon."
"Udah dulu ya Dinda udah malem nih," Zafran ingin secukupnya mengakhiri pembicaraannya dengan Dinda.
"Terima kasih udah telpon," lagi-lagi kebiasaan Arial dan Arinda pada saat mengakhiri telepon sangat identik.
"Iya sama-sama."
"Daah Dinda...."
"Dah...."
Treq! Zafran menutup telepon. Dinda pun menutup telepon.
Sebenarnya Dinda nggak datar-datar amat. Dinda udah tahu kalo Zafran suka sama dia. Dinda lagi males sama Zafran dengan SMS-SMS -aibnya, yang kadang-kadang Dinda nggak ngerti maksudnya. Dinda sebenarnya menganggap Zafran sangat menarik, tapi kadang-kadang Dinda bingung sama Zafran yang kalau diliatin suka loncat-loncat sendiri, kayak monyet-monyetan karet.
Sambil mengambil handuk dan pergi mandi, Dinda membatin sendiri, kan sebaiknya Dinda diajak ke mana dulu kek sama Zafran, ngobrol kek berdua yang lama, bercanda bareng, supaya deket dulu baru nanti diliat, cocoknya jadi pacar atau temen, atau ada nggak kangen-kangennya, baru nanti ketahuan. Ini belom-belom udah ngasih kata-kata indah di SMS yang Dinda nggak tau penulisnya. Gibran-lah, Freud-lah, Tagore-lah, Whittman-lah, La Fontaine-lah, enggak ada yang Dinda kenal, kasih tau dong siapa mereka, jangan sok tau sendiri" (tuh Juple, Dinda aja dewasa...).
Di depan cermin, rambutnya yang panjang dan lurus dibiarkan tergerai jatuh dan membelai indah kulit bahunya yang putih.
Satu-satu Dinda melepaskan rangkaian rajutan di tubuhnya.
Tubuh Dinda yang putih halus tanpa cela, tanpa apa pun terpantul di cermin kamar mandi yang sudah agak berembun karena uap air panas. Pemandangan yang bisa menimbulkan panas pada laki-laki. Arinda menenggelamkan dirinya di bathtub. Tubuh putihnya beserta lekukan-lekukan sempurna yang masih belum ter-jamah bercengkrama dengan busa-busaputik Arinda senang membuat gelembung-gelembung sabun yang berputar rendah di sekitar kepalanya. Tawa renyahnya yang merdu kadang terdengar tatkala jarinya yang lembut perlahan memecahkan gelembung- gelembung sabun yang perlahan jatuh di depannya. Perlahan ia pun memejamkan matanya, menikmati kehangatan. Alis tebalnya yang ikut turun perlahan saat matanya terpejam, menimbulkan berbagai keindahan imajinasi tersendiri. Arinda memang cantik sekali.
Tapi Arinda enggak tahu kalau... ada yang ngintip!
Secara tidak sadar, tidak kasat mata, dan sama sekali tidak terlihat oleh mata awam, ternyata semua kejadian di kamar mandi Arinda terekam oleh malaikat jahatnya Zafran. Dengan penuh semangat ia bermaksud menceritakan ke Zafran apa aja yang teijadi di kamar mandi Arinda. Sayangnya, sebelum cerita itu sampai ke Zafran, malaikat baik sudah mencegahnya, dibantu oleh... Doraemon!
Tapi karena namanya juga malaikat jahat, meski niatnya udah dicegah oleh malaikat baik, ia masih juga mencoba mendatangi Zafran yang sedang sangat galau dan terbenam lautan cinta. Malaikat jahat segera memberikan pengarahan kepada Zafran agar segera membuka paket "laki-laki galau usia dua-puluhan lebih" yang terdiri dari Paket Kamar (Majalah Pop, Popular, Lipstik, Teenage Slut, dan VCD player plesetan dari Glodok ditambah VCD pinjeman dari Ian); Paket Modem (ayamkampung.com, nyamuk.com, freenudecelebrities.com, dan hustier.com); Paket Kamar Mandi (Sabun).
Zafran akhirnya mengambil paket modem dan mulai dial ke Internet dari kamarnya. Pertarungan pun teijadi antara malaikat jahat dan baik, yang keduanya udah bikin ring kawat tertutup di otak Zafran, dengan syarat yang keluar ring dinyata-kan kalah.
"Hustler... hustler... hustler," malaikat jahat berteriak di kuping Zafran bareng-bareng sama Marilyn Manson dan Larry Flint.
"Zafran... ke website gue aja, ada cerita baru," kata Doraemon bijak sambil duduk tenang bersama malaikat baik di sudut ring.
Mereka berdua nggak mau berantem fisik sama malaikat jahat, Zafran langsung nanya identitas. Males kalau harus chating sama cowok.
LebihkerendariAndyWarholl)ASL
Miss you_Gal)Langsung nih... sabar dong
LebihkerendariAndyWarholl)ASL
Miss you__Gal)24-an/f/ker/jkt
LebihkerendariAndyWarholl)Asik
Miss you_Gal)Lo dong....
LebihkerendariAndyWarholl)24,5-an/m/vokalis/jkt Miss you_Gal)Kok vokalis?
LebihkerendariAndyWarhoU)Anak ben
Miss you_Gal)Oh... suka lagu lagu apa
LebihkerendariAndyWarholl)Apa aja asal vokalisnya keren...kerja apa?
Miss you_Gal)ada deh...
LebihkerendariAndyWarholl)Kenapa namanya miss you...?
Miss you_Gal)Lagi kangen...!
LebihkerendariAndyWarholl)Ciee sama siapa...?
Miss you_Gal)Someone....
ZAFRAN LANGSUNG mau curhat, bodo amat baru kenal.
LebihkerendariAndyWarholl)Sama, gue juga... bingung gue deh, dia orangnya datar, kayaknya sih nggak cocok sama gue tapi gue nggak bisa melepaskan bayangannya dari penglihatan dan. hati gue.
Zafran mulai bersyair bimbang.
Miss you_Gal)Nggak cocok kan relatif...kejar dong usaha... kenapa tiba-tiba berpuisi gitu?
LebihkerendariAndyWarholl)Udah... tapi nggak ada kemajuan.
Miss you_Gal)Daripada gue suka banget sama orang dari dulu tapi dianya cuek cuek aja... susah sih cowok... suka asal...
enggak enak jadi ce... nggak bisa bilang.
LebihkerendariAndyWarholl)Tapi kan nunjukin bisa.
Miss you_Gal)Dianya cuek gitu sih... nggak nangkep sinyal sinyal gue trus kayanya yang suka sama dia banyak... gue nggak bisa ngelepas dia... udah sayang kali, tapi feeling gw dia juga suka sama gw tapi kok nggak maju maju... kan cape nungguinnya.
LebihkerendariAndyWarholl)Oohhh... gawat... udah punya ce belum dia.
Miss you_Gal)Belom....
LebihkerendariAndyWarholl)Yakin lo....
Miss you_Gal)Yakin dia tuh deket banget deh sama gue.
LebihkerendariAndyWarholl)Kalo gw.-.. dia ini ade'nya temen baik gue....
Miss you_Gal)Deketin aja kakaknya....
LebihkerendariAndyWarholl)Kakaknya udah deket banget, kedeketan malah... jadi tau dia dosa-dosa gue.
Miss youJ3al)Hahaha kocak juga lo...Kalo dia ini orangnya asal tapi kadang kadang pinter... temen baik gue dari dulu.
LebihkerendariAndyWarholl)Telpon dong... orangnya ajak makan kek....
Miss you_Gal)Masa ce yang ngajak... lagian kita tuh keseringan bareng-bareng dari dulu enggak usah... jadinya udah kayak temen banget.
LebihkerendariAndyWarholl)Tiap hari ketemu?
Miss you_Gal)Nggaksih... dulu sering banget sekarang lagi nggak ketemuan. LebihkerendariAndyWarholl) Emangnya kenapa... dia udah kerja.
Miss you_Gal)Udah... tapi gitulah... per proyek dia kerja sendiri.
LebihkerendariAndyWarholl) Kerjanya di luar kota?
kenapa nggak ketemu?
Miss you_Gal)Ya... gitu deh ada alasannya, gue heran kadang gue tuh cuma mau di sampingnya dengerin dia ngeliat tingkahnya....
LebihkerendariAndyWarholl)Sama, gue kalo ngeliat dia juga seneng banget...dia cantiik banget.
Miss you_Gal)Just happy to be at his side
Lebihkerendari ndyWarholl)lvU... be at your side... there's no need to worry.
At Your Sidenya The Corrs mengalir di kibor Zafran.
Miss you_Gal)Together we survive... Hehehe dasar anak band.
LebihkerendariAndyWarholl)Seneng The Corrs?
Miss you_Gal)Maniac....
LebihkerendariAndyWarholl)Pantes....
Miss you_Gal)Eh kita belom kenal deket udah cerita banyak nama asli lo siapa? boleh kan?
LebihkerendariAndyWarholl)Boleh... tapi lo dulu....
Miss you_Gal)Co dulu dong... oke?
LebihkerendariAndyWarholl)Kenapa co dulu? gender banget sih lo... tapi ini nama asli gue yah...sumpah gue jarang bo'ong jadi lo harus nama asli juga..okeh?
Miss you_Gal)Siip...
Zafran dengan semangat mengetik namanya di kibor.
LebihkerendariAndyWarholl)My name is....
LebihkerendariAndyWarholl is off
Gelap.
Tiba-tiba ada yang teriak, "Zafran nyalain komputer yaaa?
Mama lagi bikin kue nih pake microwave. Listriknya nggak kuat.
Kulkasnya aja matiin dulu!"
Zafran... Gelap... Paranoid Android... Zafran High and Dry...
Zafran di dalam akuarium kecil sea world bareng ikan hiu yang baru buka puasa... Creep... Just... Idioteque... Karma Police...
Nobody does it Better... Zafran jadi Tom Yorke yang lagi kesel....
Aa... taitaitai... F@@#$V21!!V@#NGT0@#2KTLS Zafran jadi ngomong jorok, tangan Zafran mencet mencet kibor nggak karuan.
"My name is...."
"My name is...."
"My name is...."
"Slim Shady!"
Zafran mengambil T-Shirt putih, celana gombrong, sama kupluk dan ngamuk-ngamuk sama mamanya, ngikutin Eminem.
*
"Cowok geblek...! Rese, pengecut banget sih? Udah seneng-seneng ada temen curhat, eh...," cewek cantik dengan rok dan blazer cokelat muda + blus putih ketat yang sangat serasi dengan kulitnya yang putih menggumam kesal nggak karuan.
Lehernya yang putih menengok manja sekelebat sambil melipat tangannya di dada. Dia memandang hujan dari jendela kantornya yang tinggi, hujan seipakin keras, menurunkan beribu kata yang hinggap di matanya.
Kangen, kangen, kangen, lagi ngapainya dia? Lampu-lampu malam di jalan utama kotanya seperti memecah bias antara air hujan dan penglihatannya. Lampu mobil yang banyak sekali berjejer di bawah sana bertumpuk perlahan bergerak. Sambil berdiri, telapak tangannya beradu dengan dagunya, melihat malam, melihat hujan yang bertambah deras. Melihat bias merah, kuning, oranye, kuning, merah, kuning, oranye, biru kuning, ...kangen....
"Heh bengong aja... pulang yuk...," suara temannya yang sudah dia tunggu dari tadi akhirnya tiba juga.
"Yuk!" Tangannya menggamit tas Suede hitam sekalian membawa gelas kantor ke pantry.
"Dor! Hehehe kaget ya... mau naruh gelas... tolong cuciin ya Mbak Jumi." Petugas pantry pun tertawa renyah mengangguk ramah dan diam-diam mengagumi kecantikan dan keramahan wanita di depannya yang mungkin baru dikenalnya satu bulan.
Hmm, ia selalu tersenyum sama siapa saja, selalu akrab sama siapa saja, dari bos sampai cleaning service seperti saya ini, batin Mbak Jumi. Matanya terus menatap kagum.
"Mau permen Mbak Jumi? Ini ada Yupi," katanya ramah sambil mengeluarkan segenggam Yupi yang menggemaskan dan biasa dia pencet-pencet dahulu sebelum mengunyahnya.
"Oh iya... Mbak Jumi, tadi aku ada roti dari rapat nggak aku makan. Ini buat Mbak aja. Belum dibuka kok... nih ambil aja. Belum aku buka, bener...!"
"Nggak ah Mbak... itu kan roti mahal."
"Ambil aja..."
"Aku udah kenyang Mbak Riani."
"Buat si kecil di rumah."
Mbak Jumi takluk dengan kelembutan Riani.
"Ambil yah...ini Yupinya juga. Nanti buat iseng-iseng di bus, macet lho... hujan deras di Jakarta biasanya macet."
Mbak Jumi takluk lagi untuk kedua kalinya sama Riani
...lagian dia juga seneng sama permen Yupi.
"Terima kasih ya Mbak Riani."
"Iya... sama-sama...."
"Terima kasih juga udah cuci gelas aku tiap hari...," Riani berkata lembut sambil memegang bahu Mbak Jumi yang kurus.
"Aku pulangdulu ya Mbak Jumi. Nanti hati-hati pulangnya."
Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang yang sepenuh Mbak Riani perhatiannya.
Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan 'Mbakbukan dengan teriakan keras "Jumiii..."yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil'bos' itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari....
"Yo, nduk... nduk..." Sambil melihat tangan kurusnya yang hampir keriput karena mencuci tiap hari, Mbak Jumi berdoa dalam hati buat Riani.
Di dalam lift turun, pikiran Riani berkelana ke mana-mana
"Bengong meleuleu, Bu...," tiba-tiba Citra, teman tebengan-nya, membuyarkan lamunan Riani.
Riani tersenyum.
"Udah sebulan lebih lo ya disini...?" tanya Citra.
Riani mengangkat alisnya tanda mengiyakan.
"Hebat lo. Baru magang tapi udah disuruh megang liputan
...gimana caranya?"
"Apa yang lo mau, lo kejar aja,... taruh di kepala lo terus, jangan sampai lepas," Riani tersenyum, berkata pelan sambil membetulkan letak blazernya.
"Oh...."
Riani menonjok lembut bahu temannya. uJalanin aja, kejar aja."
"Pasti nanti lo diterima., semuanya kagum sama lo."
"Mudah-mudahan...," kata Riani pelan sambil beijalan keluar dari lift yang sudah sampai di parkiran basement.
"Mobil lo di mana, Cit?"
"Tuh...," Citra menengadahkan kepalanya sedikit sambil menunjuk sebuah mobil MPV silver kelas menengah.
"Lo apa. gue yang nyetir?" Riani bertanya ke Citra.
"...lo aja deh. Gue capek banget, lagian macet. Perut gue juga lagi sakit banget, biasa...."
Biani pun dengan sangat maklum mengambil kunci mobil dari tangan Citra. Tak lama kemudian, mobil Citra keluar dari gedung megah pusat bisnis Jakarta dan melaju di antara hujan yang masih terus saja mengguyur di sekitar mereka. Suara hujan yang sangat deras menghunjam keras di kap mobil, mengeluarkan suara yang nggak enak... sama nggak enaknya dengan hati Riani yang lagi kehilangan sesuatu.
Riani menarik napas panjang dan dalam.
"Citra gue mau curhat!"
Dan semuanya pun mengalir deras dari hati Riani, tentang teman-teman gilanya yang bikin kangen, 14 Agustus, dan yang paling lama dan bikin Citra terbengong-bengong adalah bagaimana Riani sangat menyayangi salah satu dari mereka. Bagaimana selama ini Riani selalu menyimpannya dengan baik beralaskan harap, berbungkus mimpi ceria dan kerinduan... nggak berani mengungkapkan semuanya atas nama wanita.
MPV silver itu masih terjebak di antara kemacetan dan hujan deras di jalan Pangeran Antasari yang penuh dengan pohon-pohon besar. Malam pun berlanjut di antara derasnya hujan.
Lampu-lampu mobil masih berbias basah air hujan di mata Riani yang kosong, menatap harapan kerinduan yang dia nggak tahu akan pergi ke mana. Merah, oranye, kuning, merah, oranye, kuning, merah, garis garis air tetes air... penuh... basah..., kuning, kuning.
Look at the star;
look how they shine for you
and everything you do
they were all yellow
I swam across
I jumped across for you
Oh what a thing to do
and it was all yellow
I drew a line; I drew aline for you
Oh what a thing to do
and it was all yellow
(Yellow, Coldplay)

Bersambung Ke BAB 4 >>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates