Social Icons

Pages

(Donny Dhirgantoro) 5 cm. - BAB 2/10

<<< SEBELUMNYA


All I Have to Do is Dream
...Rasi bintangnya Genta, Rasi bintangnya Riani, rasi bintangnya Zafran, rasi bintangnya Arial, dan Rasi bintangnya Ian.
MASIH DI Secret Garden.
Kalau ingat kejadian Ian menemukan dirinya sendiri, yang Ian namakan "Finding Ian", nggak sadar mereka berempat tersenyum dan tengok-tengok sendiri. Dari kejadian "Finding Ian"
ilu bukan cuma Ian yang belajar, tapi semuanya belajar banyak banget Ngeliat Ian yang sekarang, bukanlah Ian yang dulu.
Ian yang sekarang lebih berisik (tetep..!). Ian yang apa adanya, yang lucu, jago nyanyi, jago main gitar, dan ngefans sama Indomie, Manchester United, dan juga Happy Salma.
Ian yang baiiik banget

For one so small, you seem so strong
My arms will hold you, keep you safe and warm this bond between us can't be broken. I will be here, don't you cry
'Causeyou'll be in my heart. Yes, you'll be in my heart From this day on... now and forever more
You'll be in my heart
No matter what they say.... You'll be here in my hearty always Don't listen to them... cause what do they know, we need each other to have to hold
They'll see in times... I know
When destiny calls you, you must be strong I may not be with you, but you got to hold on They'll see in time, I know
We'll show them together 'cause...
You'll be in my heart (believe me... you'll be in my heart).
You'll Be in My Heart- nya Phil Collins mengisi Secret Garden.
Ian bernyanyi dengan gitarnya, menambah suasana hangat malam yang indah buat mereka berlima di Secret Garden.
"Yan Indomie lo dateng tuh...," suara Arial jadi kontras di tengah-tengah lagu. Ian langsung berhenti karena memang perutnya yang selalu lapar sudah menunggu dari tadi.
"Kuahnya dong..." Riani mengambil satu mangkok kosong yang emang udah disiapin oleh pembantu Arial, hasil pengajaran Genta tentang service excellent. Sudah merupakan ritual, kalau Ian minta Indomie, harus ada satu mangkok kosong lagi buat Riani yang pasti minta kuahnya.
"Hobi banget sih lo sama Indomie," Zafran bingung ngeliat Ian yang makan Indomie dengan lahap.
"Cowba luw swurvwey adaw nggwwak owrang Indowneswia ywangbewlom perwnah mawkwan Indowmwie," Ian ngomong sambil makan.
"Jangan makan sambil ngomong!" Riani geli ngeliat Ian.
"Tiap nongkrong di rumah orang pasti minta Indomie,"
Genta geli banget ngeliat Ian.
"Kan lo punya rumusnya, Yan. Ya kan?" Zafran mencoba menetralisir.
"Rumus apa?" Riani pengin tahu.
"Rumusnya Ian bikin Indomie... hihihi," Zafran nyahut menahan geli.
Masih sambil ngunyah dan sangat serius dengan satu tangan megang mangkok, Ian merogoh dompetnya, mengeluarkan kertas kecil putih lecek dan tanpa ngomong, masih nerusin makannya, ngasih tahu rumus yang dibanggakannya buat Indomie.

keterangan:
f: fungsi g: Genta
i: Indomie r: Riani
P: perut z: Zafran
RT: rumah temen a: Arial
Mp: memuji pembokatnya K: kuah
PTSD: Pembokat terbaik di seluruh dunia
KBI: kalo bikin Indomie
Note: Rumus dalam kurva kurung akan selalu dikuadratkan setiap kali Riani minta kuah, jadi fungsi dari variabel K akan diabaikan kalo nggak ada Riani. Asumsi: Dibuat dengan asumsi satu paket Indomie adalah dengan dua telor Mereka semua ngakak sampai sakit perut Ian bingung Ki ndiri kenapa teman-temannya ketawa. Rumusnya telah diuji i< Tara empiris dan selalu berhasil, nggak pernah gagal karena lriah melewati enam langkah metode penelitian yang udali diajarkan di SMA (Ancur...!).
Sementara Ian makan, Zafran mengambil gitar dan mulai mencoba membawa teman-temannya ke dunianya. Dalam khayalan Zafran, one spot stage lighting hanya terarah padanya.
Semuanya gelap hanya dia, gitar, mike, lampu panggung, dan penggemarnya yang beijuta-juta di depannya. Hitam, semuanya hitam, cuma Zafran yang terang disorot lampu. "Zafran! Zafran!" teriak penggemarnya.
Dengan logat British yang dikental-kentalin, "A great song for u all... from my favorite ben...," kata "band" lupa Zafran fasihkan menjadi logat British jadinya yaa... "ben"!
Who knows how long I've loved you.
You know I love you still.
Will I wait a lonely lifetime If you want me to- I will For if I ever saw you
I didn't catch your name
But it never really mattered...
I will always feel the same
Love you forever and forever
love you with all my heart
Love you whenever we're together
Love you when we're apart...
Semua menikmati I Will daii The Beatles yang dinyanyikan oleh Zafran penuh penghayatan dengan suara yang agak keras.
Maksudnya jelas, supaya Arinda dengar dan udara bisa me-ngirimkan sinyal-sinyal dan zat-zat ajaib tak terlihat ke kamar Arinda yang akan menimbulkan pikiran pada Arinda: "gile suara Zafran bagus bangeet, Zafran keren deh."
Semua memang setuju kalo Zafran emang punya bakat jadi vokalis (emang udah jadi vokalis, bukan?).
"Adik gue jam segini paling udah tidur, He...," Arial yang udah bisa nangkep maksud Zafran melalui lagu tadi gatel untuk nyela.
"Tuh lampu kamarnya udah mati," Riani memperkuat Arial sambil menunjuk ke kamar Dinda.
"Lampu kamar udah mati kan bukan berarti udah tidur, siapa tau masih tidur-tiduran sambil ngeliat langit malam, dia juga denger suara gue," Zafran keukeuh.
" Dia nggak tidur di kamarnya malam ini, dia tidur di kamar nyokap gue. Kan bokap gue ke Surabaya lagi, sekarang nyokap gue jadi parno karena banyak acara setan di TV yang nggak jelas.
Jadi si Dinda disuruh nemenin tidur," kata Arial sambil ketawa.
Zafran langsung low batt, mengingat kamar nyokapnya. Arial kan di depan banget, sementara mereka berada di taman belakang yang kalo kata semut pasti jauh banget. Apalagi banyak tembok, udah pasti nggak kedengeran.
"Tapi tadi Zafran keren kok... sumpah," Riani memuji Zafran beneran.
Genta langsung mengacungkan jempol tanda setuju. Ian juga. Tapi Zafran nggak peduli. Lagu tadi cuma buat Arinda seorang. Riani ngeliat Zafran jadi nggak tega.
Malam semakin larut di Secret Garden.
Semuanya diam. Cuma suara sendok dan garpu beradu dengan piring yang terdengar. Ian masih melahap habis Indomienya. Semua dengan khayalannya sendiri-sendiri. Arial sibuk bales SMS yang dikirim oleh cewek yang dikenalnya di tempat fitness, yang bikin dia tipes.
Indy fitness: Arial udah sembuh belom?
Arial: udah
Indy fitness: Arial lagi ngapain?
(yang selalu dijawab Arial apa adanya)
Arial: lagi duduk
Indy fitness: kok malem minggu nggak ngapel?
Arial: nggak ada pacar
(Indy fitness yang mulai paham kalo dalam ber-SMS Arial nggak kenal yang namanya kalimat, mulai kreatif dengan mengeluarkan combo).
Indy fitness: Arial udah makan? Kalo udah, makannya pake apa? Enak nggak? Trus abis makan ngapain?
Arial: udah.kecap.manis.minum
(Indy fitness jadi mikir-mikir untuk ngelanjutin PDKT-nya ke Rambo datar ini).
"Siapa Yal yang SMS?"
"Susah deh... punya muka penting," Genta coba buka pembicaraan.
Kata-kata muka penting berasal dari Ian untuk membedakan antara Genta dan Arial. Kalau Genta, walaupun banyak yang mau juga, tapi mukanya ngabisin kalender—kata Ian kocak.
Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di komplotan pengeksekusi filosofi ini—Riani pun mengakui.
Arial yang apa adanya, walaupun jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya sama sesuatu.
"Yang kemarin di tempat fitness..." kata Arial datar.
"Indy?" Ian langsung semangat
Arial mengangguk.
"Bego. Kalo lo nggak mau, sini buat gue aja!" Ian teriak-teriak.
"Emangnya dia mau sama lo? Emangnya cewek lo samain sama kue?" Riani membela kaumnya yang sering dianggap gampang sama cowok-cowok.
"Mulai .emansipasi."
"Alaaa lo juga minjem bokep gue" Ian mendebat Riani.
'Jadi lo nyamain cewek sama bokep? Enak aja lo" Riani kesel sendiri.
"NggakAah, ini nggak segampang itu," Genta mencoba me-nengahi dan memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul 'makanya jangan debat Riani' kalau soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri Tapi nggak biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan kepalanya jadi agak tinggi, Genta menggumam dalam hati.
Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul 'tanggal berapa sekarang'. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggal-tanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal. Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.
"Makanya kalo dapet rezeki bagi-bagi," celetuk Ian.
"Disimpen sendiri sih," Genta ikut-ikutan.
"Kan lo pernah janji kalo tengah bulan nggak mau super-sensitif lagi, eh dia marah-marah," Zafran juga ngomong.
Riani sadar sendiri dan senyum-senyum.
"Makanya jangan suka ngerendahin wanita... capek tau jadi cewek, kayak tukang kredit aja, ada tiap bulan," Riani berkata lembut sambil ngeberesin bekas-bekas pertempuran Ian dengan Indomie.
Genta seneng banget kalo ngeliat Riani lagi beres-beres (apa aja juga bagus Ta! Lo lagi sayang sama dia.)
"Tapi emang kodratnya wanita kan enggak boleh lebih superior dari pria...."
"Tapi...," Riani mau siap ngomong lagi.
"Tunggu dulu deh... Kayaknya kita udah pernah sharing kayak gini, tentang pria dan wanita."
"Ya ampun... iya udah pernah...."
"Sering malah."
"Kok ada lagi ya?"
"Ya ampun kita mati gaya...."
"Feel Like Shit Dejd vu"
"Kan waktu itu kesimpulannya nggak ada yang lebih baik antara pria dan wanita. Dua-duanya emang diciptakan untuk saling melengkapi. Karena keduanya dikasih nikmat yang sama seperti lazimnya manusia, nikmat kekurangan dan kelebihan.
Gue udah sering banget dengar kalimat sok tau dan sok filosofis itu," Ian mengiyakan.
"Ya udah damai...."
Semua cowok mengacungkan jari kelingkingnya ke Riani.
Riani pun menyambutnya.
"Kentring!!!" teriak mereka bareng, makhluk-makhluk gila ini meyelesaikan masalah persis anak TK
Tiba-tiba semuanya diam. Untuk waktu yang cukup lama semuanya mengkhayal sendiri-sendiri. Secret Garden pun jadi sepi. Angin malam pelan menyapu wajah mereka.
Sepi
"Eh lo sadar nggak kejadian barusan?" Genta mencoba memecahkan pengapuran di antara mereka.
"Kenapa?"
"Shit Dejd vu."
"Dejd vu yang nggak enak."
"Perasaan lo doang kali, Ta."
"Udah berapa sering sih s hit dejd vu kita?"
"Banyak!" Ian menjawab.
"Kita lagi bosen kali ya, ke mana-mana berlima mulu...,"
Zafran menatap teman-teman terbaiknya.
"Gue sih nggak pernah bosen sama kalian," Arial menjawab.
"Bukan sama orang-orangnya, tapi sama 'kita'-nya," Zafran mendesis pelan.
Mereka berlima pun terdiam lagi, cuma terdengar petikan gitar instrumental Ian, The Long and Winding Road-nya. The Beatles.
"Iya nih kita standar standar aja," Arial nyambung lagi.
"Iya, kayak lo yang emang standar-standar aja," Ian berkata pelan sambil terus membiarkan jari-jarinya berbicara sendiri.
Mereka berlima tersenyum, tetapi ada rasa males di situ.
The long and winding road
That leads to your door
Will never disappear....
Zafran bernyanyi dalam hati.
Riani membatin dalam hati, kita emang bareng terus dari dulu, emang pernah ada rasa bosen, tapi pasti nantinya akan cair dengan segala kegilaan yang cerdas dan kebaikan hati masing-masing.
Satu yang paling Riani banggakan dari teman-temannya ini adalah mereka tidak pernah berusaha memperburuk keadaan atau masalah yang ada dalam diri mereka. Tidak pernah memperburuk dunia yang mereka tinggali.
Sambil membetulkan letak duduknya dan menyelonjorkan kakinya, Genta menatap langit hitam di atasnya. Entah kenapa sepertinya Genta mau terbang ke atas sana, memegang bintang dengan telunjuknya, menciumnya. Genta mendendangkan Fly Me to the Moon-nya. Frank Sinatra dalam hati Fly me to the moon
And let me play among the stars
Let me see what springs like on Jupiter or Mars In other words please be true
In other words, I love you!
Genta ingin terbang ke bulan sana, nongkrong di antara bintang dan bulan sambil membuat rasi bintang mereka masing-masing. Rasi bintangnya Genta, rasi bintangnya Riani, rasi bintangnya Zafran, rasi bintangnya Arial, dan rasi bintangnya Ian. Sampai akhirnya mereka akan saling berargumen bodoh soal rasi bintang siapa yang paling bagus. Genta menarik tiga detik udara malam ke garba penciumannya dan melepaskannya. Genta seneng banget dikasih oleh Tuhan empat orang teman yang baik.
Zafran tiba-tiba berkata lembut sambil memainkan daun-daun cemara kecil basah di dekatnya, "Plato, seorang filsuf besar dunia pernah bilang bahwa nantinya dalam kehidupannya setiap manusia akan terjebak dalam sebuah gua gelap yang berisi keter-aturan kemapanan, dan mereka senang berada di dalamnya.
Karena mereka terbuai dengan segala kesenangan di sana dengan apa yang telah mereka capai, hingga akhirnya mereka takut keluar dari gua tersebut. Mereka memang bahagia, tetapi diri mereka kosong dan mereka nggak pernah menemukan siapa diri mereka sebenarnya... mereka nggak punya mimpi."
Balade Pour Adeline-nya. Richard Clayderman mengalir sekenanya dari jari-jari Ian yang mencoba berbicara mengisi bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.
Semuanya diam lagi mendengar omongan Zafran yang dengan sensitifnya bercampur melodinya Balade Pour Adelin tadi. Cipratan-cipratan filsufis musikal sentimental yang baru saja mengalir menghasilkan beberapa helaan napas berisi beijuta cerita. Semuanya mencoba berdialog dengan diri mereka sendiri.
Mencoba berdialog dengan bola kosong yang berputar-putar tembus pandang di tengah-tengah mereka.
"Mungkin sebaiknya kita nggak usah ketemuan dulu," Genta mengalirkan kalimat pendek.
Semuanya jadi sensitif.
"Maksudnya?" Riani menoleh lembut, jari-jarinya menari sendiri di atas celana jins gelapnya.
Lama Genta nggak menjawab. Zafran sudah mengerti maksud Genta.
Genta meneruskan sambil menatap keempat-temannya, "Ya enggak ketemu dulu, nggak nongkrong dulu, nggak ke mana-mana bareng dulu, ilang aja dulu semuanya, ilang abis-abisan, nggak teleponan, nggak SMS-an...."
"Keluar dari gua kita untuk sementara...," Zafran melanjutkan.
"Gue mau...," Arial menyambut usul Genta mantap.
"Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu ke mana-mana,"
kalimat Zafran tentang Plato barusan menyentakkan ke-apaadaan-nya diri Arial.
Batin Riani pun mengangguk setuju. Ya, walaupun dirinya nggak setuju, batinnya telah mengangguk.
"Tapi gue nggak mau kehilangan kalian semua," Riani berkata pelan setengah maksa.
"Ya nggak-hh. ," Arial dan Zafran menjawab pertanyaan Riani hampir berbarengan.
"Enggak-lah Riani," Genta menatap Riani dalam-dalam, batinnya pun ikut berkata, Gue bakalan kangen banget sama lo Riani
"Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti Ian jadi kurus. Jadi kita enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek," kata Genta sambil menyenggol Ian yang masih asik dengan gitarnya.
"Papan ski kali kalo kurus," kata Zafran yang nggak sadar kalo dia juga kurus persis kapur tulis SD.
"Gue setuju! Gue mau PDKT lagi sama skripsi yang udah gue putusin. Siapa tau dia mau balik lagi sama gue. Dulu skripsi gue suka cemburu kalo gue lagi gila bola, sekarang gue mau minta maaf sama dia, mau bilang kalo dulu gue sering selingkuh sama bola, PS2, dan bokep," semangat Ian.
"Untuk berapa lama?" Pertanyaan yang susah ini bikin bingung semuanya.
"Enam bulan?" usul Zafran.
"Enggak mau!" Riani langsung ngambek sambil matanya yang indah melihat ke teman-temannya. "Kelamaan ah... nggak mau," Riani memperjelas keinginannya.
"Tiga bulan aja," tiba-tiba Ian nyeletuk.
"Setuju!" Arial langsung setuju.
Genta mengangguk. Zafran pun setuju.
Sebentar mereka semuanya menoleh ke Riani, makhluk terindah bernama wanita yang semesta berikan kepada mereka.
"Ya udah, kalian jahat," ketegaran wanita seorang Riani yang biasanya kuat menghadapi segalanya akhirnya setuju.
"Yee... tadi katanya mau, sekarang bilang jahat, yang jahat di sini kan nggak ada, kita kan 'Power Rangers'—pembela kebenaran," Zafran mencoba bercanda sama Riani yang lagi sensitif.
Riani tersenyum manis sekali, membuat keempat temannya tersenyum.
Keajaiban Zafran emang yang paling bisa bikin Riani tersenyum menghadapi segala hal.
"Tiga bulan dari sekarang itu kapan yah...tanggal berapa?"
"14 Agustus," Arial menjawab pertanyaan Ian.
"Kita ketemu lagi tanggal 14 Agustus yah...," Genta meyakinkan teman temannya.
"Tapi kan besok Senin kita ketemu. Ada event lo, Ta," Arial tiba-tiba nyeletuk.
"Oh iya...."
"Yang ketemu kan cuma kalian berempat., cowok-cowok doang" ujar Riani.
"Ya udah, nanti Senin kita ngomong apa adanya aja. Kalo bisa masing- asing jangan sampai terlihat, jangan sampai ngomong."
"Ya udah...."
'Tapi nanti 14 Agustus kita ngapain merayakannya? Kan perlu dirayain tuh, harus yang monumental," usul Ian.
"Kayak tujuh belasan aja, pakai dirayain," sentil Zafran.
Yang lain setuju dengan Ian.
"Gue udah ada rencana...," Genta berkata mantap sekali sambil berbinar-binar. Tiba-tiba otaknya punya ide yang sangat cemerlang. "Pokoknya nanti gue bikin reminder untuk tanggal 14 Agustus di handphone, tanggal 7 Agustus gue kasih tau planningnya. aja lewat SMS, di mana kita akan ketemuan."
'Jadi kita nggak boleh tau sekarang?" Riani bingung.
"Enggak!" kata Genta mantap.
"Biar surprise.... Percayain aja ke gue. Dijamin nggak bakal garing. Ini rencana keren pokoknya," Genta meyakinkan teman-temannya.
"Awas lo kalo garing, Ta," keherculesan Arial mengancam Genta.
"Nggak bakal garing. Pas banget deh pokoknya buat kawula muda," Genta mengacungkan jempolnya persis iklan.
Seperti biasa semuanya pun nurut sama Genta,
Setengah malam telah lewat.
"Ya udah, ini malam terakhir kita ketemuan bareng-bareng berlima," Genta membuka kalimat.
"Ya udah pulang yuk," Zafran menatap teman-temannya.
"Yuk...," sambut Genta, "Jadi tiga bulan lagi..."
"14 Agustus... baru kita berlima ketemuan lagi," dada Riani agak sesak, gejala yang akan membawa sinyal-sinyal mahasempurna ke pupil dan konjungtiva- nya untuk meneteskan sedikit cairan.
Zafran yang ngeliat Riani hampir nangis, dengan semangat mengeluarkan kalimat yang agak keras.
'Jangan pernah ada yang cengeng! Nanti kalo ada monster gimana? Minder dong kita, masa Tower Rangers' cengeng."
Zafran menyenggol bahu Riani lembut.
Semuanya tersenyum.
"Yang penting kan nggak berhubungan dan berkomunikasi sama kalian, nggak ada klausula saudara kandung kan di situ?"
mata nakal Zafran ngelirik Arial, 'Jadi gue masih bisa telpon dan SMS Dinda...hehehe...," Zafran ketawa renyah.
Sebuah teplakan Rambo pun hinggap di punggungnya.
"OK."
Genta sekali lagi menarik napas panjang. Tanpa sadar, mereka berlima pun berkumpul membentuk sebuah lingkaran kecil yang sangat dekat Genta ingat rasi-rasi bintang yang mereka buat di langit, tapi yang paling Genta ingat adalah rasi bintangnya Riani.
Riani bisa merasakan desah napas masing-masing teman terbaiknya di penciumannya, bau yang sangat khas dari keempat temannya yang akan sangat dia rindukan. Cuma sepilas bau saja, tetapi kenapa sekarang jadi begitu berarti? Riani akan sangat kangen sama mereka berempat, terutama satu orang dari-mereka di situ.
Zafran menyapu langit, membiarkan bintang-bintang sesak memenuhi penglihatannya dengan khayalan indah bersama.
Arial memejamkan matanya, enggak percaya kalo mereka sudah begitu dekatnya hingga harus jalanin ini semua.
Ian jadi inget waktu dulu kemah pramuka.
Genta melemparkan tangan kanannya ke tengah lingkaran itu, yang langsung disambut dengan cara yang sama oleh teman-temannya.
"Winter...?
"Spring...?
"Summer...?
"Or...?
"Fall...?
"All you have to do is call?
"You've... Got... A... Friend\" mereka berbarengan mengucap-kannya....
"Sampai ketemu 14 Agustus!"
Terlihat dari langit, udara malam yang hangat di lingkaran kecil itu perlahan bergerak ke atas menjauhi mereka, terus terbang tinggi ke langit dan berubah menjadi udara dingin yang berkeliaran bergerak lincah di antara semburat percik bintang-bintang.
Udara itu akhirnya terbang lemah sekapas jatuh, hinggap di suatu bintang paling terang, menjatuhkan segala kenangan tentang tawa, persahabatan, cinta, kerinduan, dan mimpi mereka yang telah mereka bawa ke langit tinggi mahasempurna. Bulan merekam hangat mereka. Semesta pun tersenyum dan bermimpi indah di malam itu, entah untuk yang keberapa kalinya.
Oh, my life is changing everyday
In every possible way
And oh, my dreams... it's never quiet as it seems never quiet as it seems.
I know I've felt like this before,
but now I'm feeling it even more
Because it came from you
And oh, my dreams
It's never quiet as it seems
Cos you're a dream to me
dream to me....
(Dreams, The Cranberries)


Bersambung Ke BAB 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates