Social Icons

Pages

(J.R.R. TOLKIEN) THE LORD OF THE RING 3: KEMBALINYA SANG RAJA BUKU 6 BAB 7/9 PULANG

<<< SEBELUMNYA

Akhirnya para hobbit pun menempuh perjalanan pulang. Mereka sudah tak sabar ingin melihat Shire lagi; tapi pada mulanya mereka melaju lambat, karena hati Frodo terasa tidak enak. Ketika mereka sampai di Ford Bruinen, Ia berhenti, dan kelihatannya enggan masuk ke arungan sungai; mereka memperhatikan bahwa selama beberapa saat ia seakan-akan tidak melihat mereka atau hal-hal lain di sekitarnya.

Sepanjang hari itu Ia diam saja. Hari itu tanggal enam Oktober.
"Apakah kau kesakitan, Frodo?" kata Gandalf lembut ketika ia melaju di sisi Frodo.
"Ya, memang," kata Frodo.
"Bahuku sakit. Lukanya terasa pedih, dan ingatan tentang kegelapan menekan hatiku. Hari ini persis satu tahun yang lalu."
"Sayang sekali! Memang ada luka-luka yang tidak akan pernah sembuh sepenuhnya," kata Gandalf.
"Aku khawatir seperti itulah lukaku," kata Frodo.
"Bagiku tak ada istilah kembali pulang ke rumah. Meski aku pulang ke Shire, rasanya tidak akan sama; karena aku sudah tidak sama lagi. Aku sudah terluka oleh pisau, sengatan, gigi, dan beban yang menekan lama sekali. Di mana aku bisa menemukan ketenangan?" Gandalf tidak menjawab.
Di akhir hari berikutnya, kepedihan dan ketidaknyamanan itu berlalu, dan Frodo sudah gembira lagi, begitu gembira seolah-olah ia tak ingat lagi kehitaman hari kemarin. Setelah itu perjalanan berlangsung lancar, dan hari-hari berlalu cepat; karena mereka berjalan santai, dan sering tinggal agak lama di hutan-hutan indah, di mana daun-daun berwarna merah dan kuning di bawah matahari musim gugur. Akhirnya mereka sampai ke Weathertop; ketika itu menjelang senja, dan bayangan bukit yang gela[ terbentang di jalan. Maka Frodo meminta mereka mempercepat jalannya, dan Ia tidak mau menatap bukit; ia melaju melintasi bayangannya dengan kepala tertunduk, jubahnya dirapatkan eraterat. Malam itu cuaca berubah dan angin bertiup dari Barat, membawa hujan, embusannya kencang dan dingin, sehingga dedaunan kuning berputar-putar seperti burung di udara. Ketika mereka sampai ke Chetwood, dahan-dahan sudah nyaris gundul, dan tirai hujan lebat menutupi pemandangan ke arah Bukit Bree.
Demikianlah di penghujung senja yang ganas dan basah di akhir bulan Oktober, kelima pengembara mendaki jalan yang menanjak dan sampai ke depan Gerbang Selatan Bree. Pintunya terkunci rapat; hujan menerpa wajah mereka, sementara di langit yang semakin gelap awan rendah terbang cepat; hati mereka agak murung, karena mereka mengharapkan penyambutan yang lebih meriah.
Setelah mereka berkali-kali memanggil, akhirnya Penjaga Gerbang datang, dan mereka melihat Ia membawa pentungan besar. Ia menatap mereka penuh ketakutan dan kecurigaan; tapi ketika melihat Gandalf berdiri di sana, didampingi para hobbit, meski dandanan mereka agak aneh, baru wajahnya agak cerah dan Ia menyambut mereka dengan ramah. .
"Mari masuk!" katanya, sambil membuka kunci gerbang.
"Kita tak akan bertukar berita di luar, dalam hawa dingin dan basah, di malam jahanam ini. Tapi Barley tua pasti akan menyambutmu di Kuda Menari, dan di sana kau akan mendengar semua berita yang perlu didengar."
"Di sana kau juga akan mendengar semua yang akan kami ceritakan, dan lebih dari itu," tawa Gandalf.
"Bagaimana kabar Harry?" Penjaga Gerbang mengerutkan dahi.
"Sudah pergi," katanya.
"Tapi sebaiknya kautanyakan pada Barliman. Selamat malam!"
"Selamat malam juga!" kata mereka, lalu masuk; kemudian mereka melihat bahwa di balik pagar tepi jalan sudah dibangun sebuah pondok panjang dan rendah; beberapa orang keluar dari sana dan memandang mereka dari atas pagar. Ketika sampai di rumah Bill Ferny, mereka melihat pagarnya sudah koyak-koyak tidak terpelihara, dan semua jendela ditutup papan-papan.
"Apa dia mati kena lemparan apelmu, Sam?" kata Pippin.
"Aku tidak terlalu berharap, Mr. Pippin," kata Sam.
"Tapi aku ingin tahu apa yang terjadi dengan kuda poni malang itu. Aku sering memikirkannya, apalagi kalau ingat serigala yang melolong ketika itu."
Akhirnya mereka tiba di Kuda Menari; dari luar, setidaknya tempat itu tidak kelihatan berubah; lampu-lampu menyala di balik tirai merah di jendela-jendela bawah. Mereka membunyikan bel, lalu Nob datang ke pintu, membukanya sedikit, dan mengintip keluar; ketika melihat mereka berdiri di bawah lampu, Ia berteriak kaget.
"Mr. Butterbur! Master!" teriaknya.
"Mereka datang lagi!"
"Oh, begitu? Akan kuhajar mereka," terdengar suara Butterbur, dan ia lari keluar dengan membawa pentungan. Tapi ketika melihat mereka, Ia berhenti mendadak, pandangan marah di wajahnya berubah menjadi pandangan terperanjat penuh kegembiraan.
"Nob, kau tolol lembek!" teriaknya.
"Apa kau tidak bisa menyebut nama teman-teman lama? Jangan bikin aku takut seperti itu, apalagi di masa seperti ini. Nah, nah! Dari mana kalian datang? Aku tak menduga akan melihat kalian lagi, apalagi mengingat kalian pergi ke Belantara bersama si Strider itu, dan sementara itu banyak Orang Hitam berkeliaran. Tapi aku senang sekali melihat kalian, apalagi Gandalf. Masuk! Masuk! Kamar yang sama seperti dulu? Kamar kamar itu kosong. Kebanyakan kamar di sini kosong akhir-akhir ini, itu tidak akan kurahasiakan terhadap kalian, kalian akan segera tahu itu. Akan kucoba membuatkan makan malam untuk kalian, sesegera mungkin; tapi aku kekurangan pelayan sekarang ini. Hai, Nob, kau kaki lamban! Beritahu Bob! Ah, aku lupa, Bob sudah pergi: sekarang dia selalu pulang ke rumah orangtuanya kalau malam. Nah, bawalah kuda-kuda para tamu ke kandang, Nob! Dan kau pasti akan menuntun sendiri kudamu ke kandang, Gandalf. Kuda bagus, menurutku. Nah, masuklah! Anggaplah ini rumah kalian sendiri!" Mr. Butterbur rupanya belum mengubah cara bicaranya, dan sikapnya masih seperti dulu, seolah-olah hidupnya penuh kesibukan. Padahal sebenarnya hampir tak ada orang di situ, dan keadaannya sepi sekali; dari Ruang Umum terdengar gumam suara dua-tiga orang. Dan ketika wajahnya diamati lebih teliti di bawah sinar lilin yang dinyalakan dan dibawanya untuk mereka, wajah pemilik penginapan itu tampak agak keriput dan letih karena banyak pikiran. la membawa mereka melewati selasar, ke ruang duduk yang pernah mereka gunakan di malam aneh lebih dari setahun lalu; mereka mengikutinya, agak gelisah, karena jelas terlihat bahwa Barliman tua berpura-pura tabah menghadapi suatu kesulitan. Keadaan tidak sama Seperti dulu. Tapi mereka tidak mengatakan apa pun, dan menunggu.
Seperti sudah diduga, Mr. Butterbur datang ke ruang duduk setelah makan malam, untuk memeriksa apakah semuanya sudah sesuai dengan keinginan mereka. Dan memang semuanya sudah memuaskan: setidaknya belum ada perubahan pada bir atau makanan di Kuda Kahan pergi ke Ruang Umum malam ini," kata Butterbur.
"Pasti kalian sudah lelah, lagi pula toh tidak banyak orang di sini malam ini. Tapi kalau kalian punya waktu setengah jam sebelum tidur, aku sangat ingin bicara dengan kalian, antara kita saja."
"Setuju," kata Gandalf.
"Kami tidak lelah. Selama ini kami berjalan santai. Kami tadi basah, kedinginan, dan lapar, tapi sekarang tidak lagi, berkat pelayananmu. Ayo, duduklah! Lebih bagus lagi kalau kau punya sedikit rumput pipa."
"Wah, andai kau meminta yang lain, aku akan lebih senang," kata Butterbur.
"Kami justru kekurangan rumput pipa. Persediaan kami hanya dari hasil tanam sendiri, dan itu tidak cukup. Akhir-akhir ini rumput itu tak bisa diperoleh di Shire. Tapi akan kuusahakan mengambil sedikit." Ketika kembali, Ia membawakan mereka rumput pipa cukup untuk persediaan sehari dua hari, seberkas daun yang belum dipotong.
"Jenis Southlinch," katanya, "dan ini yang terbaik yang kami punyai; tapi masih kalah dengan yang dari wilayah Selatan, seperti selalu kubilang, meski aku selalu menjagoi Bree dalam segala hal, maaf." Mereka menyuruh Butterbur duduk di kursi lebar dekat perapian, Gandalf duduk di sisi lain perapian, dan para hobbit di kursi-kursi rendah di antara mereka; lalu mereka bercakap-cakap selama setengah jam, dan bertukar berita sebanyak yang ingin diungkapkan atau didengar Mr.
Butterbur. Kebanyakan cerita mereka membuat si tuan rumah kagum dan bingung, sebab apa yang Ia dengar jauh melampaui akalnya; ceritacerita mereka membuat Ia berkomentar, "Masa?"
"Begitu" yang sering diulang-ulang, seakan-akan Ia tak percaya pada pendengarannya sendiri.
"Masa begitu, Mr. Baggins, atau seharusnya Mr. Underhill? Aku jadi bingung. Masa begitu, Master Gandalf! Wah, wah, wall! Siapa kira bisa begitu di masa sekarang ini" Tapi Ia sendiri punya banyak cerita. Keadaan sangat buruk, katanya bisnisnya merosot sekali, bahkan sangat buruk.
"Tidak ada lagi orang luar datang ke Bree," katanya.
"Penduduk di sini kebanyakan tinggal di rumah dan memalang pintu mereka. Itu semua gara-gara pendatangpendatang baru dan bajingan-bajingan yang mulai berdatangan dari Jalan Hijau tahun lalu, mungkin kau masih ingat; dan lebih banyak lagi yang datang kemudian. Beberapa hanya orang-orang malang yang melarikan diri dari kesulitan; tapi kebanyakan orang-orang jahat yang senang mencuri dan membuat onar. Dan di Bree ini banyak kejadian buruk, benar-benar buruk. Bahkan ada perkelahian, dan beberapa orang sampai terbunuh, terbunuh! Semoga kau percaya ceritaku."
"Aku percaya," kata Gandalf.
"Berapa banyak?"
"Tiga dan dua," kata Butterbur, maksudnya orang-orang besar dan orang-orang kecil.
"Ada Mat Heathertoes malang, dan Rowlie AppledOrc, dan Tom Pickthorn kecil dari seberang Bukit; lalu Willie Banks dari atas sana, dan salah satu dari keluarga Underhill dari Stadle; semuanya orang-orang baik, dan kami sangat kehilangan mereka. Lalu Harry Goatleaf yang biasa menjaga gerbang Barat, dan Bill Ferny, mereka berpihak pada orang-orang asing itu, dan sudah pergi bersama mereka; aku yakin merekalah yang membiarkan orang-orang asing itu masuk.
Maksudku, di malam perkelahian itu. Dan itu terjadi setelah kita mengusir mereka: sebelum akhir tahun; perkelahiannya terjadi awal Tahun Baru, setelah salju deras yang turun di sini."
"Sekarang mereka sudah jadi perampok dan tinggal di luar, bersembunyi di hutan-hutan seberang Archet, dan di belantara utara. Menurutku, ini agak seperti masa lampau yang penuh kejahatan, seperti dikisahkan dalam cerita-cerita. Sudah tidak aman lagi di jalan, tidak ada yang berani pergi jauh jauh, dan orang-orang lebih awal mengunci pintu. Kami harus menempatkan penjaga di sekitar -pagar dan banyak sekali orang di gerbang setiap malam."
"Tapi tidak ada yang mengganggu kami," kata Pippin, "dan kami berjalan lambat, tanpa berjaga-jaga. Kami kira semua kesulitan sudah berlalu."
"Ah, ternyata belum, Master, dan ini lebih menyedihkan," kata Butterbur.
"Tapi tidak heran mereka tidak mengganggu kalian. Mereka tidak berani,menyerang orang-orang bersenjata, yang membawa pedang, memakai helm dan perisai, dan sebagainya. Mereka akan berpikir dua kali sebelum melakukan itu. Aku sendiri agak tercengang melihat kalian tadi."
Tiba-tiba para hobbit menyadari bahwa orang-orang memandang mereka penuh keheranan bukan karena tercengang melihat mereka kembali, tapi mungkin karena kagum melihat pakaian dan perlengkapan mereka. Mereka sendiri sudah begitu terbiasa dengan peperangan dan menunggang kuda dalam barisan teratur, sampai lupa bahwa pakaian logam mengilap yang mengintip dari balik jubah mereka, helm Gondor dan Mark, serta hiasan-hiasan indah pada perisai mereka, tampak sangat asing di negeri mereka sendiri. Gandalf pun sekarang menunggang kudanya yang tinggi kelabu, berpakaian serba putih dengan jubah perak dan biru di atas semuanya, serta pedang panjang Glamdring di sisinya.
Gandalf tertawa.
"Wah, wah," katanya, "kalau mereka sudah takut pada kami yang hanya berlima, maka kami sudah pernah bertemu mereka tidak akan mengganggu selama kami berada di sini."
"Berapa lamakah itu?" kata Butterbur.
"Kuakui kami akan senang bila kalian tetap di sini untuk sementara. Soalnya kami tidak terbiasa dengan kesulitan macam ini; dan semua Penjaga Hutan sudah pergi kata orang-orang. Baru sekarang kami memahami apa yang sudah mereka lakukan bagi kami selama ini. Bukan cuma perampok yang berkeliaran. Serigala-serigala melolong di sekitar pagar, pada musim dingin yang lalu. Juga ada sosok-sosok gelap di hutan, makhluk-makhluk mengerikan yang membuat kami merinding kalau memikirkannya.
Sangat meresahkan, kalau kau paham maksudku."
"Sudah kuduga," kata Gandalf.
"Hampir semua negeri terganggu akhir-akhir ini, sangat terganggu. Tapi gembiralah, Barliman! Kau sudah menginjak tepi kesulitan besar, dan aku gembira mendengar kau tidak terlibat terlalu jauh. Masa yang lebih baik akan segera datang.
Mungkin bahkan lebih baik daripada yang bisa kauingat. Para Penjaga Hutan sudah kembali. Kami kembali bersama mereka. Dan sudah ada raja lagi, Barliman. Tak lama lagi dia akan memikirkan wilayah ini."
"Maka Jalan Hijau akan dibuka lagi, utusan-utusannya akan datang ke utara, dan akan ada lalu lintas ramai, sehingga hal-hal buruk dan jahat akan didesak keluar dari daratan-daratan kosong. Bahkan daratan kosong tidak akan kosong lagi, akan ada manusia dan ladang-ladang di tempat yang dulunya belantara." Mr. Butterbur menggelengkan kepala.
"Kalau ada beberapa orang sopan dan terhormat di jalan, itu tidak mengganggu," katanya.
"Tapi kami tidak menginginkan lebih banyak pengacau dan bajingan. Kami tak ingin ada orang asing di Bree, juga tidak di dekat Bree. Kami tak ingin diganggu. Aku tak ingin ada rombongan-rombongan orang asing berkemah di sini, lalu tetap bermukim di sini, dan mengoyak ngoyak belantara."
"Kau tidak akan diganggu, Barliman," kata Gandalf.
"Cukup banyak ruang bagi wilayah-wilayah antara Isen dan Greyflood, atau sepanjang daratan pantai di selatan Brandywine, tanpa ada yang bermukim dalam jarak beberapa hari perjalanan dari Bree. Banyak orang yang dulu tinggal di utara sana, sekitar seratus mil atau lebih dari sini, di ujung terjauh Jalan Hijau: di North Downs atau dekat Telaga Evendim."
"Di dekat Tanggul Orang Mati?" kata Butterbur, kelihatan semakin bimbang.
"Itu kan negeri penuh hantu, menurut kata orang-orang. Tidak ada yang mau datang ke sana, kecuali perampok."
"Para Penjaga Hutan pergi ke sana," kata Gandalf.
"Tanggul Orang Mati, katamu. Memang sudah bertahun-tahun disebut begitu; tapi nama sebenarnya, Barliman, adalah Fornost Erain, Norbury para Raja. Dan Raja akan segera ke sana suatu hari nanti; lalu akan banyak orang terhormat berdatangan."
"Wah, kedengarannya bagus sekali," kata Butterbur.
"Pasti bagus pengaruhnya untuk bisnis. Selama dia tidak mengganggu Bree."
"Dia tidak akan mengganggu Bree," kata Gandalf.
"Dia kenal dan mencintainya."
"Masa?" kata Butterbur, kelihatan bingung.
"Tapi aku yakin itu tidak mungkin. Dia kan duduk di takhtanya, di kastilnya yang besar, ratusan mil jauhnya dari sini. Dan aku tidak akan heran kalau dia minum anggur dari cangkir emas. Apa artinya Kuda Menari baginya, atau mugmug penuh bir? Bukannya birku kurang bagus, Gandalf. Sejak kau datang musim gugur tahun lalu dan memberkatinya, bir di sini sangat lezat. Itu cukup menghibur di tengah kesulitan, boleh kukatakan begitu."
"Ah!" kata Sam.
"Tapi Raja bilang birmu selalu enak."
"Dia bilang begitu?"
"Tentu saja. Sebab raja itu adalah Strider. Pemimpin para Penjaga Hutan. Apa kau belum mengerti juga?" Akhirnya Butterbur mengerti, dan Ia benar-benar tercengang. Matanya melotot bundar di wajahnya yang lebar, mulutnya ternganga, dan ia menarik napas kaget.
"Strider!" serunya, setelah keterkejutannya reda.
"Dia … memakai mahkota dan sebagainya, dan cangkir emas! Nah, apa lagi yang akan terjadi?"
"Masa mendatang yang lebih bagus, setidaknya bagi Bree," kata Gandalf.
"Aku sangat mengharapkan itu terjadi," kata Butterbur.
"Ya, ini percakapan paling menyenangkan selama satu bulan penuh hari Senin.
Malam ini aku akan tidur lebih nyaman, dengan hati lebih ringan. Kalian telah memberikan banyak bahan untuk kupikirkan, tapi akan kutunda sampai besok. Aku ingin tidur sekarang, dan aku yakin kalian juga sudah ingin tidur. Hai, Nob!" teriaknya, sambil menuju pintu.
"Nob, kau kaki lamban!"
"Nob!" kata Butterbur pada dirinya sendiri, sambil memukul dahinya.
"Nah, aku jadi ingat apa, ya?"
"Kuharap bukan surat lain lagi yang kaulupakan, Mr. Butterbur?" kata Merry.
"Wah, Mr. Brandybuck, jangan ingatkan aku tentang itu lagi! Wah, aku jadi lupa sekarang. Jadi, di mana aku tadi? Nob, kandang, ah! Itu dia.
Ada sesuatu di sini yang sebenarnya milikmu. Kalau kau ingat Bill Ferny dan pencurian kuda: kuda poninya yang kau beli dulu, dia ada di sini. Kembali sendirian, ya, dia kembali sendirian. Tapi ke mana dia pergi waktu itu, pasti kalian lebih tahu daripada aku. Sudah kusut seperti anjing tua dan kurus bagai tali jemuran, tapi hidup. Nob yang merawatnya."
"Apa? Bill kudaku?" teriak Sam.
"Nah, aku memang selalu beruntung, apa pun kata ayahku. Satu lagi harapan menjadi kenyataan! Di mana dia?" Sam tidak mau masuk tempat tidur sebelum melihat Bill di kandangnya.
Para pengembara itu tetap di Bree sepanjang hari berikutnya, dan Mr. Butterbur tak bisa mengeluh tentang bisnisnya pada malam berikutnya.
Rasa ingin tahu mengalahkan rasa takut, dan rumahnya penuh sesak. Demi kesopanan, para hobbit menyempatkan diri mengunjungi Ruang Umum di senja hari dan menjawab banyak pertanyaan: Karena ingatan penduduk Bree sangat kuat, sering sekali Frodo ditanyai apakah Ia sudah jadi menulis bukunya.
"Belum," jawabnya.
"Sekarang aku akan pulang untuk membereskan catatan-catatanku." Ia berjanji akan menulis tentang kejadian-kejadian mengherankan di Bree, sehingga menambah daya tarik buku yang tampaknya akan lebih banyak mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak begitu penting dan terjadi jauh di "selatan sana".
Lalu salah satu dari kaum muda meminta dinyanyikan lagu. Mendengar itu, semua terdiam; pemuda itu menerima tatapan marah dari orangorang lain, dan permintaan itu tidak diulang lagi. Jelas sekali orang-orang tak ingin terjadi peristiwa gaib lagi di Ruang Umum.
Kedamaian Bree tidak terusik kesulitan di pagi hari, maupun bunyi-bunyi di malam hari, selama para pengembara masih berada di sana; pagi berikutnya mereka bangun pagi-pagi sekali; berhubung cuaca masih berhujan, mereka ingin tiba di Shire sebelum malam, dan perjalanan masih jauh. Penduduk Bree sangat bergairah menyaksikan keberangkatan mereka; orang-orang yang belum melihat pendatang-pendatang itu dalam atribut mereka selengkapnya, melongo kagum: Gandalf dengan jenggot putihnya, dan cahaya yang seakan-akan terpancar dari sosoknya, seolah-olah jubah birunya hanya seperti awan yang menutupi sinar matahari; keempat hobbit yang tampak seperti penunggang kuda dalam tugas, keluar dari dongeng-dongeng lama yang hampir dilupakan. Bahkan mereka yang menertawakan cerita tentang Raja mulai berpikir bahwa mungkin semua itu ada benarnya.
"Nah, selamat jalan, dan selamat sampai di rumah!" kata Butterbur.
"Aku ingin memperingatkan kalian bahwa keadaan di Shire juga tidak baik, kalau apa yang kami dengar memang benar. Peristiwa-peristiwa aneh sedang terjadi di sana, kata orang-orang. Tapi berbagai hal saling tumpang-tindih, dan aku begitu sibuk memikirkan kesulitankesulitanku sendiri. Tapi kalau aku boleh agak lancang, kelihatannya kalian sudah berubah sejak kembali dari lawatan kalian, dan kalian tampaknya sanggup menangani masalah-masalah berat. Aku yakin kalian akan segera membereskan semuanya. Semoga kalian beruntung! Dan semakin sering kalian datang kembali, aku akan semakin senang."
Mereka pamit ke Butterbur, lalu pergi melewati Gerbang Barat, terus menuju Shire. Bill si kuda poni ikut bersama mereka, dan seperti dulu Ia membawa banyak barang, tapi Ia berjalan di samping Sam dan tampaknya merasa senang.
"Aku ingin tahu apa yang dimaksud Barliman tua," kata Frodo.
"Aku bisa menduga sebagian," kata Sam murung.
"Apa yang kulihat dalam Cermin: semua pohon ditebang, dan ayahku diusir dari Row.
Seharusnya aku kembali lebih cepat."
"Dan rupanya ada masalah juga dengan Wilayah Selatan," kata Merry.
"Ada kekurangan rumput tembakau menyeluruh."
"Apa pun itu," kata Pippin, "Lotho pasti biang keladinya: pasti."
"Mungkin dia biang keladinya, tapi bukan yang utama," kata Gandalf.
"Kau lupa Saruman. Dia sudah tertarik pada Shire sebelum Mordor tertarik ke sana."
"Well, kau kan bersama kami," kata Merry, "jadi masalahnya akan segera beres."
"Sekarang aku bersama kalian," kata Gandalf, "tapi sebentar lagi tidak. Aku tidak akan ikut ke Shire. Kalian harus menyelesaikan masalahmasalah kalian sendiri; untuk itulah kalian dilatih. Apa kalian belum mengerti? Waktuku sudah berlalu: sudah bukan tugasku memperbaiki keadaan, maupun membantu orang-orang melakukannya. Dan kalian, sahabat-sahabatku yang baik, kalian tidak butuh bantuan. Kalian sudah dewasa sekarang. Bahkan sudah hebat; kalian termasuk orang-orang paling hebat, dan aku sudah tidak cemas tentang kalian."
"Kalau kalian ingin tahu, aku akan segera belok. Aku ingin mengobrol panjang dengan Bombadil: percakapan yang sudah sekian lama tidak kulakukan. Dia setia pada rumahnya, sedangkan aku batu yang terus bergulir. Tapi kini saat-saatku bergulir sudah mendekati akhir, dan sekarang banyak kesempatan untuk mengobrol bersama."
Tak lama kemudian, mereka sampai ke tempat di Jalan Timur, di mana mereka berpisah dengan Bombadil; mereka setengah berharap akan melihatnya berdiri di sana, untuk menyalami mereka saat mereka lewat. Tapi tak ada tanda-tanda apa pun darinya; ada kabut kelabu di atas Barrow-downs di sebelah selatan, dan selubung kabut tebal di atas Old Forest jauh di sana.
Mereka berhenti, dan Frodo memandang ke selatan dengan sedih.
"Aku ingin sekali bertemu lagi dengannya," katanya.
"Aku ingin tahu keadaannya."
"Pasti sangat baik, seperti biasanya," kata Gandalf.
"Tanpa kesulitan; dan menurut dugaanku, pasti tidak terlalu tertarik pada apa pun yang sudah kita lakukan atau lihat, kecuali mungkin kunjungan kita kepada kaum Ent. Mungkin suatu saat nanti kau bisa bertemu dengannya. Tapi kalau aku jadi kau, aku akan secepatnya pulang sekarang; kalau tidak, kau tidak akan sampai ke Jembatan Brandywine sebelum gerbangnya dikunci."
"Tapi di sana tidak ada gerbang," kata Merry, "tidak ada gerbang di Jalan; kau kan tahu itu. Tentu saja ada Gerbang Buckland; tapi mereka akan membiarkan aku lewat kapan saja."
"Dulu memang tidak ada gerbang," kata Gandalf.
"Kurasa sekarang kau akan menemukan beberapa. Mungkin kau bahkan akan menjumpai kesulitan di Gerbang Buckland, lebih dari yang kauduga. Tapi kalian akan bisa mengatasinya. Selamat jalan, kawan-kawan tersayang! Bukan untuk terakhir kalinya, belum. Selamat jalan!" Gandalf memutar Shadowfax keluai dari Jalan, dan kuda besar itu melompati tanggul hijau yang menjulur di sisi jalan bagian ini; lalu dengan satu teriakan dari Gandalf Ia melesat pergi, berpacu ke Barrow-downs bagai angin Utara.
"Nah, sekarang tinggal kita berempat, yang berangkat bersama sejak awal," kata Merry.
"Yang lain sudah memisahkan diri, satu demi satu.
Rasanya seperti mimpi yang perlahan-lahan memudar."
"Bagiku tidak," kata Frodo.
"Bagiku rasanya seperti mulai tertidur lagi."
BERSAMBUNG KE BAB 8/9 >>> 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates