Social Icons

Pages

(J.R.R. TOLKIEN) THE LORD OF THE RING 3: KEMBALINYA SANG RAJA BUKU 6 BAB 9/9 GREY HAVENS

<<< SEBELUMNYA


Pembersihan itu memang makan waktu cukup lama, tapi tidak selama yang dikhawatirkan Sam. Sehari setelah pertempuran, Frodo naik kuda ke Michel Delving dan membebaskan para tawanan dari Lubang Penjara. Salah satu yang pertama mereka temukan adalah Fredegar Bolger malang, yang sudah bukan Fatty (Gendut) lagi. Ia ditangkap saat para bajingan membubarkan sekelompok pemberontak yang dipimpinnya keluar dari tempat persembunyian di Brockenbores di perbukitan Scary.

"Nasibmu akan lebih baik kalau kau ikut kami, Fredegar malang!" kata Pippin ketika mereka menggotongnya keluar, karena ia terlalu lemah untuk berjalan.
Fredegar membuka matanya dan dengan gagah mencoba tersenyum.
"Siapa raksasa muda bersuara keras ini?" bisiknya.
"Masa ini Pippin kecil? Berapa sekarang ukuran topimu?" Lalu ada Lobelia. Kasihan sekali, ia kelihatan sangat tua dan kurus ketika mereka menyelamatkannya dari sebuah sel sempit dan gelap. la bersikeras berjalan sendiri, meski terhuyung-huyung; dan ia disambut luar biasa meriah; begitu banyak tepuk tangan dan sorak sorai ketika ia muncul, bertopang pada lengan Frodo sambil mencengkeram payungnya; ia terharu sekali, dan pergi sambil bercucuran air mata. Belum pernah seumur hidupnya ia begitu disukai. Tapi hatinya hancur luluh mendengar berita pembunuhan Lotho, dan ia tidak mau pulang ke Bag End. Ia mengembalikan Bag End pada Frodo, dan pergi ke keluarganya sendiri, kaum Bracegirdle di Hardbottle.
Ketika makhluk malang itu meninggal pada Musim Semi berikutnya bagaimanapun usianya sudah lebih dari seratus tahun Frodo kaget dan terharu; Lobelia mewariskan semua yang tersisa dari uangnya dan uang Lotho pada Frodo untuk digunakan membantu para hobbit yang kehilangan saat gangguan para bajingan berlangsung. Maka perseteruan keluarga itu berakhir sudah.
Will Whitfoot tua sudah berada di Lubang Penjara lebih lama daripada siapa pun, dan meski mungkin perlakuan terhadap dirinya tidak begitu kasar dibandingkan beberapa yang lainnya, ia perlu makan banyak sebelum pantas menjadi wali kota lagi; maka Frodo bertindak sebagai wakilnya, sampai Mr. Whitfoot pulih kembali. Satu-satunya yang ia lakukan sebagai Wakil Wali Kota adalah menyusutkan jumlah dan tugas para Shirriff ke proporsi yang seharusnya. Tugas untuk memburu sisa-sisa terakhir para bajingan diserahkan pada Merry dan Pippin, dan tugas itu segera diselesaikan. Gerombolan bajingan selatan, setelah mendengar berita tentang Pertempuran di Baywater, lari keluar dari negeri itu dan hanya sedikit melawan si Thain. Sebelum Akhir Tahun, beberapa bajingan yang masih bertahan ditangkap di hutan, dan mereka yang menyerah dibawa ke perbatasan.
Sementara itu pekerjaan perbaikan berjalan cepat, dan Sam sibuk sekali. Hobbit-hobbit bisa bekerja seperti kumbang bila suasana hati dan kebutuhan menghadang. Ada ribuan tangan dari segala umur yang bersedia membantu, mulai dari tangan-tangan pemuda-pemudi yang kecil tapi terampil, sampai ke tangan-tangan pria dan wanita tua yang sudah letih dan kasar. Sebelum Natal, tak ada lagi bata tersisa dari bangunan rumah Shirriff baru atau apa pun yang dibangun "Orang-orang Sharkey"; bata-bata itu digunakan untuk memperbaiki banyak lubang lama, untuk membuatnya lebih nyaman dan kering. Persediaan barang dan bahan makanan serta bir yang selama itu disembunyikan para bajingan di bangsal-bangsal, gudang-gudang, dan lubang-lubang kosong, terutama di terowongan-terowongan di Michel Delving dan tambangtambang lama di Scary, berhasil ditemukan, sehingga Natal itu lebih meriah daripada yang diharapkan para hobbit.
Salah satu hal pertama yang dilakukan di Hobbiton, sebelum penggusuran penggilingan baru, adalah pembersihan Bukit dan Bag End, dan perbaikan Bagshot Row. Bagian depan sumur pasir diratakan dan dibuat menjadi kebun luas yang banyak naungannya, lubang-lubang baru digali di sisi selatan, masuk ke dalam Bukit, dan dilapisi bata. Ayah Sam dikembalikan ke Nomor Tiga; ia sering berkata begini, tak peduli siapa yang mendengar, "Ini , memang angin buruk yang tidak membawa keberuntungan bagi siapa pun. Tapi semuanya sudah berakhir dengan baik!" Ada sedikit diskusi tentang nama yang akan diberikan ke jajaran rumah baru itu. Medan Tempur diusulkan, atau Smials Bagus. Tapi setelah beberapa lama, dengan gaya khas hobbit yang bersahaja, tempat itu disebut Deretan Baru. Sebagai kelakar Baywater, tempat itu sering dijuluki Sharkey’s End.
Kehilangan dan kerusakan paling parah terjadi pada pepohonan, sebab atas perintah Sharkey mereka ditebang dengan sembrono di manamana di seluruh Shire; Sam sangat sedih tentang hal itu. Pertama-tama, kerusakan itu akan lama sekali penyembuhannya, dan mungkin hanya buyut-buyutnya yang bisa melihat alam Shire seperti seharusnya, begitu pikirnya.
Tiba-tiba suatu hari, karena selama berminggu-minggu ia terlalu sibuk dan tak sempat memikirkan petualangannya, ia ingat pemberian Galadriel ia mengeluarkan kotak itu dan menunjukkannya kepada Para Pengembara yang lain (sekarang mereka dipanggil seperti itu oleh semua orang), dan meminta saran mereka.
"Sudah kutanya-tanya dalam hati, kapan kau akan ingat ini," kata Frodo.
"Bukalah!" Di dalam kotak itu ada debu kelabu, lembut dan halus, dan di tengahnya ada sebutir benih, seperti kacang kecil dengan serpihan perak.
"Apa yang bisa kulakukan dengan ini?" kata Sam.
"Lempar ke udara di saat angin berembus, dan biarkan dia bekerja!" kata Pippin.
"Di mana?" kata Sam.
"Pilih saja satu tempat untuk kebun bibit, dan lihat apa yang terjadi dengan tanaman itu di sana," kata Merry.
"Tapi aku yakin sang Lady tak ingin aku memanfaatkannya untuk kebunku sendiri, setelah begitu banyak orang menderita," kata Sam.
"Pakailah semua akal dan pengetahuan yang kaumiliki, Sam," kata Frodo, "lalu gunakan pemberian itu untuk mendukung pekerjaanmu dan membuatnya lebih baik. Dan gunakan dengan hemat. Tidak banyak isinya, dan kuduga setiap butir ada nilainya." Maka Sam menanam anak pohon di semua tempat yang pohon-pohon indahnya sudah dihancurkan, dan ia meletakkan sebutir debu berharga itu di tanah, dekat akar masing-masing. Ia mondar-mandir di Shire untuk melakukan tugas itu; tak ada yang menyalahkan bahwa ia lebih memberi perhatian khusus pada Hobbiton dan Baywater. Setelah selesai, ia mendapati masih ada sedikit debu tersisa; maka ia pergi ke Batu Wilayah Tiga, yang berada paling dekat pusat Shire, dan melemparkannya ke udara bersama doa berkatnya. Biji perak kecil ditanamnya di Padang Pesta, di mana pernah berdiri pohon yang disayanginya; dan ia bertanya dalam hati, apa yang akan terjadi. Selama musim dingin ia bersabar sebisa mungkin, dan mencoba menahan diri untuk tidak terus-menerus berkeliling untuk melihat apakah ada yang terjadi.
Musim semi jauh melebihi harapannya yang paling tinggi sekalipun. pohon-pohon itu mulai bertunas dan tumbuh, seakan-akan waktu berpacu dan ingin membuat satu tahun sama dengan dua puluh tahun. Di Padang Pesta tumbuh sebatang pohon indah: kulit kayunya keperakan, daun-daunnya panjang, dan bunga-bunga emas mekar di bulan April. Memang itu pohon mallorn, dan menjadi suatu keajaiban di wilayah itu. Di tahun-tahun berikutnya, ketika pohon itu tumbuh semakin anggun dan indah, ia jadi terkenal sampai ke seluruh pelosok, dan orang-orang berdatangan dari jauh untuk menyaksikannya; satu satunya mallorn di sebelah barat Pegunungan dan sebelah timur Samudra, dan salah satu yang terindah di dunia.
Secara keseluruhan, tahun 1420 merupakan tahun menakjubkan di Shire. Bukan hanya cahaya matahari indah dan hujan nikmat pada saatsaat yang tepat dan dalam ukuran yang tepat pula, tapi rasanya ada sesuatu yang lebih: suasana kelimpahan dan pertumbuhan, kilau keindahan yang melampaui musim panas dunia fana yang hanya sekejap dan berlalu cepat di Dunia Tengah ini. Semua anak yang dilahirkan atau dikandung dalam tahun itu dan jumlahnya banyak sekali cantik-cantik dan elok serta kuat, dan kebanyakan di antara mereka berambut emas lebat, yang sebelumnya sangat jarang dimiliki para hobbit. Buah-buahan berlimpah, sampai anak-anak hobbit nyaris bermandikan arbei dan krim; mereka duduk di halaman, di bawah pohon plum, dan makan sampai tersusun tumpukan batu seperti piramida-piramida kecil atau tumpukan tengkorak seorang penakluk, lalu mereka pergi. Dan tak ada yang sakit, semuanya senang, kecuali mereka yang harus memangkas rumput.
Di Wilayah Selatan tanaman anggur berbuah lebat, dan hasil panen "daun" sangat mencengangkan; di mana-mana begitu banyak gandum, sehingga saat Panen setiap lumbung penuh. Tanaman barley di wilayah Utara begitu bagus, sampai bir yang dibuat dari malt tahun 1420 dikenang terus untuk waktu lama, dan bahkan menjadi pemeo. Bahkan satu generasi kemudian, kadang-kadang terdengar seorang pria tua berkata, setelah menenggak bir di mug-nya sambil mendesah puas, "Ah! Itu bir empat belas dua puluh yang asli, memang!"
Mula-mula Sam tinggal di rumah keluarga Cotton bersama Frodo; tapi ketika Deretan Baru selesai dibangun, ia pindah tinggal bersama si Tua. Di samping semua pekerjaannya yang lain, ia juga sibuk mengatur pembersihan dan perbaikan Bag End; tapi ia sering pergi ke seluruh penjuru Shire untuk pekerjaan penanaman pohon. Jadi, ia tidak berada di rumah pada awal Maret, sehingga tidak tahu bahwa Frodo pernah sakit. Tanggal tiga belas bulan itu Petani Cotton mendapati Frodo berbaring di tempat tidurnya; ia menggenggam perhiasan putih yang menggantung pada rantai di lehernya, dan tampak setengah bermimpi.
"Sudah hilang selamanya," kata Frodo, "sekarang semuanya gelap dan kosong." Tapi serangan itu berlalu, dan ketika Sam kembali pada tanggal dua puluh lima, Frodo sudah pulih dan tidak menceritakan tentang sakitnya.
Sementara itu Bag End sudah dibereskan, Merry dan Pippin datang dari Crickhollow dengan membawa kembali semua perabot dan perlengkapan lama, sehingga lubang lama itu kelihatan sangat mirip dengan keadaannya dulu.
Ketika semuanya silap, Frodo berkata, "Kapan kau akan pindah dan bergabung denganku, Sam?" Sam kelihatan agak canggung.
"Kau tidak perlu masuk sekarang, kalau kau tidak mau," kata Frodo.
"Tapi kau tahu ayahmu tinggal di dekat sini, dan dia akan dirawat dengan baik oleh Janda Rumble."
"Bukan begitu, Mr. Frodo," kata Sam, wajahnya merah sekali.
"Nah, ada apa?"
"Rosie, Rose Cotton," kata Sam.
"Rupanya dia tidak senang sama sekali bahwa aku pergi ke luar negeri; tapi karena aku belum bicara, dia tak bisa mengungkapkannya. Dan aku tidak bicara, karena aku harus melakukan tugasku dulu. Tapi sekarang aku sudah bicara, dan dia bilang: 'Nah, kau sudah membuang sia-sia satu tahun, jadi mengapa menunggu lebih lama lagi?' 'Sia-sia?' kataku. 'Menurutku tidak begitu.' Tapi aku mengerti apa maksudnya. Aku merasa terbagi, bisa dikatakan begitu."
"Aku mengerti," kata Frodo, "kau ingin menikah, tapi juga ingin tinggal bersamaku di Bag End? Sam tersayang, itu bukan masalah!
Menikahlah sesegera mungkin, lalu pindah ke sini bersama Rosie. Cukup banyak ruangan di Bag End untuk keluarga sebesar apa pun yang kauinginkan."
Begitulah semuanya disepakati. Sam Gamgee menikahi Rose Cotton pada Musim Semi 1420 (yang juga terkenal dengan banyaknya pernikahan), lalu mereka datang dan menetap di Bag End. sementara Sam menganggap dirinya sangat beruntung, Frodo tahu bahwa dirinyalah yang lebih beruntung daripada siapa pun; sebab selain dia, tak ada hobbit di Shire yang dirawat dengan begitu penuh kasih sayang dan perhatian. Ketika rencana kerja keras untuk perbaikan sudah dibuat dan mulai dilaksanakan, Frodo mulai hidup tenang, banyak menulis, dan memeriksa semua catatannya. Ia mengundurkan diri dari tugas sebagai Wakil Wali Kota pada saat Pekan Raya Bebas di tengah musim panas, dan Will Whitfoot mengenyam tujuh tahun lagi memimpin Perjamuan-Perjamuan.
Merry dan Pippin tinggal bersama di Crickhollow untuk beberapa saat, dan sering mondar-mandir antara Buckland dan Bag End. Kedua Pengembara muda itu membangkitkan kekaguman di Shire dengan lagu-lagu dan cerita-cerita, dandanan mereka yang penuh gaya, serta pesta-pesta mereka yang menyenangkan. Orang-orang menyebut mereka hobbit "bangsawan", dalam arti bagus; sebab semuanya sangat senang melihat mereka melaju naik kuda dengan pakaian rompi logam mengilap dan perisai indah, sambil tertawa dan menyanyikan lagulagu dari negeri jauh; meski sekarang mereka bertubuh besar dan menakjubkan, dalam hal lain mereka tidak berubah, kecuali mereka memang berbicara lebih sopan, bersikap lebih ramah dan gembira daripada sebelumnya.
Namun Frodo dan Sam kembali mengenakan pakaian biasa, dan hanya bila diperlukan mereka mengenakan jubah panjang kelabu dari tenunan halus yang dijepit di leher dengan sebuah bros indah; Frodo selalu memakai permata putih pada rantai yang dikalungkan di lehernya, dan sering ia pegang-pegang.
Semua berjalan baik sekarang, dan selalu penuh harapan bahwa akan semakin balk; Sam cukup sibuk dan gembira, layaknya hobbit. Tak ada yang merusak tahun itu bagi Sam, kecuali sedikit kecemasan tentang majikannya. Frodo dengan tenang mengundurkan diri dari semua kegiatan di Shire, dan Sam sedih menyaksikan betapa sedikit penghormatan yang diterima Frodo di negerinya sendiri. Hanya sedikit orang yang tahu atau mau tahu tentang jasa-jasa dan petualangannya; kekaguman dan penghormatan mereka kebanyakan diberikan pada Mr.
Meriadoc dan Mr. Peregrin, dan (andai Sam tahu) pada dirinya sendiri. Dan pada musim gugur muncul bayangan masalah lama.
Suatu sore Sam masuk ke ruang kerja dan mendapati majikannya tampak aneh. Frodo pucat sekali, dan matanya seolah melihat hal-hal yang sangat jauh.
"Ada apa, Mr. Frodo?" kata Sam.
"Aku terluka," jawab Frodo, "terluka; tidak akan pernah pulih sepenuhnya." Tapi kemudian Frodo bangkit berdiri, rupanya perubahan itu berlalu, dan keesokan harinya ia sudah seperti biasa kembali. Baru belakangan Sam menyadari bahwa saat itu tanggal 6 Oktober. Dua tahun lalu di hari itu, keadaan sangat gelap di Weathertop.
Waktu terus berlalu, dan tahun 1421 datang. Frodo sakit lagi di bulan Maret, tapi dengan upaya keras ia menyembunyikannya, karena Sam sibuk memikirkan hal-hal lain. Anak pertama Sam dan Rosie lahir tanggal dua puluh lima Maret, dan tanggal ini dicatat oleh Frodo.
"Nah, Mr. Frodo," katanya.
"Aku punya masalah. Rose dan aku sudah sepakat menamainya Frodo, atas izinmu; tapi ternyata bukan laki-laki, tapi perempuan. Tapi dia sangat cantik, lebih mirip Rose daripada aku, syukurlah. Maka kami tidak tahu harus berbuat apa."
"Nah, Sam," kata Frodo, "apa salahnya mengikuti adat kebiasaan lama? Pilihlah nama bunga seperti Rose. Kebanyakan anak gadis di Shire mempunyai nama semacam itu; apa lagi yang lebih bagus?"
"Kukira kau benar, Mr. Frodo," kata Sam.
"Aku sudah mendengar banyak nama bagus dalam pengembaraan kita, tapi kupikir nama-nama itu terlalu hebat untuk nama sehari-hari. Ayahku bilang, 'Buat nama yang pendek, supaya tidak perlu memenggalnya sebelum kau bisa menggunakannya.' Tapi kalau memakai nama bunga, aku tidak peduli kalau namanya panjang: harus nama bunga yang bagus, karena bayiku sangat cantik, dan akan tumbuh semakin cantik." Frodo berpikir sejenak, "Nah, Sam, bagaimana kalau elanor, bintang matahari? Kau ingat bunga kecil emas di tengah rumput Lothlorien?"
"Sekali lagi kau benar, Mr. Frodo!" kata Sam gembira.
"Itu yang kuinginkan."
Elanor kecil sudah hampir enam bulan usianya, dan tahun 1421 sudah masuk ke musim gugur ketika Frodo memanggil Sam ke ruang kerjanya.
"Hari Kamis ini ulang tahun Bilbo, Sam," katanya.
"Dan dia akan melebihi usia Took Tua. Dia akan berusia seratus tiga puluh satu!"
"Ya, memang!" kata Sam.
"Menakjubkan sekali dia!"
"Nah, Sam," kata Frodo, "aku ingin kau bicara dengan Rose dan menanyakan apakah dia bisa meminjamkanmu sebentar, agar kau dan aku bisa pergi bersama-sama. Tentu saja kau sekarang tidak bisa pergi jauh atau untuk waktu lama," kata Frodo sedih.
"Ya, memang tidak mudah, Mr. Frodo."
"Tentu tidak. Tapi biarlah. Kau bisa menemani keberangkatanku. Katakan pada Rose bahwa kau tidak akan pergi lama, hanya dua minggu; dan kau akan kembali dengan selamat."
"Sebenarnya aku ingin pergi bersamamu sampai ke Rivendell, Mr. Frodo, dan bertemu Mr. Bilbo," kata Sam.
"Tapi yang paling kuinginkan adalah berada di sini. Begitu terbaginya hatiku."
"Sam yang malang! Sudah pasti kau merasa begitu," kata Frodo.
"Tapi kau akan sembuh. Kau memang ditakdirkan untuk kokoh dan utuh, dan kau pasti akan seperti itu."
Dalam beberapa hari berikutnya, Frodo memeriksa semua catatan dan tulisannya bersama Sam, dan menyerahkan kunci-kuncinya. Ada sebuah buku besar dengan sampul kulit merah polos; halaman-halamannya yang panjang hampir semuanya sudah terisi. Pada awalnya banyak halaman yang berisi tulisan tangan Bilbo yang tipis dan tidak teratur; tapi kebanyakan isinya ditulis dengan tulisan Frodo yang tegas dan mengalir. Tulisannya terbagi atas bab-bab, tapi Bab 80 belum selesai, dan setelahnya masih ada beberapa halaman kosong. Halaman judul berisi banyak judul yang dicoret satu demi satu, seperti ini:
Buku Harianku. Pengembaraanku yang Tidak Terduga. Pergi dan Kembali. Dan Apa yang Terjadi Sesudahnya.
Petualangan Lima Hobbit. Kisah Cincin Sakti, dikumpulkan oleh Bilbo dari pengamatannya sendiri dan cerita kawan-kawannya. Apa yang kami lakukan dalam Perang Cincin.
Di sini tulisan Bilbo berakhir dan Frodo menulis:

KEHANCURAN PENGUASA CINCIN DAN KEMBALINYA SANG RAJA
(sebagaimana disaksikan Orang-Orang Kecil; buku kenang-kenangan Bilbo dan Frodo dari Shire; tambahan bahan dari cerita kawan-kawan mereka dan pengetahuan Kaum Bijak.)
Digabungkan dengan petikan dari Buku Adat Istiadat yang diterjemahkan Bilbo di Rivendell.

"Wah, kau sudah hampir menyelesaikannya, Mr. Frodo!" seru Sam.
"Nah, kau rajin sekali menulisnya tanpa henti."
"Sudah kuselesaikan, Sam," kata Frodo.
"Halaman-halaman terakhir kaulah yang mengisinya." Pada tanggal dua puluh satu September mereka berangkat bersama-sama, Frodo naik kuda poni yang sudah membawanya dari Minas Tirith, dan kini dinamakan Strider; Sam naik Bill, kuda kesayangannya. Pagi itu cerah keemasan, dan Sam tidak bertanya ke mana mereka akan pergi: ia merasa bisa menebaknya.
Mereka mengambil Jalan Stock melewati perbukitan, dan pergi menuju Woody End. Kuda-kuda dibiarkan berjalan santai. Mereka berkemah di Bukit Hijau, dan pada tanggal dua puluh dua September mereka menunggang kuda perlahan-lahan, masuk ke tempat awal pepohonan tumbuh, ketika siang sudah semakin larut.
"Bukankah itu pohon tempat kau bersembunyi di belakangnya ketika Penunggang Hitam muncul untuk pertama kali, Mr. Frodo?" kata Sam sambil menunjuk ke arah kin.
"Sekarang rasanya seperti mimpi."
Sudah senja, bintang-bintang berkilauan di langit timur ketika mereka melewati pohon ek yang hancur, membelok, lalu meneruskan perjalanan di bukit, di antara semak-semak hazel. Sam diam, terbenam dalam kenangan. Akhirnya ia menyadari bahwa Frodo sedang bernyanyi pelan-pelan untuk dirinya sendiri, menyanyikan lagu perjalanan lama, tapi kata-katanya tidak persis sama.
Mungkin di balik tikungan menunggu Sebuah gerbang rahasia atau jalan baru; Dan meski sering sudah aku melewatinya, Suatu hari kan datang saat aku akhirnya Lewat jalan nan menjulur tersembunyi di Barat Bulan, di Timur Matahari.
Dan seolah-olah sebagai jawabannya, dari bawah, mendaki jalan keluar dari lembah, terdengar suara-suara bernyanyi:
A! Elbereth Gilthoniel! silivren penna miriel o menel aglar elenath, Gilthoniel, A! Elbereth!
Kami masih ingat, kami yang tinggal Di negeri nan jauh di bawah pohon-pohon Cahaya bintang di Samudra Barat.
Frodo dan Sam berhenti dan duduk diam dalam bayang-bayang lembut, sampai mereka melihat kilauan saat para pemilik suara itu menghampiri mereka.
Ada Gildor dan banyak orang dari bangsa Peri yang elok; dengan heran Frodo melihat Elrond dan Galadriel. Elrond memakai jubah kelabu dan sebuah bintang di dahinya, harpa perak di tangannya, di jarinya ada cincin emas dengan batu permata besar berwarna biru, Vilya, yang paling sakti di antara Tiga Cincin. Galadriel duduk di atas seekor kuda putih, berpakaian serba putih berkilauan, bagai awan-awan di sekitar Bulan; sosoknya seolah bersinar dengan cahaya lembut. Di jarinya ada Nenya, cincin yang terbuat dari mithril, dengan satu batu permata putih yang bersinar bagai bintang yang dingin. Menunggang kuda kecil kelabu yang berjalan perlahan di belakang mereka adalah Bilbo, yang tampak terangguk-angguk dalam tidurnya.
Elrond menyalami mereka dengan khidmat dan sopan, dan Galadriel tersenyum.
"Nah, Master Samwise," katanya.
"Kudengar dan kulihat bahwa kau memanfaatkan pemberianku dengan baik. Shire akan semakin diberkati dan disayang." Sam membungkuk, tapi tak bisa mengatakan apa pun. Ia sudah lupa betapa cantiknya Lady itu.
Lalu Bilbo bangun dan membuka matanya.
"Halo, Frodo!" katanya.
"Nah, hari ini aku sudah mengalahkan Took tua! Jadi, beres sudah.
Sekarang aku sudah siap menempuh perjalanan lain. Apa kau akan ikut?"
"Ya, aku akan ikut," kata Frodo.
"Para Pembawa Cincin harus pergi bersama-sama."
"Ke mana kau akan pergi, Master?" seru Sam, meski akhirnya ia mengerti apa yang sedang terjadi.
"Ke Havens, Sam," kata Frodo.
"Dan aku tidak bisa ikut."
"Tidak, Sam. Belum. Kau hanya pergi sejauh Havens. Meski kau Juga salah satu Pembawa Cincin, meski hanya untuk sedikit waktu lagi.
Saatmu akan tiba. Jangan terlalu sedih, Sam. Hatimu tak boleh selalu terbelah dua. Kau harus utuh, untuk waktu lama. Kau masih punya banyak untuk dinikmati, kau masih harus berbuat banyak."
"Tapi …," kata Sam, dan air mata mulai menggenangi matanya "kupikir kau juga akan menikmati Shire selama bertahun-tahun, setelah semua yang sudah kaulakukan."
"Aku pun pernah mengira begitu. Tapi aku sudah terluka begitu dalam, Sam. Aku mencoba menyelamatkan Shire, dan Shire sudah diselamatkan, tapi bukan untukku. Sering kali begitulah yang terjadi, Sam, bila sesuatu berada dalam bahaya: harus ada yang rela melepaskannya, agar orang lain bisa memeliharanya. Tapi kau pewarisku: semua yang kumiliki dan akan kumiliki kuwariskan padamu. Kau juga punya Rose, dan Elanor; Frodo kecil akan datang, juga gadis Rosie, dan Merry, Goldilocks, dan Pippin; dan mungkin lebih banyak lagi yang tidak bisa kulihat. Tangan dan akalmu akan dibutuhkan di mana-mana. Kau akan menjadi Wali Kota, tentu saja, selama kau kehendaki, dan tukang kebun paling termasyhur dalam sejarah; kau akan membacakan kisah-kisah dari Buku Merah, dan menghidupkan kenangan tentang zaman yang sudah berlalu, agar orang-orang ingat Bahaya Besar, dan dengan begitu akan semakin mencintai negeri mereka. Itu akan membuatmu sibuk dan bahagia, sebahagia mungkin, selama peranmu dalam Cerita ini berlanjut."
"Mari, sekarang jalanlah bersamaku!"
Lalu Elrond dan Galadriel meneruskan berjalan; karena Zaman Ketiga sudah berlalu, dan Masa Tiga Cincin sudah berakhir; akhir kisah dan lagu masa itu sudah datang. Bersama mereka pergi banyak Peri Bangsawan yang sudah tidak mau tinggal di Dunia Tengah; dan di antara mereka, dengan kesedihan penuh berkat dan tanpa kegetiran, berjalan Sam dan Frodo, serta Bilbo, dan para Peri dengan senang hati menghormati mereka.
Meski mereka berjalan di tengah-tengah Shire sepanjang senja dan malam, tak ada yang melihat mereka lewat, kecuali makhluk-makhluk liar; atau di sana-sini seorang pengembara dalam gelap bisa melibat kilauan yang bergerak cepat di bawah pepohonan, atau seberkas cahaya dan bayang-bayang yang mengalir melalui rumput, sementara Bulan bergerak ke barat. Setelah melewati Shire, melangkah mengitari pinggiran selatan White Downs, akhirnya mereka sampai ke Far Downs, dan ke Menara-Menara, memandang Samudra di kejauhan; begitulah akhirnya mereka pergi ke Mithlond, ke Grey Havens di muara panjang Lune.
Ketika mereka tiba di gerbang, Cirdan si Pembuat Kapal datang menyambut mereka. Ia sangat jangkung, janggutnya panjang; ia sudah tua dan kelabu, kecuali matanya yang tajam cemerlang bagai bintang; ia memandang mereka dan membungkuk, lalu berkata, "Semua sudah siap." Lalu Cirdan membawa mereka ke Havens, dan di sana sebuah kapal putih bersandar; di atas dermaga, di samping seekor kuda kelabu, berdiri sosok berjubah putih menunggu mereka. Ketika ia membalik dan menghampiri mereka, Frodo melihat bahwa Gandalf kini terang-terangan memakai Cincin Ketiga di jarinya, Narya Agung, batu permatanya merah seperti api. Maka mereka yang akan berangkat bersuka cita, karena tahu bahwa Gandalf juga pergi bersama mereka naik kapal.
Tapi Sam bersedih hati; ia merasa perpisahan ini akan pahit, dan perjalanan pulang sendirian akan lebih menyedihkan lagi. Tapi ketika mereka berdiri di sana, sementara para Peri naik ke kapal, dan semuanya dipersiapkan untuk keberangkatan, datanglah Merry dan Pippin menunggang kuda dengan cepat. Dan di antara air matanya, Pippin tertawa.
"Kau pernah mencoba menyelinap pergi, dan gagal, Frodo," katanya.
"Kali ini kau hampir berhasil. Tapi kali ini bukan Sam yang membuka rahasiamu, melainkan Gandalf sendiri!"
"Ya," kata Gandalf, "sebab akan lebih baik pulang bertiga daripada satu sendirian. Nah, di sinilah akhirnya, kawan-kawan tercinta, di pantai Samudra datanglah akhir persekutuan kita di Dunia Tengah. Pergilah dengan damai. Tidak akan kukatakan: jangan menangis; sebab tidak semua air mata itu jelek." Frodo mencium Merry dan Pippin, dan terakhir Sam, lalu naik ke atas kapal; layar-layar dikembangkan, angin berembus, dan perlahan-lahan kapal itu meluncur pergi mengarungi muara panjang kelabu; cahaya dari tabung kaca Galadriel yang dipakai Frodo bersinar-sinar, kemudian hilang. Lalu kapal itu masuk ke Samudra Besar dan melaju ke Barat, sampai pada suatu malam ketika hujan turun, Frodo mencium keharuman manis di udara dan mendengar suara nyanyian yang datang dari seberang air. Lalu ia merasa seperti dalam mimpinya ketika berada di rumah Bombadil, bahwa tirai hujan kelabu berubah menjadi kaca perak yang menyibak. Ia menyaksikan pantai-pantai putih, dengan daratan hijau terbentang di seberangnya, di bawah matahari yang terbit dengan cepat.
Tapi bagi Sam malam semakin kelam ketika ia berdiri di Haven; sementara menatap lautan kelabu, ia hanya melihat sebuah bayangan atas air yang segera lenyap di Barat. Sampai larut malam ia masih berdiri di sana, hanya mendengar desah dan gumam ombak mengempas di pantai Dunia Tengah, dan bunyi itu tertanam dalam di lubuk iatinya. Di sampingnya berdiri Merry dan Pippin, membisu.
Akhirnya tiga sekawan itu membalik, dan tanpa menoleh lagi mereka berjalan pulang; mereka tidak berbicara satu sama lain sampai tiba di Shire, tapi masing-masing merasa terhibur oleh kehadiran kawan-kawannya sepanjang jalan kelabu itu.
Akhirnya mereka melaju melewati padang-padang dan mengambil Jalan Timur, lalu Merry dan Pippin pergi ke Buckland; mereka sudah bernyanyi lagi sementara berjalan. Tapi Sam membelok ke Baywater, lalu sampai ke Bukit, saat hari sudah berakhir. Ia berjalan terus, lalu ada cahaya kuning, dan api di dalam; hidangan makan malam sudah siap, dan ia sudah ditunggu. Rose menyambutnya masuk, mendudukkannya di kursinya, dan meletakkan Elanor kecil di pangkuannya.
Sam menarik napas dalam.
"Nah, aku sudah pulang," katanya.
FINALLY.....THE JOURNEY END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates